Riya dan Sum'ah, 2 Perkara Ini Sering Diremehkan Kalangan Perempuan

Senin, 15 Maret 2021 - 15:47 WIB
loading...
Riya dan Sumah, 2 Perkara Ini Sering Diremehkan Kalangan Perempuan
Masih banyak kalangan perempuan muslimah yang meremehkan sifat riya dan sumah, padahal 2 perkara ini merupakan perbuatan dosa. Foto ilustrasi/ist
A A A
Media sosial (medsos) sepertinya sudah menjadi ajang pamer, termasuk dalam hal ibadah. Boleh jadi maksudnya bukan pamer, tapi sekadar update status, atau buat seru-seruan saja. Niat yang tadinya ikhlas karena Allah , tetapi dilakukan terus menerus dan masif akhirnya bisa bercampur riya dan sum'ah. Inilah yang secara tidak sadar sering diremehkan, termasuk di kalangan perempuan.

Apa itu riya dan sum'ah? Riya' adalah memperlihatkan amal, dan sum'ah lebih berarti memperdengarkan amal. Riya' dan sum'ah merupakan salah satu bentuk syirik kecil. Sebenarnya tujuan awal beramal adalah karena Allah, tetapi tiba-tiba muncul niatan yang ditujukan kepada selain-Nya, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.



Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ

"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya," (QS Az-Zumar:2)

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ

(Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)....." (Az-Zumar : 3)

Maka katakanlah orang-orang yang tidak ikhlas, janganlah engkau memperlihatkan amalmu! Karena segala amal yang ditujukan kepada selain Alloh akan sia-sia.



Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : Rasullulah bersabda:

"Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum'ah dan riya kecuali Allah akan memperdengarkan aibnya kepada seluruh mahluk pada hari kiamat nanti'.

Dari hadis ini dijelaskan akan bahaya riya dan sum'ah. Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala. Namun karena bercampur dengan riya, maka tentu saja akan merusak pahala amalan tersebut. Bisa merusak salah satu bagiannya saja atau bahkan merusak keseluruhan dari pahala amalan itu.

Beberapa bentuk riya'yang mencampuri amal dari awal hingga akhir, maka amalannya terhapus. Misalnya seseorang yang hendak mengerjakan salat lalu datang seseorang yang ia kagumi. Kemudian ia salat dengan bagus dan khusyu’ karena ingin dilihat orang tersebut. Riya’ tersebut ada dari awal hingga akhir salatnya dan ia tidak berusaha untuk menghilangkannya, maka amalannya terhapus.



Riya’ yang muncul tiba-tiba di tengah-tengah amal dan dia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ ini tidak mempengaruhi pahala amalannya. Misalnya seseorang yang salat kemudian muncul riya’ di tengah-tengah salatnya dan ia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ tersebut tidak mempengaruhi ataupun merusak pahala salat tersebut.

Riya’ muncul tiba-tiba di tengah-tengah namun dibiarkan terus berlanjut, maka ini adalah syirik asghar atau syrik kecil dan menghapus amalannya. Namun dalam kondisi ini ulama berselisih pendapat tentang amalan mana yang terhapus, misalnya riya’ dalam salat. Apakah rakaat yang tercampuri riya’ saja yang terhapus ataukah keseluruhan salatnya?

Pendapat pertama menyatakan bahwa yang terhapus hanyalah pada amalan yang terkait. Pendapat kedua, yaitu perlu dirinci; Kalau amalannya merupakan satu rangkaian dan tidak mungkin dipisahkan satu dengan yang lain, misalnya salat dhuhur empat rakaat, maka terhapus rangkaian amal tersebut.



Kalau amalannya bukan merupakan satu rangkaian, maka amal yang terhapus pahalanya adalah sebatas yang tercampuri saja. Misalnya seseorang yang bersedekah kepada sepuluh orang anak yatim. Saat bersedekah pada anak kesatu sampai yang kelima ia ikhlas. Akan tetapi riya’ muncul saat ia bersedekah pada anak ke-enam, maka pahala yang terhapus adalah sedekah pada anak ke-enam. Contoh yang serupa adalah puasa.

