Tinggal 10 Hari Terakhir, Jangan Sia-siakan Ibadah Puasanya!

Minggu, 02 Mei 2021 - 10:04 WIB
loading...
Tinggal 10 Hari Terakhir, Jangan Sia-siakan Ibadah Puasanya!
Rasulullah mengingatkan jangan menjadi orang yang merugi di bulan puasa, karena masih melakukan hal-hal yang sia sia dan malah merusak amalan puasanya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan pergi meninggalkan umat Islam. Bulan mulia ini telah memasuki 10 hari terakhir . Di waktu-waktu akhir ini, umat Islam disarankan meningkatkan amal ibadahnya .

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar di 10 hari terakhir, mengejar malam kemuliaan, malam yang kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan, Lailatul Qadar . Jangan lengah, perbanyak amal shaleh, dan hindari hal-hal yang justru merusak ibadah puasa kita.



Rasulullah juga mengingatkan jangan menjadi orang yang merugi di bulan puasa. Sabda Beliau Shallallhu 'alaihi wa Sallam : "Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani).

Artinya bahwa ada beberapa hal yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia.

1. Berkata dusta (az zuur).

Inilah perkataan yang membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia, hanya merasakan lapar dan dahaga saja.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :

*مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ*

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).



Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan).

Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. (Kitab Syarh Sunan Ibnu Majah, Maktabah Syamilah)

2️. Berkata lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno).

Amalan yang kedua yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia adalah perkataan lagwu dan rofats.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

*لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

"Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).



Apa yang dimaksud dengan lagwu? Dalam Fathul Bari, disebutkan bahwa lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.

Lalu apa yang dimaksudkan dengan rofats? Dalam Fathul Bari , Ibnu Hajar mengatakan, istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji.”

Istilah rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita.” Atau dengan kata lain rofats adalah kata-kata porno.

Itulah di antara perkara yang bisa membuat amalan seseorang menjadi sia-sia. Betapa banyak orang yang masih melakukan seperti ini, begitu mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor, dusta, sia-sia dan menggunjing orang lain.



3️. Melakukan berbagai macam maksiat

Ingatlah bahwa puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun hendaknya seorang yang berpuasa juga menjauhi perbuatan yang haram.

Ulama salafush saleh Ibnu Rojab Al Hambali mengatakan, amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan. (Dinukil dari Latho’if Al Ma’arif).



Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat bagus : "Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja."

Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus dilakukan. Hendaknya seseorang menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat.

Ibnu Rojab mengatakan dalam kitab Al Fath, tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja. Apakah dengan berkata dusta dan melakukan maksiat, puasa seseorang menjadi batal? Ibnu Rojab berpendapat, mendekatkan diri pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan perkara yang mubah tidaklah akan sempurna sampai seseorang menyempurnakannya dengan meninggalkan perbuatan haram.



Barangsiapa yang melakukan yang haram (seperti berdusta) lalu dia mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan yang mubah (seperti makan di bulan Ramadhan), maka ini sama halnya dengan seseorang meninggalkan yang wajib lalu dia mengerjakan yang sunnah.

Walaupun puasa orang semacam ini tetap dianggap sah menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama) yaitu orang yang melakukan semacam ini tidak diperintahkan untuk mengulangi (mengqodho’) puasanya. Alasannya karena amalan itu batal jika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang karena sebab khusus dan tidaklah batal jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan karena sebab khusus. Inilah pendapat mayoritas ulama.”

Mala ‘Ali Al Qori dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih berkata, “Orang yang berpuasa seperti ini sama keadaannya dengan orang yang haji yaitu pahala pokoknya (ashlu) tidak batal, tetapi kesempurnaan pahala yang tidak dia peroleh. Orang semacam ini akan mendapatkan ganjaran puasa sekaligus dosa karena maksiat yang dia lakukan.”



Allâh Ta’ala berfirman:_

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183).

Wallahu A'lam

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1567 seconds (0.1#10.140)