Dabbah Binatang yang Keluar Jelang Kiamat, Ini Pendapat Gus Baha
loading...
A
A
A
ADA beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai Dabbah . Secara bahasa, Dabbah memiliki makna hewan yang berjalan di atas bumi. Beberapa ulama mengatakan bahwa Dabbah adalah anak unta yang disapih dari unta Nabi Shaleh as .
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ath-Thayalisi dari Hudzaifah bin Asid al-Ghifari, bahwa Rasulullah saw menyebut tentang dabbah, (lalu beliau menuturkan hadis, di dalamnya ada ungkapan), “Mereka tidak menggembalakannya, melainkan ia hanya bersuara di antara rukun dan maqam (rukun Yamani dan Maqam Ibrahim).”
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha ' adalah salah satu ulama yang memiliki pendapat demikian. "Dabbah adalah unta Nabi Shaleh yang dulu dibunuh oleh kaum Tsamut," ujarnya seperti dilansir kanal Kalam dalam jaringan YouTube, belum lama ini.
Tentang Dabbah ini di dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
۞ وَإِذَا وَقَعَ ٱلْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَآبَّةً مِّنَ ٱلْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ ٱلنَّاسَ كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا لَا يُوقِنُونَ
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (QS Surat An-Naml: 82)
Sedangkan dalam hadis Riwayat Muslim, Rasulullah SAW menyebut tiga perkara yang jika ketiganya keluar maka semua taubat dan amal tiada gunanya. Ketiganya adalah terbitnya matahari dari arah barat, Dajjal , dan Dabbah.
“Ada tiga perkara yang jika keluar maka tidak akan berguna lagi keimanan orang yang belum beriman sebelumnya; atau belum mengusahakan kebaikan yang dilakukan dalam keimannya. Ketiga perkara itu adalah: terbitnya matahari dari barat, Dajjal dan binatang bumi.” (HR Muslim)
Beliau juga bersabda: “Sesungguhnya tanda-tanda ( Kiamat ) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada waktu Dhuha. Mana saja yang lebih dahulu muncul, maka yang satunya akan terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.” (HR Muslim)
Beliau pun bersabda: “Bersegeralah kalian beramal (sebelum datangnya) enam perkara… (beliau menyebutkan di antaranya) dabbah.” (HR Muslim).
Setelah keluar, Dabbah akan berbicara kepada manusia dan mengabarkan bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Allah. Ia memberikan tanda pembeda antara orang beriman dan kafir. Tanda untuk orang yang beriman adalah wajah yang bercahaya, sedangkan yang tidak, tandanya diberikan dibagian hidung sebagai tanda kekufurannya.
“Binatang bumi itu keluar maka ia memberi cap kepada manusia di wajah mereka. Kemudian jumlah mereka meningkat sehingga seseorang membeli unta dia ditanya, ‘Dari siapa kamu membeli unta itu?’ Dia menjawab, Dari salah seorang yang dicap wajahnya..” (HR Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah nomor 322).
Dabbah akan keluar dari Mekkah dari masjid yang paling mulia. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dalam Majma’uz Zawaid VIII/ 7-8, dari Hudzaifah bin Asid secara marfu’.
“Dabbah akan keluar dari masjid yang paling besar, tatkala mereka (sedang duduk-duduk tiba-tiba bumi bergetar) ketika mereka sedang demikian tiba-tiba bumi terbelah.”
Gus Baha mengatakan ketika unta Nabi Shaleh keluar maka pintu tobat tertutup. "Keluarnya binatang dabbah ketika amar makruf nahi munkar sudah tidak ada," ujarnya.
Buku “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim menceritakan tentang unta Nabi Shaleh ini.
Sekadar mengingatkan, Nabi Shaleh diutus pada kaum Tsamūd. Beliau dikaruniai mukjizat berupa unta betina yang keluar dari batu sebagai bekal dalam berdakwah.
Cici-ciri Unta Nabi Shaleh
Unta Nabi Shaleh lahir atas permintaan kaum Tsamud sebagai syarat mereka sudi beriman. "Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini.”
