Mentauhidkan Allah Adalah Jihad Terbesar Dalam Hidup Ini
loading...
A
A
A
SYIRIK adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) dalam rububiyyah dan uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya. Kata syirik ini berasal dari kata "syaraka" yang berarti "mencampurkan dua atau lebih benda/hal yang tidak sama menjadi seolah-olah sama", misalnya mencampurkan beras kelas dua ke dalam beras kelas satu. Campuran itu dinamakan beras isyrak. Orang yang mencampurkannya disebut musyrik.
Lawan "syaraka" ialah "khalasha" artinya memurnikan. Beras kelas satu yang masih murni, tidak bercampur sebutir pun dengan beras jenis lain disebut beras yang "Khalish". Jadi orang yang ikhlas bertuhankan hanya Allah ialah orang yang benar-benar bertauhid . Inilah konsep yang paling sentral di dalam ajaran Islam.
Menurut Ibnu Taimiyyah , syirik ada dua macam, pertama syirik dalam rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ
“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’” [QS Saba’: 22]
Kedua, syirik dalam uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allah, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah.
Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada selain-Nya.
Oleh karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “…
Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [QS Luqman: 13]
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ (ثَلاَثًا)، قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: َاْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ -وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ-: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ.
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat ) menjawab: “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezaliman. Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Jihad Besar
Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim (w.2008) dalam buku Kuliah Tauhid (1980) menyatakan dalam kenyataannya, kebanyakan manusia di dunia ini bertuhan lebih dari satu. Al-Qur'an menamakan mereka ini musyrik, yaitu orang yang syirik.
Menurut Imaduddin, mentauhidkan Allah ini tidaklah semudah percaya akan wujudnya Allah. Mentauhidkan Allah dengan ikhlas menghendaki suatu perjuangan yang sangat berat. Mentauhidkan Allah adalah suatu jihad yang terbesar di dalam hidup ini.
Kenyataannya, orang-orang yang sudah mengaku Islam pun, bahkan mereka yang sudah rajin bersalat, berpuasa dan ber'ibadah yang lain pun, di dalam kehidupan mereka sehari-hari masih bersikap, bahkan bertingkah laku seolah-olah mereka masih syirik (bertuhan lain di samping Tuhan Yang Sebenarnya).
Mereka masih mencampurkan (mensyirikkan) pengabdian mereka kepada Allah itu dengan pengabdian kepada sesuatu "ilah" yang lain. Pengabdian sampingan itu biasanya ialah di dalam bentuk "rasa ketergantungan" kepada ilah yang lain itu. Oleh karena itu, al-Qur'an mengingatkan setiap Muslim, bahwa dosa terbesar yang tak akan terampunkan oleh Allah ialah syirik ini.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa : 48 )
Dalam menafsirkan Surat ini Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi dalam An-Nafahat Al-Makkiyah menyatakan Allah mengampuni dosa-dosa kecuali syirik, baik dosa yang kecil maupun yang besar. Yang demikian itu menurut kehendak-Nya dalam mengampuni-Nya, yaitu bila hikmahnya telah mengampuninya.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi, Allah telah menjadikan baginya banyak sekali sebab-sebab pengampunannya atas dosa-dosa, selain syirik. Sebab itu antara lain, seperti amal kebaikan-kebaikan yang menggugurkan dosa, musibah-musibah yang menghapus dosa di dunia, alam barzah dan hari kiamat, atau seperti doa sebagian kaum Mukminin untuk sebagian yang lain, atau seperti syafaatnya para pemberi syafaat, dan lebih dari itu semua adalah rahmat Allah. "Yang paling berhak mendapatkanya adalah para ahli iman dan tauhid," ujarnya.
Berbeda halnya dengan kesyirikan, sesungguhnya seorang musyrik telah menutup pintu-pintu ampunan bagi dirinya sendiri, dan juga telah mengunci rapat pintu-pintu rahmat, sehingga tidak berguna bagi mereka segala ketaatan selain dari ketahuidan, dan musibah-musibah yang tidak bermanfaat sama sekali baginya.
"Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab,"(Asy-Syu’ara:100-101).
Oleh karena itulah Allah berfirman, “Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” maksudnya, ia telah berbuat kejahatan yang besar."
Dan kezaliman apa lagi yang paling besar dari orang yang menyamakan antara seorang makhluk dengan sang Pencipta yang Mahasempurna dari segala aspeknya, di mana DiriNya Mahakaya dan tidak butuh kepada seluruh makhluk, yang pada TanganNya ada manfaat, bahaya, pemberian maupun peniadaan, dan yang tiada suatu nikmat pun yang dirasakan oleh seluruh makhluk kecuali dariNya.
Maka adakah suatu hal yang lebih besar dari kezaliman itu? Oleh karena itu Allah menetapkan bahwa pelakunya abadi dalam siksa neraka dan diharamkan mendapatkan pahala, "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maidah:72).
Ayat yang mulia ini berlaku bagi selain orang yang bertaubat, adapun orang yang bertaubat, maka akan diampuni baginya, baik dosa syirik ataupun dosa selainnya, sebagaimana Allah berfirman, "Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Az-Zumar:53) yaitu bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
Imaduddin menambahkan Rasulullah pun pernah mengatakan, bahwa pokok pangkal setiap dosa ialah syirik. Jadi senada dengan peringatan yang disampaikan al-Qur'an .
Dapat dipahami, menurut Imaduddin, bahwa setiap orang yang akan melakukan sesuatu dosa, apalagi buat pertama kali, akan merasakan, bahwa hati nuraninya akan memberontak. Detak jantungnya akan bertambah cepat, timbul rasa malu kalau-kalau perbuatannya itu akan dilihat orang lain, terutama kenalannya, maka pada saat itu ia lebih takut (malu) kepada orang (ilah lain) dari pada kepada Allah, Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Maka pada saat itu ia sudah syirik sebelum melaksanakan keinginan hawa nafsunya itu.
Peringatan al-Qur'an dan ucapan Rasul itu disampaikan karena Allah sendiri tahu, bahwa memang tidak mudah mencapai tingkat tauhid yang ikhlas itu. Sangat banyak kendala dan halangan yang harus diatasi jika orang ingin mencapai tingkat tauhid yang murni ini. ( )
Lawan "syaraka" ialah "khalasha" artinya memurnikan. Beras kelas satu yang masih murni, tidak bercampur sebutir pun dengan beras jenis lain disebut beras yang "Khalish". Jadi orang yang ikhlas bertuhankan hanya Allah ialah orang yang benar-benar bertauhid . Inilah konsep yang paling sentral di dalam ajaran Islam.
Menurut Ibnu Taimiyyah , syirik ada dua macam, pertama syirik dalam rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ
“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’” [QS Saba’: 22]
Kedua, syirik dalam uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allah, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah.
Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada selain-Nya.
Oleh karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “…
Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [QS Luqman: 13]
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ (ثَلاَثًا)، قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: َاْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ -وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ-: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ.
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat ) menjawab: “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezaliman. Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Jihad Besar
Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim (w.2008) dalam buku Kuliah Tauhid (1980) menyatakan dalam kenyataannya, kebanyakan manusia di dunia ini bertuhan lebih dari satu. Al-Qur'an menamakan mereka ini musyrik, yaitu orang yang syirik.
Menurut Imaduddin, mentauhidkan Allah ini tidaklah semudah percaya akan wujudnya Allah. Mentauhidkan Allah dengan ikhlas menghendaki suatu perjuangan yang sangat berat. Mentauhidkan Allah adalah suatu jihad yang terbesar di dalam hidup ini.
Kenyataannya, orang-orang yang sudah mengaku Islam pun, bahkan mereka yang sudah rajin bersalat, berpuasa dan ber'ibadah yang lain pun, di dalam kehidupan mereka sehari-hari masih bersikap, bahkan bertingkah laku seolah-olah mereka masih syirik (bertuhan lain di samping Tuhan Yang Sebenarnya).
