Habib Ahmad Bin Novel: Jangan Pernah Merendahkan Orang Lain

Jum'at, 10 September 2021 - 21:03 WIB
loading...
Habib Ahmad Bin Novel: Jangan Pernah Merendahkan Orang Lain
Pengasuh Ponpes Al-Hawthoh Al-Jindaniyah, Habib Ahmad bin Novel bin Salim Jindan. Foto/Ist
A A A
Salah satu penyakit hati yang dapat menggerogoti amal saleh adalah merasa bangga dengan diri sendiri (ujub) dan merendahkan orang lain. Dalam satu kajian, Habib Ahmad bin Novel bin Salim Jindan berpesan agar kaum muslimin menjauhi perkara ini.

Ulama yang juga Pengasuh Ponpes Al-Hawthoh Al-Jindaniyah ini mengatakan bahwa manusia itu sesungguhnya lemah dan sangat fakir. Dalam satu hadis, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan proses penciptaan manusia di dalam kandungan ibunya.

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam selama empat puluh hari, kemudian menjadi 'alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus seorang Malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rezeki dan ajalnya, serta celaka atau bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya." (HR Al-Bukhari)

"Semuanya sudah dicatat oleh Malaikat sejak kita di dalam perut ibu kita dan ini dirahasiakan oleh Allah," kata Habib Ahmad.

Artinya, kita tidak mengetahui bagaimana nasib seseorang di akhir nanti. Ada yang dalam kesehariannya beramal saleh, tetapi akhirnya tercatat orang yang celaka (penduduk neraka). Sebaliknya, ada yang dalam perjalanan usianya mengerjakan pekerjaan ahli neraka, tetapi akhir hayatnya menjadi ahli surga.

Begitulah ketentuan Allah menetapkan empat perkara ketika manusia berada di perut ibunya. Karena itu, jangan pernah berbangga dengan diri kita dan merendahkan orang lain ataupun mencomooh orang lain.

Imam Al-Ghozali pernah bilang, jadilah orang yang selalu memandang orang lain jauh lebih mulia dari diri kita. Jika bertemu orang yang lebih tua, muliakanlah ia karena hidupnya lebih lama dari kita. Ibadahnya tentu lebih banyak, dan pengalamannya juga lebih luas.

Apabila bertemu orang yang lebih muda, hormatilah ia. Sebab dosa kita jauh lebih banyak karena usia kita lebih tua dari dia. Jika melihat orang yang taat, anggaplah ia adalah orang baik sedangkan ketaatan kita masih kurang.

Jika bertemu ahli maksiat, katakan dalam hati bahwa kita jauh lebih banyak maksiatnya dari dia. Jangan meremehkannya, karena bisa jadi suatu saat Allah menerima taubatnya dan ia lebih mulia dari kita. Bahkan, jika kita bertemu orang kafir, kita tak boleh meremehkannya. Sebab siapa tau akhir usianya ditutup oleh Allah dengan husnul khotimah, diberi hidayah utk memeluk Islam.

"Siapa yang menjamin hidup kita lebih mulia dari orang lain. Siapa yang menggaransi kita wafat dalam keadaan husnul khatimah. Lantas, apa yang mau kita banggakan?" pesan Habib Ahmad.

Intinya, tidak ada yang dapat mengetahui akhir hidup seseorang. Mudah-mudahan Allah memberi taufik-Nya agar kita termasuk orang-orang yang dikaruniai husnul khatimah.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2041 seconds (0.1#10.140)