Waktu Begitu Cepat Berlalu, Kiamat Sudah Dekat?
loading...
A
A
A
Ya, waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin tahun 2019, bangsa ini menggelar pemilian umum. Kini sudah tahun 2021. Publik sudah berbicara tentang pergantian presiden 2024.
Pergantian bulan juga terasa begitu cepat. Peralihan dari Mei ke Juni sangat tak terasa. Apalagi pergantian hari ke hari. Satu hari terasa seperti satu jam. Matahari seakan lari lebih cepat dari biasanya.
Ada yang mengatakan kemajuan teknologi dan informasi merupakan penyebab pergantian waktu terasa begitu cepatnya. Sekarang, antarsatu negara dengan negara lainya sudah tidak ada lagi batasnya. Amerika yang jarak georafisnya begitu jauh dengan Indonesia dapat ditempuh dalam beberapa jam saja. Begitu pula komunikasi antarnegara, kita bisa berbicara dengan orang yang berada di daerah lain tanpa harus berkunjung bertamu ke rumahnya. Semua ini berkat kemajuan teknologi, alat komunikasi, dan transformasi.
Sejumlah hadis menjelaskan bahwa fenomena seperti ini termasuk di antara tanda-tanda kiamat. Di antara hadis tersebut adalah riwayat Abu Hurairah yang mendengar Nabi SAW berkata:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى… يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ.
‘Tidak akan tiba hari Kiamat hingga… zaman berdekatan.’” (Shahiihul Bukhari, kitab al-Fitan (XIII/81-82, al-Fath).
Dan diriwayatkan dari beliau Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ.
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.” (Musnad Ahmad, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Anas)
Dalam kitab Asyraathus Saa’ah (edisi Indonesia: Hari Kiamat Sudah Dekat) karya Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, disebutkan ada beberapa pendapat para ulama tentang makna berdekatannya zaman, di antaranya:
Pertama, maksudnya adalah sedikitnya keberkahan di dalam waktu. [Lihat Ma’aalimus Sunan (VI/141-142, dengan catatan pinggir Mukhtashar Sunan Abi Dawud, karya al-Mundziri), Jaami’ul Ushuul, karya Ibnul Atsir (X/409), dan Fat-hul Baari (XIII/16).
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hal ini telah didapati pada zaman kita sekarang ini. Karena kita telah menjumpai cepatnya waktu berlalu yang tidak pernah kita temukan pada zaman sebelum kita.” (Lihat Fat-hul Baari (XIII/16)
Kedua, maksudnya adalah apa yang akan terjadi pada zaman al-Mahdi dan Nabi ‘Isa Alaihissallam, di mana manusia menikmati kehidupannya, adanya jaminan keamanan, juga keadilan. Saat itu manusia merasakan singkatnya masa-masa kemakmuran padahal waktunya lama, dan masa-masa sulit dirasakan lama padahal singkat.[Lihat Fat-hul Baari (XIII/16)]
Ketiga, maksudnya adalah kedekatan (kemiripan) keadaan penghuninya dalam hal sedikitnya ilmu agama. Sehingga, tidak ada amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah-tengah mereka karena mendominasinya kefasikan dan para pelakunya. Secara khusus hal itu terjadi ketika upaya mencari ilmu ditinggalkan serta ridha dengan kebodohan. Karena sesungguhnya manusia tidak sama dalam keilmuannya, dan beragamnya tingkatan ilmu mereka, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ “…
Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” [ QS Yusuf: 76 ]
Dan mereka dikatakan sama hanya ketika dalam kebodohan.
Pergantian bulan juga terasa begitu cepat. Peralihan dari Mei ke Juni sangat tak terasa. Apalagi pergantian hari ke hari. Satu hari terasa seperti satu jam. Matahari seakan lari lebih cepat dari biasanya.
Baca Juga
Ada yang mengatakan kemajuan teknologi dan informasi merupakan penyebab pergantian waktu terasa begitu cepatnya. Sekarang, antarsatu negara dengan negara lainya sudah tidak ada lagi batasnya. Amerika yang jarak georafisnya begitu jauh dengan Indonesia dapat ditempuh dalam beberapa jam saja. Begitu pula komunikasi antarnegara, kita bisa berbicara dengan orang yang berada di daerah lain tanpa harus berkunjung bertamu ke rumahnya. Semua ini berkat kemajuan teknologi, alat komunikasi, dan transformasi.
Sejumlah hadis menjelaskan bahwa fenomena seperti ini termasuk di antara tanda-tanda kiamat. Di antara hadis tersebut adalah riwayat Abu Hurairah yang mendengar Nabi SAW berkata:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى… يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ.
‘Tidak akan tiba hari Kiamat hingga… zaman berdekatan.’” (Shahiihul Bukhari, kitab al-Fitan (XIII/81-82, al-Fath).
Dan diriwayatkan dari beliau Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ.
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.” (Musnad Ahmad, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Anas)
Dalam kitab Asyraathus Saa’ah (edisi Indonesia: Hari Kiamat Sudah Dekat) karya Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, disebutkan ada beberapa pendapat para ulama tentang makna berdekatannya zaman, di antaranya:
Pertama, maksudnya adalah sedikitnya keberkahan di dalam waktu. [Lihat Ma’aalimus Sunan (VI/141-142, dengan catatan pinggir Mukhtashar Sunan Abi Dawud, karya al-Mundziri), Jaami’ul Ushuul, karya Ibnul Atsir (X/409), dan Fat-hul Baari (XIII/16).
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hal ini telah didapati pada zaman kita sekarang ini. Karena kita telah menjumpai cepatnya waktu berlalu yang tidak pernah kita temukan pada zaman sebelum kita.” (Lihat Fat-hul Baari (XIII/16)
Kedua, maksudnya adalah apa yang akan terjadi pada zaman al-Mahdi dan Nabi ‘Isa Alaihissallam, di mana manusia menikmati kehidupannya, adanya jaminan keamanan, juga keadilan. Saat itu manusia merasakan singkatnya masa-masa kemakmuran padahal waktunya lama, dan masa-masa sulit dirasakan lama padahal singkat.[Lihat Fat-hul Baari (XIII/16)]
Ketiga, maksudnya adalah kedekatan (kemiripan) keadaan penghuninya dalam hal sedikitnya ilmu agama. Sehingga, tidak ada amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah-tengah mereka karena mendominasinya kefasikan dan para pelakunya. Secara khusus hal itu terjadi ketika upaya mencari ilmu ditinggalkan serta ridha dengan kebodohan. Karena sesungguhnya manusia tidak sama dalam keilmuannya, dan beragamnya tingkatan ilmu mereka, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ “…
Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” [ QS Yusuf: 76 ]
Dan mereka dikatakan sama hanya ketika dalam kebodohan.