Dabbah Binatang yang Keluar Jelang Kiamat, Ini Pendapat Gus Baha
loading...
A
A
A
Cici-ciri Unta Nabi Shaleh
Unta Nabi Shaleh lahir atas permintaan kaum Tsamud sebagai syarat mereka sudi beriman. "Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini.”
Nabi Shaleh AS menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Gambaran utuh unta yang diminta kaum Tsamūd itu adalah: Unta itu mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh.
Ia mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak.
Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas. Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya.
Unta itu mendatangi kaum Tsamūd ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras.
Unta ini tidak digembalakan di tempat penggembalaan kaum Tsamūd, tidak membuang kotoran di tempat binatang ternak kaum Tsamūd.
Leboh jauh lagi, unta yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut.
Raja Tsamud juga meminta, “Keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya".
Unta itu lahir dari batu setelah Nabi Shaleh AS menyelesaikan perjanjian dengan kaum mereka, dan salat dua rakaat. Beliau mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput.
Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya. Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya. Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama.
Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.
Di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim. Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar.
Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak. Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya.
Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta. Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?” Mereka menjawab, “Ya.”
Unta Nabi Shaleh lahir atas permintaan kaum Tsamud sebagai syarat mereka sudi beriman. "Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini.”
Nabi Shaleh AS menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Gambaran utuh unta yang diminta kaum Tsamūd itu adalah: Unta itu mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh.
Ia mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak.
Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas. Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya.
Unta itu mendatangi kaum Tsamūd ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras.
Unta ini tidak digembalakan di tempat penggembalaan kaum Tsamūd, tidak membuang kotoran di tempat binatang ternak kaum Tsamūd.
Leboh jauh lagi, unta yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut.
Raja Tsamud juga meminta, “Keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya".
Unta itu lahir dari batu setelah Nabi Shaleh AS menyelesaikan perjanjian dengan kaum mereka, dan salat dua rakaat. Beliau mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput.
Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya. Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya. Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama.
Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.
Di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim. Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar.
Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak. Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya.
Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta. Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?” Mereka menjawab, “Ya.”