Pada fitrahnya, manusia memiliki kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Hal ini menyebabkan riya’ menjadi sangat samar dan tersembunyi. Terkadang, seorang merasa telah beramal ikhlas karena Allah, namun ternyata secara tak sadar ia telah terjerumus kedalam penyakit riya’.

Wahai muslimah, pernahkah engkau mendengar langkah laki seekor semut? Suara langkahnya begitu samar bahkan tidak dapat kita dengar. Seperti inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kesamaran riya’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



“Kesyirikan itu lebih samar dari langkah kaki semut.” Lalu Abu Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah kesyirikan itu ialah menyembah selain Allah atau berdoa kepada selain Allah disamping berdoa kepada selain Allah?” maka beliau bersabda.”Bagaimana engkau ini. Kesyirikan pada kalian lebih samar dari langkah kaki semut.” (HR Abu Ya’la Al Maushili dalam Musnad-nya, tahqiq Irsya Al Haq Al Atsari, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Targhib)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan bahaya riya’ atas umat Islam melebihi kekhawatiran beliau terhadap bahaya Dajjal. Disebutkan dalam sabda beliau: “Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih aku takutkan menimpa kalian daripada Dajjal.” Kami menyatakan, “Tentu!” beliau bersabda “Syirik khafi (syirik yang tersembunyi). Yaitu seseorang mengerjakan salat, lalu ia baguskan salatnya karena ia melihat ada seseorang yang memandangnya.”

Perilaku sum'ah pun tidak begitu berbeda dengan riya'. Misalnya seseorang bersedekah, kemudian orang tersebut menceritakan kepada tetangga - tetangganya. Atau dia awalnya membersihkan masjid, kemudian ia menceritakanya kepada orang lain. Bisa juga seseorang yang berpuasa, kemudian ia menceritakanya dengan dilebih - lebihkan kepada orang lain. Secara tidak sadar orang ini ingin orang lain mendengar apa yang telah dilakukannya. Awalnya ikhlas namun selanjutnya jadi bercampur sum'ah.



Dari Junduh bin Abdillah Radhiyallahu-anhu, diriwayatkan bahwa ia berkata Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

"Barangsiap berlaku sum'ah, maka Allah akan memperdengarkan aibnya. Dan barangsiapa yang berbuat riya, maka Allah akan memperlihatkan aibnya,"

Bagaimana Mengobati Penyakit Riya’ dan Sum'ah?

Wahai muslimah, setiap insan tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat kepada Allah atas kesalahan yang pernah dilakukannya. Hati manusia juga cepat berubah. Jika saat ini beribadah dengan ikhlas, bisa jadi beberapa saat kemudian ikhlas tersebut berganti dengan riya’. Pagi ikhlas, mungkin sore sudah tidak. Hari ini ikhlas, mungkin esok tidak. Hanya kepada Allahlah kita memohon agar hati kita diteguhkan dalam agama ini. َ

Agar terhindar dari riya'dan sum'ah, ada beberapa kiat yang bisa muslimah lakukan, antara lain :
1. Memohon dan selalu berlindung kepada Allah agar mengobati penyakit riya’ dan sum'ah ini.
2. Berusaha menghindarinya
3. Mengingat-ingat akibat buruk perbuatan riya' dan sum'ah ini di dunia dan akhirat
4. Usahakan selalu menyembunyikan dan merahasiakan ibadah
5. Latihan dan mujahadah



Yang paling penting adalah bulatkan tekad bahwa apa yang kita lakukan adalah perbuatan ibadah yang hanya ingin mencapai ridha Allah SWT dan mendapat surga-Nya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2131 seconds (0.1#10.140)