Ketika Abu Nawas dengan Sukarela Masuk ke Penjara

Senin, 31 Mei 2021 - 08:48 WIB
loading...
A A A
"Bagaimana?" tanya Al Amin kepada Abu Nawas.

"Ya, begitulah. Kalian memang dari keturunan yang mulia," jawab Abu Nawas ngeledek.

"Tapi coba teruskan."

"Kami berperang dengan pedang dan tombak pendek."

"Syair macam apa itu," celutuk Abu Nawas yang sudah tidak mau berbasa-basi lagi.



Al Amin marah sekali mendengar cemooh Abu Nawas tersebut, ia lalu menyuruh seorang pasukan istana untuk menangkap dan memasukkan Abu Nawas ke dalam penjara.

Selama beberapa hari Abu Nawas tidak pernah muncul di istana, sehingga Raja Harun Al Rasyid merasa rindu. Belakangan sang Raja mendengar kabar bahwa Abu Nawas dimasukkan penjara oleh Al Amin.

la kemudian mengajak putranya itu ke penjara untuk menjenguk Abu Nawas.

"Kenapa kamu memenjarakannya?" tanya sang Raja. Al Amin kemudian menceritakan semuanya.

"Yang sangat menyakitkan ia telah berani mencemooh syair karyaku, ayahanda," kata Al Amin.

“Tentu saja karena memang karya syairmu jelek," balas Raja.

"Dia itu kan memang seorang penyair hebat. Jadi bisa menilai mana karya syair yang bagus dan yang tidak bagus. Lagi pula apa yang ia katakan itu jangan kamu anggap sebagai ejekan, melainkan sebuah kritikan yang harus kamu terima dengan lapang dada," lanjut sang Raja menasihati.

"Baik. Kalau begitu beri lagi aku kesempatan waktu untuk memperbaiki karya syairku," kata Al Amin sambil beranjak pergi.

Untuk kedua kalinya Al Amin pergi ke tempat yang sepi guna mengasah pikiran dan mendalami ilmu sastra agar bisa menulis syair yang benar benar bagus, tidak seperti sebelumnya. Dan beberapa pekan kemudian ia sudah pulang ke istana.

Esoknya pagi pagi sekali baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas, dan beberapa penyair sudah berada di istana. Rupanya pertemuan itu sudah diatur oleh sang permaisuri. Beliau ingin mereka mendengarkan syair karya putranya yang baru saja pulang mendalami ilmu sastra.

"Dengarkan karya syair putraku Al Amin,” kata sang perrnaisun.

"Baik, silahkan," sahut Abu Nawas.

Al Amin pun mulai membaca syair karyanya:

Hai binatang yang duduk bersimpuh
Rasanya tidak ada yang setolol kamu
Kamu seperti hidangan kinafah
Yang diolesi dengan rninyak biji hardal dan minyak sapi yang kental.
Seperti warna seekor kuda belang.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4072 seconds (0.1#10.140)