Gelar Mulia vs Gelar Buruk Bagi Perempuan

Jum'at, 19 Februari 2021 - 15:20 WIB
loading...
Gelar Mulia vs Gelar Buruk Bagi Perempuan
Karena kehormatannya, kaum perempuan bisa mendapatkan gelar mulia dan sebaliknya juga bisa mendapat gelar yang buruk. Foto ilustrasi/ist
A A A
Menjaga kehormatan , kesucian dam kemaluan adalah termasuk perkara yang paling penting untuk diperhatikan kaum muslimah. Yaitu dengan mengambil setiap sebab yang menghantarkan kepada penjagaan terhadap kehormatan tersebut.



Mengutip kitab "Risalah Penting untuk Muslimah' Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah menjelaskan, bahwa perempuan yang menjaga kehormatan, maka dia akan mendapatkan gelar-gelar yang mulia dalam Al-Qur’an, dalam hadis, ataupun di tengah masyarakat. Yang gelar-gelar mulia tersebut tidak didapatkan seorang perempuan kecuali dengan menjaga kemaluannya.

Gelar-gelar mulia itu misalnya seperti العفيفة (wanita yang suci), المحصنة (wanita yang terjaga), البرة (wanita yang baik), التقية (wanita yang bertakwa) dan lain-lainnya dari sifat-sifat dan gelar-gelar perempuan muslimah yang menjaga kemaluannya yang tidak didapat gelar tersebut kecuali dengan menjaga kemaluan.



Kemudian Syaikh menyindir keras bagaimana nama-nama (gelar) yang mulia seperti ini diganti dengan nama-nama yang buruk seperti wanita pezina, wanita yang banyak dosa, wanita pelacur, wanita yang buruk. Ini sungguh pergantian nama yang sangat buruk. Sebagaimana firman Allah:

بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ

“Sungguh sangat buruk nama kefasikan setelah keimanan.” (QS. Al-Hujurat : 11)



Hal yang paling patut diperhatikan oleh seorang perempuan muslimah adalah menjaga kemaluannya. Untuk itu, menurut Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc, setiap apa saja sarana-sarana yang menghantarkan kepada tidak terjaganya kemaluan, maka ini pasti diharamkan dalam agama Islam. "Salah satu penjagaan terhadap kemaluan adalah lisan. Lisan bisa menghantarkan seseorang untuk menjaga kemaluan, lisan bisa menghantarkan seseorang kepada tidak terjaganya kemaluan,"ungkapnya.



Sebagaimana hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang menjaga untukku antara dua bibirnya (lisannya) dan apa yang ada diantara kakinya (kemaluannya), maka aku jamin untuknya masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Bukhari)



Dalam hadis ini, ada hubungan antara lisan dan kemaluan. Siapa yang menjaga lisan, maka terjaga kemaluan. Siapa yang tidak menjaga lisan, maka tidak terjaga kemaluannya.

Begitu juga hadis yang lainnya. Seperti hadis riwayat Imam Tirmidzi, dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا أَصْبح ابْنُ آدَمَ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسانَ، تَقُولُ: اتِّقِ اللَّه فينَا، فَإنَّما نحنُ بِكَ؛ فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسَتقَمْنا، وإنِ اعْوججت اعْوَججْنَا

“Jika dipagi hari anak Adam, maka seluruh anggota tubuhnya akan mengadu kepada lisan kemudian seluruh anggota tubuhnya berkata: ‘Wahai lisan, takutlah engkau kepada Allah. Sesungguhnya kami akan sesuai denganmu. Jika engkau lurus, maka kami akan lurus. Jika engkau menyimpang, kami pun akan menyimpang.” (HR. Tirmidzi)



"Untuk itulah, sebagai umat muslim kita harus mengerahkan sebenar-benar usaha untuk menyebarkan bahwa perempuan muslimah seharusnya lebih menjaga kesuciannya, lebih menjaga auratnya, lebih mempunyai sifat malu,"tuturnya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2785 seconds (0.1#10.140)