Ngaji Gus Baha Terbaru: Tipu Daya Duniawi, Melupakan Akhirat

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 15:39 WIB
loading...
Ngaji Gus Baha Terbaru:...
Ilustrasi/Ist
A A A
Gus Baha atau dengan nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim mengingatkan kehidupan dunia ini membuat manusia terlena, sehingga melupakan hal-hal yang lebih penting. "Inilah tipu daya duniawi," ujarnya.

Manusia tertipu, ucap Gus Baha, gara-gara terlalu banyak melihat gemerlapan dunia. Mereka tergelincir dengan tipu daya dunia . Melupakan pentingnya Allah SWT dan akhirat. "Itu sebabnya jangan terlena dan tertipu dengan dunia," ujar Gus Baha pada jaringan YouTube, di kanal At-Tasbiha.



Allah SWT berfirman:

وما الحياة الدنيا إلا لعب ولهو وللدار الآخرة خير للذين يتقون أفلا تعقلون

Artinya: “Dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang penuh permainan dan hiburan yang memperdayakan. Dan sungguh kehidupan akhirat jauh lebih baik, bagi orang-orang yang bertaqwa. Apakah kalian tidak berpikir?” ( al-An’aam ayat 32 )

Manusia terlena, kata Gus Baha, karena kebanyakan melihat. Gara-gara banyak melihat menjadi senang. Gara-gara senang maka tergelincir. "Banyak melihat dan terlalu lama melihat, melahirkan banyak keinginan," katanya.

Gus Baha mengingatkan boleh melihat kemewahan dunia ini tapi jangan terlalu lama agar tidak melupakan Allah. Gara-gara gemerlapnya dunia menjadikan melupakan sujud, padahal sujud itu nilainya lebih utama dari dunia dan isinya.

"Nanti di akhirat kenangan paling indah dan terkenang adalah sujud," tuturnya.



Firman Allah Ta'ala :

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” ( QS. Al-Hadîd: 20 ).

Imam al-Ghazali juga pernah menasihati murid-muridnya untuk berhati-hati terhadap tipu daya dunia. Al-Ghazali mengingatkan kita untuk mewaspadai dunia ini yang penuh dengan tipu daya.

Ia memancarkan segala keindahannya sehingga kita terkadang lupa akan akhirat yang kekal itu. Dunia selalu menggoda manusia agar melupakan tujuannya. Padahal, dunia hanya alat atau ladang untuk mengeruk sebanyak-banyaknya amal kebaikan sehingga bisa dibawa sebagai bekal nanti.

Dalam Al-Quran Allah SWT berulang-ulang mengingatkan agar orang yang beriman hati-hati dan waspada, jangan tertipu kehidupan dunia yang penuh tipu daya. Utamakanlah kehidupan akhirat yang kekal dan tidak ada batas akhirnya. Carilah perbekalan sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat, namun jangan pula melupakan kehidupan yang wajar di dunia ini (QS al-Qashas [28] :77) Utamakanlah meraih kehidupan akhirat yang bersifat kekal dan abadi untuk selama-lamanya.

Sang Imam bertanya kepada murid-muridnya, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" Mereka menjawab, "Orang tua, guru, teman, dan kerabatnya."

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tetapi menurut Sang Imam, yang paling dekat dengan manusia adalah "mati". Sebab, itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (QS Ali Imran [3] :185).

Lalu beliau mengajukan pertanyaan kedua, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Para muridnya ada yang menjawab, "Negeri Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang."

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tapi yang paling benar, kata Sang Imam, adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apa pun kendaraan kita, tetap kita tidak boleh kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Imam al-Ghazali kembali mengajukan pertanyaan, "Apa yang paling besar di dunia ini?" Murid-muridnya ada yang menjawab, "Gunung, bumi, dan matahari."

Semua jawaban itu benar, kata Sang Imam. Namun, kata dia, yang paling besar di dunia ini adalah "nafsu" (QS al-A'Raf [7] :179). Maka, kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.



Beliau kemudian mengajukan pertanyaan keempat, "Apa yang paling berat di dunia ini?" Di antara mereka ada yang menjawab, "Baja, besi, dan gajah."

Semua jawaban hampir benar, kata Imam Ghazali, "Tapi yang paling berat adalah memegang amanah." (QS al-Ahzab [33] :72).

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi, manusia dengan sombongnya menerima permintaan Allah SWT sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Sang Imam kembali bertanya, "Apa yang paling ringan di dunia ini?" Muridnya ada yang menyebut kapas, angin, debu, dan daun-daunan.

Imam al-Ghazali kembali membenarkan. Tapi, kata beliau, yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan shalat". Gara-gara pekerjaan, kita tinggalkan shalat.

"Apakah yang paling tajam di dunia ini?" Imam al-Ghazali kembali bertanya. Murid-muridnya serentak menjawab, "Pedang."

Beliau kembali membenarkan jawaban muridnya. Namun, kata dia, yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2843 seconds (0.1#10.140)