Nabi Shaleh AS menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Gambaran utuh unta yang diminta kaum Tsamūd itu adalah: Unta itu mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh.
Ia mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak.
Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas. Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya.
Unta itu mendatangi kaum Tsamūd ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras.
Unta ini tidak digembalakan di tempat penggembalaan kaum Tsamūd, tidak membuang kotoran di tempat binatang ternak kaum Tsamūd.
Leboh jauh lagi, unta yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut.
Raja Tsamud juga meminta, “Keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya".
Unta itu lahir dari batu setelah Nabi Shaleh AS menyelesaikan perjanjian dengan kaum mereka, dan salat dua rakaat. Beliau mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput.
Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya. Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya. Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama.
Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.
Di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim. Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar.
Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak. Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya.
Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta. Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?” Mereka menjawab, “Ya.”
Itulah firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan (QS an-Naml:48). Qadar bersembunyi di suatu tempat di gunung tempat unta merumput. Ketika unta itu datang ke gunung tersebut, lalu merumput dan mendekati Qadar, dia memukulnya dengan pedang sehingga unta itu terbunuh; kemudian Qadar mencari anak unta itu.
Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan. Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh. Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”
Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”
Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”
Nantinya, menurut Gus Baha, unta Nabi Shaleh itulah yang akan keluar dan berbicara kepada manusia. Boleh jadi ada yang tidak percaya, unta kok bisa berbicara. "Manusia itu memang bodoh," ucap Gus Baha. "Bahkan ketika binatang bisa menjerit seperti sekarang, apa mereka tahu, mengapa bisa begitu. Nggak tahu kan?" katanya.
Sama saja dengan cerita matahari terbit dari barat menjelang kiamat. "Bagaimana caranya matahari kok terbit dari barat," kata mereka yang tidak percaya. "Padahal, biarpun sekarang matahari terbit dari timur mereka juga tidak tahu caranya," lanjut Gus Baha.
"Sama saja, bagaimana hewan bisa bicara. Lha, sekarang hewan teriak-teriak juga tidak tahu. Sama-sama nggak tahu saja protes. Orang itu cuma gaya doang. Bagaimana caranya hewan kok bisa bicara bahasa Arab. Emangnya, hewan sekarang bisa teriak-teriak kamu tahu caranya?" ujar Gus Baha lagi.
Karena sama-sama nggak tahu, Gus Baha mengingatkan “Innallaha 'ala kulli syaiin qodir.” Allah berkuasa atas segala sesuatu." Orang-orang beriman ya, "Sami'na Wa Atho'na". Percaya dengan Allah.
Pendapat lain
Selain mereka yang berpendapat dabbah adalah unta Nabi Shaleh, pendapat kedua, dabbah adalah al-Jassasah yang disebutkan dalam hadis Tamim ad-Dari pada kisah Dajjal. Pendapat ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Amru bin ‘Ash. Pendapat ini tidak kuat lantaran sifat-sifat dan apa yang dilakukan oleh si dabbah tidak cocok dengan gambaran al-Jassasah dalam hadits Tamim ad-Dari.
Ketiga, dabbah adalah ular yang mengawasi dinding Ka’bah, yang disambar oleh elang ketika orang-orang Quraisy hendak membangun Ka’bah. Pendapat ini dinisbatkan oleh al-Qurthubi kepada Ibnu ‘Abbas ra. Hanya, beliau tidak menyebutkan sumbernya.
Keempat, dabbah adalah manusia yang berbicara, mendebat dan membantah orang-orang yang gemar melakukan bid’ah dan kekufuran agar mereka berhenti. Agar jika mereka binasa, mereka binasa dengan keterangan (hujjah) yang nyata.
