Hajar Aswad (3): Ini Mengapa Jutaan Orang Berebut Mencium Si Hitam
loading...
A
A
A
SETIAP Muslim terutama yang sedang menunaikan ibadah haji maupun umrah pasti ingin mencium maupun mengusap hajar aswad. Batu hitam yang berasal dari surga itu terletak di sudut sebelah Tenggara Ka'bah , yaitu sudut darimana Tawaf dimulai.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu tentang ibadah haji RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Radhiyallahu anhu mengatakan:
حَتَّى إِذَا أَتَيْنَا الْبَيْتَ مَعَهُ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ فَرَمَلَ ثَلاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا
Ketika kami sampai di Ka’bah bersama Nabi SAW, Beliau mengusap Hajar Aswad lalu Beliau berlari-lari kecil tiga putaran dan berjalan empat putaran.
Mengapakah kaum Muslimin mencium atau mengusap Hajar Aswad?
Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma.
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَقْدَمُ مَكَّةَ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ الأَسْوَدَ أَوَّلَ مَا يَطُوفُ حِينَ يَقْدَمُ يَخُبُّ ثَلاثَةَ أَطْوَافٍ مِنَ السَّبْعِ
Aku pernah melihat Rasulullah SAW ketika tiba di Makkah jika telah mengusap Hajar Aswad, di awal ibadah thawaf, Beliau mempercepat langkah pada tiga putaran (pertama) dari tujuh putaran.
Inilah antara lain yang menjadi pegangan kaum Muslimin dalam mencium Hajar Aswad atau mengusapnya.Lantaran itu pula, batu hitam itu sudah licin karena terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan miliaran manusia sejak dahulu kala.
Mereka melakukan itu dalam rangka mengikuti Rasulullah SAW dan menjadikan Beliau sebagai suri tauladan, bukan karena meyakini bahwa Hajar Aswad bisa mendatangkan manfaat atau bisa mendatangkan celaka.
Oleh karena itu Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhu mengatakan:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Sesugguhnya saya tahu bahwa kamu itu hanya sebongkah batu yang tidak bisa mendatangkan manfaat juga tidak bisa mendatangkan bahaya. Kalau bukan karena saya melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka saya tidak akan menciummu. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim].
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Umar Radhiyallahu anhu mengucapkan perkataan itu karena manusia kala itu belum lama meninggalkan peribadatan mereka terhadap berhala-berhala. Umar Radhiyallahu anhu khawatir orang-orang bodoh mengira bahwa mengusap Hajar Aswad merupakan bentuk pemuliaan terhadap sebagian batu, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Arab pada masa jahiliyah.
Umar Radhiyallahu anhu ingin memberitahu manusia bahwa mengusap Hajar Aswad itu hanya dalam rangka mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bukan karena batu itu bisa memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya, sebagaimana keyakinan orang-orang Arab terhadap berhala-berhala mereka.
Yang disyari’atkan terkait Hajar Aswad itu adalah menciumnya saja atau mengusapnya dengan tangan jika tidak memungkinkan untuk menciumnya atau memberikan isyarat ke arahnya jika tidak memungkinkan melakukan dua hal di atas.
Hanya saja, pada musim haji tahun lalu jamaah haji dilarang keras mencium bahkan menyentuh Ka'bah dan hajar aswad untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19. Jadi kini cukup dengan memberikan isyarat ke hajar aswad.
Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda:
“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu tentang ibadah haji RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Radhiyallahu anhu mengatakan:
حَتَّى إِذَا أَتَيْنَا الْبَيْتَ مَعَهُ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ فَرَمَلَ ثَلاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا
Ketika kami sampai di Ka’bah bersama Nabi SAW, Beliau mengusap Hajar Aswad lalu Beliau berlari-lari kecil tiga putaran dan berjalan empat putaran.
Mengapakah kaum Muslimin mencium atau mengusap Hajar Aswad?
Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma.
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَقْدَمُ مَكَّةَ اسْتَلَمَ الرُّكْنَ الأَسْوَدَ أَوَّلَ مَا يَطُوفُ حِينَ يَقْدَمُ يَخُبُّ ثَلاثَةَ أَطْوَافٍ مِنَ السَّبْعِ
Aku pernah melihat Rasulullah SAW ketika tiba di Makkah jika telah mengusap Hajar Aswad, di awal ibadah thawaf, Beliau mempercepat langkah pada tiga putaran (pertama) dari tujuh putaran.
Inilah antara lain yang menjadi pegangan kaum Muslimin dalam mencium Hajar Aswad atau mengusapnya.Lantaran itu pula, batu hitam itu sudah licin karena terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan miliaran manusia sejak dahulu kala.
Mereka melakukan itu dalam rangka mengikuti Rasulullah SAW dan menjadikan Beliau sebagai suri tauladan, bukan karena meyakini bahwa Hajar Aswad bisa mendatangkan manfaat atau bisa mendatangkan celaka.
Oleh karena itu Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhu mengatakan:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Sesugguhnya saya tahu bahwa kamu itu hanya sebongkah batu yang tidak bisa mendatangkan manfaat juga tidak bisa mendatangkan bahaya. Kalau bukan karena saya melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka saya tidak akan menciummu. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim].
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Umar Radhiyallahu anhu mengucapkan perkataan itu karena manusia kala itu belum lama meninggalkan peribadatan mereka terhadap berhala-berhala. Umar Radhiyallahu anhu khawatir orang-orang bodoh mengira bahwa mengusap Hajar Aswad merupakan bentuk pemuliaan terhadap sebagian batu, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Arab pada masa jahiliyah.
Umar Radhiyallahu anhu ingin memberitahu manusia bahwa mengusap Hajar Aswad itu hanya dalam rangka mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bukan karena batu itu bisa memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya, sebagaimana keyakinan orang-orang Arab terhadap berhala-berhala mereka.
Yang disyari’atkan terkait Hajar Aswad itu adalah menciumnya saja atau mengusapnya dengan tangan jika tidak memungkinkan untuk menciumnya atau memberikan isyarat ke arahnya jika tidak memungkinkan melakukan dua hal di atas.
Hanya saja, pada musim haji tahun lalu jamaah haji dilarang keras mencium bahkan menyentuh Ka'bah dan hajar aswad untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19. Jadi kini cukup dengan memberikan isyarat ke hajar aswad.
Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda:
“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.
(mhy)