Asma Binti Yazid, Si Penyuara Hak-hak Perempuan

Kamis, 25 Februari 2021 - 18:38 WIB
loading...
Asma Binti Yazid, Si Penyuara Hak-hak Perempuan
Asma binti Yazid dikenal sebagai orator ulung dan tidak segan segan menanyakan hak-hak perempuan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, sehingga ia dijuluki sebagai juru bicara wanita yang juga seorang mujahidah. Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
Ada beberapa perempuan di masa awal perjuangan Islam , yang memiliki peran penting . Salah satunya adalah Asma binti Yazid bin Sakan bin Rafi bin Imri'il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris al-Anshariyyah, al-Ausiyyah al-Asyhaliyah.

Ia adalah seorang muslimah ahli hadis yang mulia, mujahidah yang memiliki kecerdasan , dien-nya bagus dan ahli argumen atau seorang orator ulung mewakili kaumnya, sehingga dijuluki sebagai "juru bicara wanita", atau si penyuara hak-hak perempuan.



Di dalam kitab Nisaa’ Haular Rasul, disebutkan bahwa di antara sesuatu yang istimewa yang dimiliki oleh Asma adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta kehalusan perasaan.

Alkisah diceritakan, Asma Rhadiyallahu'anhu mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pada tahun pertama hijrah dan berbai'at kepadanya dengan bai'at Islam. Rasulullah membai'at para wanita dengan ayat yang tersebut di dalam Al-Quran surat Mumtahanah.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُؤْمِنَٰتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَىٰٓ أَن لَّا يُشْرِكْنَ بِٱللَّهِ شَيْـًٔا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَٰدَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَٰنٍ يَفْتَرِينَهُۥ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِى مَعْرُوفٍ ۙ فَبَايِعْهُنَّ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُنَّ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Hai Nabi, tolong datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk diadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mermpersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan berhasil, tidak akan berzina, tidak akan membawa anak-anak, tidak akan membawa dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka .Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Mumtahanah: 12).



Bai'at dari Asma 'binti Yazid Rha adalah untuk jujur dan ikhlas, sebagaimana yang disebutkan periwayatannya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma menggunakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi bersabda: "Tanggalkanlah dua gelangmu wahai Asma', tidakkah kamu takut jika Allah memakaiakan gelang kepadamu dengan gelang dari neraka?"

Maka segeralah Asma tanpa ragu-ragu dan tanpa argumentasi untuk mengikuti perintah Rasulullah, maka dia melepaskannya dan meletakkan di depan Rasulullah.

Setelah itu Asma 'aktif untuk berbicara hadis Rasulullah yang mulia dan dia bertanya tentang persoalan-persoalan yang membawa dia faham urusan dien. Asma pulalah yang meminta kepada Rasulullah tentang tata cara thaharah (bersuci) bagi wanita yang selesai haidh. Dia memiliki keyakinan yang kuat dan tidak malu untuk meminta sesuatu yang haq. Oleh karena Ibnu Abdil Barr mengatakan, "Dia adalah wanita cerdas dan bagus diennya."

Baca Juga


Pada suatu ketika, Asma mendatangi Rasulullah dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang saya katakan dan semuanya berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta'ala mengutusmu untuk laki-laki dan perempuan, lalu kami beriman kepada Anda dan membai'at Anda. Sementara itu, kami adalah wanita yang terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki yang mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat jum'at, mengantarkan jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami bisa mendapatkan pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka? "

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah menoleh kepada para sahabat dan bersabda, "Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?" Para sahabat menjawab, "Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!"

Baca juga: Libatkan FBI, American Airlines Tak Membantah Penampakan UFO

Kemudian Rasulullah bersabda: "Kembalilah wahai Asma 'dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah satu di antara mereka kepada suaminya dan mintalah keridhaan suaminya, mengikuti persetujuan suaminya, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki. "

Maka kembalilah Asma 'sambil bertahlil dan bertakbir, merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah.
Dalam dada Asma terdetik keinginan yang kuat untuk ikut andil dalam berjihad, hanya saja kondisi ketika itu tidak memungkinkan untuk merealisasikannya. Akan tetapi setelah tahun 13 Hijriyah setelah wafatnya Rasulullah sampai perang Yarmuk dia menyertainya dengan gagah berjuang.

Pada perang Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil dengan bagian yang banyak untuk berjihad, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafidh Ibnu Katsir di dalam AI-Bidayah wan Nihayah.



Dalam perang yang besar ini, Asma 'binti Yazid menyertai pasukan kaum muslimin bersama-sama dengan wanita-wanita mukminat yang berada di belakang para mujahidin mencurahkan segala kemampuan membantu pasukan mempersiapkan senjata, menyediakan minuman bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka di antara mereka, sambil memompa semangat juang kaum muslimin

Asma keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena ia wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan bagi umat.

Semoga Allah merahmati Asma 'binti Yazid bin Sakan dan memuliakan dengan hadis yang telah diriwayatkan untuk kita dan dengan pengorbanan yang telah beliau usahakan, dan telah beramal dengan apa saja yang dapat dijadikan pelajaran bagi yang lain dalam hal mencurahkan segala kemampuan dan usaha untuk memperjuangkan al - Haq dan mengibarkan bendera hingga dien ini hanya hanya untuk Allah.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6998 seconds (0.1#10.140)