Kelima, Dabbah adalah bakteri yang berbahaya yang akan membuat manusia menderita. Bakteri tersebut melukai bahkan bisa membunuhnya. Ketika melukai seseorang ia membawa pesan berupa nasihat kepada manusia seandainya mereka memiliki hati yang bisa berpikir, sehingga mereka sadar untuk kembali kepada Allah, kepada agamanya dan menekan mereka untuk menerima hujjah. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu ‘Ubayyah dalam komentarnya terhadap kitab an-Nihayah/ al-Fitan wal Malahim, karya Ibnu Katsir.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ath-Thayalisi dari Hudzaifah bin Asid al-Ghifari, bahwa Rasulullah saw menyebut tentang dabbah, (lalu beliau menuturkan hadis, di dalamnya ada ungkapan), “Mereka tidak menggembalakannya, melainkan ia hanya bersuara di antara rukun dan maqam (rukun Yamani dan Maqam Ibrahim).”
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha ' adalah salah satu ulama yang memiliki pendapat demikian. "Dabbah adalah unta Nabi Shaleh yang dulu dibunuh oleh kaum Tsamut," ujarnya seperti dilansir kanal Kalam dalam jaringan YouTube, belum lama ini.
Tentang Dabbah ini di dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
۞ وَإِذَا وَقَعَ ٱلْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَآبَّةً مِّنَ ٱلْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ ٱلنَّاسَ كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا لَا يُوقِنُونَ
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (QS Surat An-Naml: 82)
Sedangkan dalam hadis Riwayat Muslim, Rasulullah SAW menyebut tiga perkara yang jika ketiganya keluar maka semua taubat dan amal tiada gunanya. Ketiganya adalah terbitnya matahari dari arah barat, Dajjal , dan Dabbah.
“Ada tiga perkara yang jika keluar maka tidak akan berguna lagi keimanan orang yang belum beriman sebelumnya; atau belum mengusahakan kebaikan yang dilakukan dalam keimannya. Ketiga perkara itu adalah: terbitnya matahari dari barat, Dajjal dan binatang bumi.” (HR Muslim)
Beliau juga bersabda: “Sesungguhnya tanda-tanda ( Kiamat ) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada waktu Dhuha. Mana saja yang lebih dahulu muncul, maka yang satunya akan terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.” (HR Muslim)
Beliau pun bersabda: “Bersegeralah kalian beramal (sebelum datangnya) enam perkara… (beliau menyebutkan di antaranya) dabbah.” (HR Muslim).
Setelah keluar, Dabbah akan berbicara kepada manusia dan mengabarkan bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Allah. Ia memberikan tanda pembeda antara orang beriman dan kafir. Tanda untuk orang yang beriman adalah wajah yang bercahaya, sedangkan yang tidak, tandanya diberikan dibagian hidung sebagai tanda kekufurannya.
“Binatang bumi itu keluar maka ia memberi cap kepada manusia di wajah mereka. Kemudian jumlah mereka meningkat sehingga seseorang membeli unta dia ditanya, ‘Dari siapa kamu membeli unta itu?’ Dia menjawab, Dari salah seorang yang dicap wajahnya..” (HR Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah nomor 322).
Dabbah akan keluar dari Mekkah dari masjid yang paling mulia. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dalam Majma’uz Zawaid VIII/ 7-8, dari Hudzaifah bin Asid secara marfu’.
“Dabbah akan keluar dari masjid yang paling besar, tatkala mereka (sedang duduk-duduk tiba-tiba bumi bergetar) ketika mereka sedang demikian tiba-tiba bumi terbelah.”
Gus Baha mengatakan ketika unta Nabi Shaleh keluar maka pintu tobat tertutup. "Keluarnya binatang dabbah ketika amar makruf nahi munkar sudah tidak ada," ujarnya.
Buku “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim menceritakan tentang unta Nabi Shaleh ini.
Sekadar mengingatkan, Nabi Shaleh diutus pada kaum Tsamūd. Beliau dikaruniai mukjizat berupa unta betina yang keluar dari batu sebagai bekal dalam berdakwah.
Cici-ciri Unta Nabi Shaleh
Unta Nabi Shaleh lahir atas permintaan kaum Tsamud sebagai syarat mereka sudi beriman. "Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini.”
Nabi Shaleh AS menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Gambaran utuh unta yang diminta kaum Tsamūd itu adalah: Unta itu mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh.
Ia mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak.
Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas. Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya.