Mereka masih mencampurkan (mensyirikkan) pengabdian mereka kepada Allah itu dengan pengabdian kepada sesuatu "ilah" yang lain. Pengabdian sampingan itu biasanya ialah di dalam bentuk "rasa ketergantungan" kepada ilah yang lain itu. Oleh karena itu, al-Qur'an mengingatkan setiap Muslim, bahwa dosa terbesar yang tak akan terampunkan oleh Allah ialah syirik ini.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa : 48 )
Dalam menafsirkan Surat ini Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi dalam An-Nafahat Al-Makkiyah menyatakan Allah mengampuni dosa-dosa kecuali syirik, baik dosa yang kecil maupun yang besar. Yang demikian itu menurut kehendak-Nya dalam mengampuni-Nya, yaitu bila hikmahnya telah mengampuninya.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi, Allah telah menjadikan baginya banyak sekali sebab-sebab pengampunannya atas dosa-dosa, selain syirik. Sebab itu antara lain, seperti amal kebaikan-kebaikan yang menggugurkan dosa, musibah-musibah yang menghapus dosa di dunia, alam barzah dan hari kiamat, atau seperti doa sebagian kaum Mukminin untuk sebagian yang lain, atau seperti syafaatnya para pemberi syafaat, dan lebih dari itu semua adalah rahmat Allah. "Yang paling berhak mendapatkanya adalah para ahli iman dan tauhid," ujarnya.
Berbeda halnya dengan kesyirikan, sesungguhnya seorang musyrik telah menutup pintu-pintu ampunan bagi dirinya sendiri, dan juga telah mengunci rapat pintu-pintu rahmat, sehingga tidak berguna bagi mereka segala ketaatan selain dari ketahuidan, dan musibah-musibah yang tidak bermanfaat sama sekali baginya.
"Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab,"(Asy-Syu’ara:100-101).
Oleh karena itulah Allah berfirman, “Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” maksudnya, ia telah berbuat kejahatan yang besar."
Dan kezaliman apa lagi yang paling besar dari orang yang menyamakan antara seorang makhluk dengan sang Pencipta yang Mahasempurna dari segala aspeknya, di mana DiriNya Mahakaya dan tidak butuh kepada seluruh makhluk, yang pada TanganNya ada manfaat, bahaya, pemberian maupun peniadaan, dan yang tiada suatu nikmat pun yang dirasakan oleh seluruh makhluk kecuali dariNya.
Maka adakah suatu hal yang lebih besar dari kezaliman itu? Oleh karena itu Allah menetapkan bahwa pelakunya abadi dalam siksa neraka dan diharamkan mendapatkan pahala, "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maidah:72).
Ayat yang mulia ini berlaku bagi selain orang yang bertaubat, adapun orang yang bertaubat, maka akan diampuni baginya, baik dosa syirik ataupun dosa selainnya, sebagaimana Allah berfirman, "Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Az-Zumar:53) yaitu bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
Imaduddin menambahkan Rasulullah pun pernah mengatakan, bahwa pokok pangkal setiap dosa ialah syirik. Jadi senada dengan peringatan yang disampaikan al-Qur'an .
Dapat dipahami, menurut Imaduddin, bahwa setiap orang yang akan melakukan sesuatu dosa, apalagi buat pertama kali, akan merasakan, bahwa hati nuraninya akan memberontak. Detak jantungnya akan bertambah cepat, timbul rasa malu kalau-kalau perbuatannya itu akan dilihat orang lain, terutama kenalannya, maka pada saat itu ia lebih takut (malu) kepada orang (ilah lain) dari pada kepada Allah, Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Maka pada saat itu ia sudah syirik sebelum melaksanakan keinginan hawa nafsunya itu.
Peringatan al-Qur'an dan ucapan Rasul itu disampaikan karena Allah sendiri tahu, bahwa memang tidak mudah mencapai tingkat tauhid yang ikhlas itu. Sangat banyak kendala dan halangan yang harus diatasi jika orang ingin mencapai tingkat tauhid yang murni ini. ( )
(mhy)