Dabbah Binatang yang Keluar Jelang Kiamat, Ini Pendapat Gus Baha
loading...
A
A
A
Itulah firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan (QS an-Naml:48). Qadar bersembunyi di suatu tempat di gunung tempat unta merumput. Ketika unta itu datang ke gunung tersebut, lalu merumput dan mendekati Qadar, dia memukulnya dengan pedang sehingga unta itu terbunuh; kemudian Qadar mencari anak unta itu.
Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan. Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh. Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”
Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”
Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”
Nantinya, menurut Gus Baha, unta Nabi Shaleh itulah yang akan keluar dan berbicara kepada manusia. Boleh jadi ada yang tidak percaya, unta kok bisa berbicara. "Manusia itu memang bodoh," ucap Gus Baha. "Bahkan ketika binatang bisa menjerit seperti sekarang, apa mereka tahu, mengapa bisa begitu. Nggak tahu kan?" katanya.
Sama saja dengan cerita matahari terbit dari barat menjelang kiamat. "Bagaimana caranya matahari kok terbit dari barat," kata mereka yang tidak percaya. "Padahal, biarpun sekarang matahari terbit dari timur mereka juga tidak tahu caranya," lanjut Gus Baha.
"Sama saja, bagaimana hewan bisa bicara. Lha, sekarang hewan teriak-teriak juga tidak tahu. Sama-sama nggak tahu saja protes. Orang itu cuma gaya doang. Bagaimana caranya hewan kok bisa bicara bahasa Arab. Emangnya, hewan sekarang bisa teriak-teriak kamu tahu caranya?" ujar Gus Baha lagi.
Karena sama-sama nggak tahu, Gus Baha mengingatkan “Innallaha 'ala kulli syaiin qodir.” Allah berkuasa atas segala sesuatu." Orang-orang beriman ya, "Sami'na Wa Atho'na". Percaya dengan Allah.
Pendapat lain
Selain mereka yang berpendapat dabbah adalah unta Nabi Shaleh, pendapat kedua, dabbah adalah al-Jassasah yang disebutkan dalam hadis Tamim ad-Dari pada kisah Dajjal. Pendapat ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Amru bin ‘Ash. Pendapat ini tidak kuat lantaran sifat-sifat dan apa yang dilakukan oleh si dabbah tidak cocok dengan gambaran al-Jassasah dalam hadits Tamim ad-Dari.
Ketiga, dabbah adalah ular yang mengawasi dinding Ka’bah, yang disambar oleh elang ketika orang-orang Quraisy hendak membangun Ka’bah. Pendapat ini dinisbatkan oleh al-Qurthubi kepada Ibnu ‘Abbas ra. Hanya, beliau tidak menyebutkan sumbernya.
Keempat, dabbah adalah manusia yang berbicara, mendebat dan membantah orang-orang yang gemar melakukan bid’ah dan kekufuran agar mereka berhenti. Agar jika mereka binasa, mereka binasa dengan keterangan (hujjah) yang nyata.
Kelima, Dabbah adalah bakteri yang berbahaya yang akan membuat manusia menderita. Bakteri tersebut melukai bahkan bisa membunuhnya. Ketika melukai seseorang ia membawa pesan berupa nasihat kepada manusia seandainya mereka memiliki hati yang bisa berpikir, sehingga mereka sadar untuk kembali kepada Allah, kepada agamanya dan menekan mereka untuk menerima hujjah. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu ‘Ubayyah dalam komentarnya terhadap kitab an-Nihayah/ al-Fitan wal Malahim, karya Ibnu Katsir.
Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan. Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh. Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”
Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”
Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”
Nantinya, menurut Gus Baha, unta Nabi Shaleh itulah yang akan keluar dan berbicara kepada manusia. Boleh jadi ada yang tidak percaya, unta kok bisa berbicara. "Manusia itu memang bodoh," ucap Gus Baha. "Bahkan ketika binatang bisa menjerit seperti sekarang, apa mereka tahu, mengapa bisa begitu. Nggak tahu kan?" katanya.
Sama saja dengan cerita matahari terbit dari barat menjelang kiamat. "Bagaimana caranya matahari kok terbit dari barat," kata mereka yang tidak percaya. "Padahal, biarpun sekarang matahari terbit dari timur mereka juga tidak tahu caranya," lanjut Gus Baha.
"Sama saja, bagaimana hewan bisa bicara. Lha, sekarang hewan teriak-teriak juga tidak tahu. Sama-sama nggak tahu saja protes. Orang itu cuma gaya doang. Bagaimana caranya hewan kok bisa bicara bahasa Arab. Emangnya, hewan sekarang bisa teriak-teriak kamu tahu caranya?" ujar Gus Baha lagi.
Karena sama-sama nggak tahu, Gus Baha mengingatkan “Innallaha 'ala kulli syaiin qodir.” Allah berkuasa atas segala sesuatu." Orang-orang beriman ya, "Sami'na Wa Atho'na". Percaya dengan Allah.
Pendapat lain
Selain mereka yang berpendapat dabbah adalah unta Nabi Shaleh, pendapat kedua, dabbah adalah al-Jassasah yang disebutkan dalam hadis Tamim ad-Dari pada kisah Dajjal. Pendapat ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Amru bin ‘Ash. Pendapat ini tidak kuat lantaran sifat-sifat dan apa yang dilakukan oleh si dabbah tidak cocok dengan gambaran al-Jassasah dalam hadits Tamim ad-Dari.
Ketiga, dabbah adalah ular yang mengawasi dinding Ka’bah, yang disambar oleh elang ketika orang-orang Quraisy hendak membangun Ka’bah. Pendapat ini dinisbatkan oleh al-Qurthubi kepada Ibnu ‘Abbas ra. Hanya, beliau tidak menyebutkan sumbernya.
Keempat, dabbah adalah manusia yang berbicara, mendebat dan membantah orang-orang yang gemar melakukan bid’ah dan kekufuran agar mereka berhenti. Agar jika mereka binasa, mereka binasa dengan keterangan (hujjah) yang nyata.
Kelima, Dabbah adalah bakteri yang berbahaya yang akan membuat manusia menderita. Bakteri tersebut melukai bahkan bisa membunuhnya. Ketika melukai seseorang ia membawa pesan berupa nasihat kepada manusia seandainya mereka memiliki hati yang bisa berpikir, sehingga mereka sadar untuk kembali kepada Allah, kepada agamanya dan menekan mereka untuk menerima hujjah. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu ‘Ubayyah dalam komentarnya terhadap kitab an-Nihayah/ al-Fitan wal Malahim, karya Ibnu Katsir.
(mhy)