Unta itu mendatangi kaum Tsamūd ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras.
Unta ini tidak digembalakan di tempat penggembalaan kaum Tsamūd, tidak membuang kotoran di tempat binatang ternak kaum Tsamūd.
Leboh jauh lagi, unta yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut.
Raja Tsamud juga meminta, “Keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya".
Unta itu lahir dari batu setelah Nabi Shaleh AS menyelesaikan perjanjian dengan kaum mereka, dan salat dua rakaat. Beliau mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”
Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput.
Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya. Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya. Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama.
Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.
Di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim. Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar.
Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak. Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya.
Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta. Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?” Mereka menjawab, “Ya.”
Itulah firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan (QS an-Naml:48). Qadar bersembunyi di suatu tempat di gunung tempat unta merumput. Ketika unta itu datang ke gunung tersebut, lalu merumput dan mendekati Qadar, dia memukulnya dengan pedang sehingga unta itu terbunuh; kemudian Qadar mencari anak unta itu.
Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan. Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh. Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”
Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”
Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”
Nantinya, menurut Gus Baha, unta Nabi Shaleh itulah yang akan keluar dan berbicara kepada manusia. Boleh jadi ada yang tidak percaya, unta kok bisa berbicara. "Manusia itu memang bodoh," ucap Gus Baha. "Bahkan ketika binatang bisa menjerit seperti sekarang, apa mereka tahu, mengapa bisa begitu. Nggak tahu kan?" katanya.
Sama saja dengan cerita matahari terbit dari barat menjelang kiamat. "Bagaimana caranya matahari kok terbit dari barat," kata mereka yang tidak percaya. "Padahal, biarpun sekarang matahari terbit dari timur mereka juga tidak tahu caranya," lanjut Gus Baha.
"Sama saja, bagaimana hewan bisa bicara. Lha, sekarang hewan teriak-teriak juga tidak tahu. Sama-sama nggak tahu saja protes. Orang itu cuma gaya doang. Bagaimana caranya hewan kok bisa bicara bahasa Arab. Emangnya, hewan sekarang bisa teriak-teriak kamu tahu caranya?" ujar Gus Baha lagi.
Karena sama-sama nggak tahu, Gus Baha mengingatkan “Innallaha 'ala kulli syaiin qodir.” Allah berkuasa atas segala sesuatu." Orang-orang beriman ya, "Sami'na Wa Atho'na". Percaya dengan Allah.
Pendapat lain
Selain mereka yang berpendapat dabbah adalah unta Nabi Shaleh, pendapat kedua, dabbah adalah al-Jassasah yang disebutkan dalam hadis Tamim ad-Dari pada kisah Dajjal. Pendapat ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Amru bin ‘Ash. Pendapat ini tidak kuat lantaran sifat-sifat dan apa yang dilakukan oleh si dabbah tidak cocok dengan gambaran al-Jassasah dalam hadits Tamim ad-Dari.
Ketiga, dabbah adalah ular yang mengawasi dinding Ka’bah, yang disambar oleh elang ketika orang-orang Quraisy hendak membangun Ka’bah. Pendapat ini dinisbatkan oleh al-Qurthubi kepada Ibnu ‘Abbas ra. Hanya, beliau tidak menyebutkan sumbernya.
Keempat, dabbah adalah manusia yang berbicara, mendebat dan membantah orang-orang yang gemar melakukan bid’ah dan kekufuran agar mereka berhenti. Agar jika mereka binasa, mereka binasa dengan keterangan (hujjah) yang nyata.
Kelima, Dabbah adalah bakteri yang berbahaya yang akan membuat manusia menderita. Bakteri tersebut melukai bahkan bisa membunuhnya. Ketika melukai seseorang ia membawa pesan berupa nasihat kepada manusia seandainya mereka memiliki hati yang bisa berpikir, sehingga mereka sadar untuk kembali kepada Allah, kepada agamanya dan menekan mereka untuk menerima hujjah. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu ‘Ubayyah dalam komentarnya terhadap kitab an-Nihayah/ al-Fitan wal Malahim, karya Ibnu Katsir.
(mhy)