Sampaikan Walau Satu Ayat!
loading...
A
A
A
Tidak mungkin Nabi memerintahkan kepada orang yang tahunya hanya satu ayat untuk menjadi utusan Beliau dalam rangka menyebarkan ilmu agama. Sangat-sangat tidak masuk akal.
Tapi anggaplah misalnya begitu, yaitu asalkan tahu satu ayat, kenapa tidak boleh disampaikan. Oke oke. Tapi yang disampaikan haruslah ayat itu saja, bukan?
Tahunya satu ayat, lalu ingin menyampaikan ke orang lain nih. Soalnya sudah kebelet banget ingin menyampaikan. Kan gak masuk akal ketika menyampaikan, malah ayat yang lain yang dia belum tahu.
Silakan sampaikan ayat yang sudah anda tahu. Tapi jangan menyampaikan ayat yang anda tidak tahu. Tidak tahu kok sok mau menyampaikan? Tidak masuk logika, bukan?
Tapi ngomong-ngomong, kalau ngaku sudah tahu satu ayat doang, boleh dong ditanya dulu? Kok bisa tahu satu penjelasan ayat itu? Maksudnya gimana? Tahu bahwa ada ayat itu atau tahu banyak terkait ayat itu?
Harus dibedakan dan harus jelas. Beda jauh antara orang yang tahu bahwa di dunia ini ada sebuah kota bernama Mekkah, dengan orang yang pernah tinggal di Mekkah bertahun-tahun.
Seperti Nabi pernah bertanya kepada Adi bin Hatim, "Tahu kah kamu negeri Hirah?" Jawabnya jujur, "Saya pernah dengar adanya negeri itu, tapi saya belum pernah kesana".
Kalau jawabannya begitu kan jelas urusannya. Jujur tahu bahwa ayat itu ada, tapi sama sekali tidak tahu apa isi dan maksudnya.
Tapi yang terjadi tidak begitu, cuma ngaku-ngaku tahu saja, padahal kalau diteruskan dengan pertanyaan berikut ini, pasti gelagapan jawabnya.
Gimana prosesnya tahunya ayat itu? Apa baca-baca terjemahnya? Atau ngarang-ngarang sendiri? Atau searching di Google? Atau dapat postingan dari group apalah namanya?
Apakah dengan cara itu bisa dijamin bisa tahu suatu ayat? Beneran merasa sudah tahu? Coba kita tes dulu baik-baik. Apakah ayat itu termasuk ayat Makkikyah atau ayat Madaniyah? Bagaimana latar belakang turunnya ayat itu? Apa munasabah ayat itu dengan ayat sebelum dan sesudahnya? Apakah ayat itu termasuk ayat 'aam atau khash? Mujmal mubayyan? Nasikh mansukh?
Bisakah saudara jelaskan makna kata per kata serta posisinya dalam struktur kalimat? Atau tahunya hanya kira-kira secara global saja? Cuma sekadar ancer-ancer saja?
Kalau merasa sudah pernah belajar semua itu, tentu bisa dong menjawab pertanyaan di atas untuk satu ayat yang diklaim katanya sudah tahu ilmunya. Semoga jawabannya benar.
Okelah misalnya jawabnnya benar sekali. Semua kisi-kisi keilmuan dari ayat itu sudah dihafal luar kepala. Tapi, menyampaikannya kepada umat hanya ayat yang itu saja ya, jangan kemana-mana. Sampaikan satu ayat yang anda sudah tahu. Tapi jangan sampaikan ayat yang anda tidak tahu. Itu kuncinya.
Tapi anggaplah misalnya begitu, yaitu asalkan tahu satu ayat, kenapa tidak boleh disampaikan. Oke oke. Tapi yang disampaikan haruslah ayat itu saja, bukan?
Tahunya satu ayat, lalu ingin menyampaikan ke orang lain nih. Soalnya sudah kebelet banget ingin menyampaikan. Kan gak masuk akal ketika menyampaikan, malah ayat yang lain yang dia belum tahu.
Silakan sampaikan ayat yang sudah anda tahu. Tapi jangan menyampaikan ayat yang anda tidak tahu. Tidak tahu kok sok mau menyampaikan? Tidak masuk logika, bukan?
Tapi ngomong-ngomong, kalau ngaku sudah tahu satu ayat doang, boleh dong ditanya dulu? Kok bisa tahu satu penjelasan ayat itu? Maksudnya gimana? Tahu bahwa ada ayat itu atau tahu banyak terkait ayat itu?
Harus dibedakan dan harus jelas. Beda jauh antara orang yang tahu bahwa di dunia ini ada sebuah kota bernama Mekkah, dengan orang yang pernah tinggal di Mekkah bertahun-tahun.
Seperti Nabi pernah bertanya kepada Adi bin Hatim, "Tahu kah kamu negeri Hirah?" Jawabnya jujur, "Saya pernah dengar adanya negeri itu, tapi saya belum pernah kesana".
Kalau jawabannya begitu kan jelas urusannya. Jujur tahu bahwa ayat itu ada, tapi sama sekali tidak tahu apa isi dan maksudnya.
Tapi yang terjadi tidak begitu, cuma ngaku-ngaku tahu saja, padahal kalau diteruskan dengan pertanyaan berikut ini, pasti gelagapan jawabnya.
Gimana prosesnya tahunya ayat itu? Apa baca-baca terjemahnya? Atau ngarang-ngarang sendiri? Atau searching di Google? Atau dapat postingan dari group apalah namanya?
Apakah dengan cara itu bisa dijamin bisa tahu suatu ayat? Beneran merasa sudah tahu? Coba kita tes dulu baik-baik. Apakah ayat itu termasuk ayat Makkikyah atau ayat Madaniyah? Bagaimana latar belakang turunnya ayat itu? Apa munasabah ayat itu dengan ayat sebelum dan sesudahnya? Apakah ayat itu termasuk ayat 'aam atau khash? Mujmal mubayyan? Nasikh mansukh?
Bisakah saudara jelaskan makna kata per kata serta posisinya dalam struktur kalimat? Atau tahunya hanya kira-kira secara global saja? Cuma sekadar ancer-ancer saja?
Kalau merasa sudah pernah belajar semua itu, tentu bisa dong menjawab pertanyaan di atas untuk satu ayat yang diklaim katanya sudah tahu ilmunya. Semoga jawabannya benar.
Okelah misalnya jawabnnya benar sekali. Semua kisi-kisi keilmuan dari ayat itu sudah dihafal luar kepala. Tapi, menyampaikannya kepada umat hanya ayat yang itu saja ya, jangan kemana-mana. Sampaikan satu ayat yang anda sudah tahu. Tapi jangan sampaikan ayat yang anda tidak tahu. Itu kuncinya.
(rhs)