Sampaikan Walau Satu Ayat!
loading...
A
A
A
Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia
Lepas dari urusan kekuatan sanadnya, namun dari segi matan (konten) isi hadis memang sering menimbulkan banyak penafsiran. Yang paling sering hadis ini ditafsirkan seolah-olah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam perintahkan orang yang ilmunya cuma satu ayat doang untuk segera berdakwah dan mengajarkan ilmunya.
Kesannya Nabi lagi tekor dan kekurangan kader, sehingga kader yang masih mentah pun dikirim juga, walau pun tidak lulus kualifikasi. Kuat sekali kesan seperti itu.
Pemahaman seperti ini yang rasanya paling sering dijadikan modal untuk berdakwah dan berceramah. Seolah-olah dipahami walaupun cuma punya modal ilmu seuprit, sudah berhak ceramah apapun.
Ibarat orang naik motor, asalkan tahu sedikit sekali tentang motor, ya sudah boleh naik motor di jalan raya, keluar kota dan kemana saja.
Sehingga hadits ini lalu ditafsirkan secara unik dan liberal menjadi : walaupun baru tahu satu ayat, silakan bahas 6.236 ayat lainnya. Satu ayat adalah representasi dari semua ayat. Bahkan silakan bahas apapun sesuka hati.
Logikanya unik sekali. Bayangkan, asalkan sudah tahu satu ayat berarti otomatis sudah tahu semuanya.
Semudah itu kah Al-Quran? Mereka jawab iya memang semudah itu. Pakai dalil pula.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS Al-Qamar: 17)
Lucunya, dahulu para sahabat belajar Qur'an dengan tekun langsung di bawah asuhan Nabi Muhammad SAW. Mereka butuh bertahun-tahun proses, tidak ujug-ujug langsung berangkat ceramah.
Tapi, umat di akhir zaman ini canggih banget. Cukup kuasai satu ayat, otomatis tahu semua ayat. Bahkan cukup ngarang sendiri tafsir satu ayat, maka dianggap sebagai ahli Qur'an.
Alasannya sederhana sekali. Kan Al-Qur'an itu gampang banget. Tafsirannya itu ngarang sendiri juga bisa. Cara pandang seperti itulah yang biasanya berkembang dan diyakini seyakin-yakinnya.
Padahal. Kalau mau konsisten dengan teks hadits, ada dua kemungkinan dalam urusan menyampaikan satu ayat ini. Pertama, sampaikan meski yang disampaikan hanya satu ayat.
Artinya yang menyampaikan sebenarnya sudah tahu banyak ayat. Namun ketika menyampaikan kepada khalayak, yang disampaikan tidak semuanya, cukup satu ayat saja.
Pengertian seperti ini sejalan dengan proses turunnya ayat Al-Qur'an selama 23 tahun yang sifatnya hanya se-ayat se-ayat saja. Tidak langsung turun 6.236 ayat sekaligus.
Jadi ketika mengajarkan ayat-ayat Al-Qur'an, sampaikan se-ayat demi se-ayat. Kedua, sampaikan meski tahunya satu ayat.
Kalau pakai pengertian kedua ini, berarti walau tahunya cuma satu ayat, sudah boleh menyampaikan. Apa yang disampaikan? Semua ayat lain yang belum diketahui? Oh jelas tidak.
Silakan sampaikan satu ayat yang sudah Anda pelajari dan tahu ilmunya. Dan ingat, bukan menjelaskan semua ayat. Kan belum tahu, kok sok ingin menjelaskan?
Coba teliti baik-baik teks hadisnya. Sama sekali tidak menyinggung ilmu yang hanya seayat, tapi fokus kepada materi yang mau disampaikan yang hanya satu ayat. Tapi teks itu diselewengkan menjadi: "Sampaikanlah meski kamu tahunya cuma satu ayat. Ini jelas menyalahi teks hadis aslinya."
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia
Lepas dari urusan kekuatan sanadnya, namun dari segi matan (konten) isi hadis memang sering menimbulkan banyak penafsiran. Yang paling sering hadis ini ditafsirkan seolah-olah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam perintahkan orang yang ilmunya cuma satu ayat doang untuk segera berdakwah dan mengajarkan ilmunya.
Kesannya Nabi lagi tekor dan kekurangan kader, sehingga kader yang masih mentah pun dikirim juga, walau pun tidak lulus kualifikasi. Kuat sekali kesan seperti itu.
Pemahaman seperti ini yang rasanya paling sering dijadikan modal untuk berdakwah dan berceramah. Seolah-olah dipahami walaupun cuma punya modal ilmu seuprit, sudah berhak ceramah apapun.
Ibarat orang naik motor, asalkan tahu sedikit sekali tentang motor, ya sudah boleh naik motor di jalan raya, keluar kota dan kemana saja.
Sehingga hadits ini lalu ditafsirkan secara unik dan liberal menjadi : walaupun baru tahu satu ayat, silakan bahas 6.236 ayat lainnya. Satu ayat adalah representasi dari semua ayat. Bahkan silakan bahas apapun sesuka hati.
Logikanya unik sekali. Bayangkan, asalkan sudah tahu satu ayat berarti otomatis sudah tahu semuanya.
Semudah itu kah Al-Quran? Mereka jawab iya memang semudah itu. Pakai dalil pula.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS Al-Qamar: 17)
Lucunya, dahulu para sahabat belajar Qur'an dengan tekun langsung di bawah asuhan Nabi Muhammad SAW. Mereka butuh bertahun-tahun proses, tidak ujug-ujug langsung berangkat ceramah.
Tapi, umat di akhir zaman ini canggih banget. Cukup kuasai satu ayat, otomatis tahu semua ayat. Bahkan cukup ngarang sendiri tafsir satu ayat, maka dianggap sebagai ahli Qur'an.
Alasannya sederhana sekali. Kan Al-Qur'an itu gampang banget. Tafsirannya itu ngarang sendiri juga bisa. Cara pandang seperti itulah yang biasanya berkembang dan diyakini seyakin-yakinnya.
Padahal. Kalau mau konsisten dengan teks hadits, ada dua kemungkinan dalam urusan menyampaikan satu ayat ini. Pertama, sampaikan meski yang disampaikan hanya satu ayat.
Artinya yang menyampaikan sebenarnya sudah tahu banyak ayat. Namun ketika menyampaikan kepada khalayak, yang disampaikan tidak semuanya, cukup satu ayat saja.
Pengertian seperti ini sejalan dengan proses turunnya ayat Al-Qur'an selama 23 tahun yang sifatnya hanya se-ayat se-ayat saja. Tidak langsung turun 6.236 ayat sekaligus.
Jadi ketika mengajarkan ayat-ayat Al-Qur'an, sampaikan se-ayat demi se-ayat. Kedua, sampaikan meski tahunya satu ayat.
Kalau pakai pengertian kedua ini, berarti walau tahunya cuma satu ayat, sudah boleh menyampaikan. Apa yang disampaikan? Semua ayat lain yang belum diketahui? Oh jelas tidak.
Silakan sampaikan satu ayat yang sudah Anda pelajari dan tahu ilmunya. Dan ingat, bukan menjelaskan semua ayat. Kan belum tahu, kok sok ingin menjelaskan?
Coba teliti baik-baik teks hadisnya. Sama sekali tidak menyinggung ilmu yang hanya seayat, tapi fokus kepada materi yang mau disampaikan yang hanya satu ayat. Tapi teks itu diselewengkan menjadi: "Sampaikanlah meski kamu tahunya cuma satu ayat. Ini jelas menyalahi teks hadis aslinya."