3000 Dirham, Biaya Obat Kangen Baginda Kepada Abu Nawas
loading...
A
A
A
Abu Nawas mengawasi orang-orang itu beranjak ke tempat tidurnya dengan perasaan geram yang sudah ia tahan. "Betul-betul kelewatan," gumam Abu Nawas dalam hati.
Abu Nawas memutar otak untuk menggagalkan tindakan bodoh dan kurang ajar tiga prajurit itu. Setelah berpikir beberapa saat, Abu Nawas akhirnya menemukan cara untuk menggagalkan tugas para utusan tersebut. Pada saat para utusan itu hendak bersiap-siap buang air besar, mendadak Abu Nawas berkata di balik jendela kamar.
"Hai para utusan raja, ada yang lupa saya sampaikan kepada kalian," kata Abu Nawas.
"Apa itu?" tanya salah satu utusan raja.
"Saya ingatkan supaya kalian jangan melebihi perintah Baginda Raja. Jika kalian melanggar, saya akan pukul kalian dengan sebuah pentungan besar dan setelah itu saya akan laporkan kepada Baginda bahwa kalian melanggar perintahnya," ancam Abu Nawas.
Dengan cekatan Abu Nawas segera mengambil sebatang kayu besar yang ada di dapur rumahnya. Ia kemudian berlari kembali ke kamarnya dengan membawa pentungan kayu besar itu.
"Hai, apa maksudmu tadi Abu Nawas?" tanya salah satu utusan.
"Ingat, perintah raja hanya buang air besar saja dan tidak boleh lebih dari itu," jawab Abu Nawas.
"Iya, benar," jawab utusan raja.
"Aku ulangi lagi, hanya buang air besar saja. Tidak boleh lebih. Ingat, tidak boleh kencing, tidak boleh buka celana, tidak boleh cebok. Hanya buang air besar saja!" tegas Abu Nawas.
"Mana mungkin? Itu tidak mungkin, kami juga harus bukan celana dan kencing," protes salah satu utusan.
"Aku akan pukul kalian sekeras-kerasnya jika kalian melanggar perintah raja," sahut Abu Nawas kembali mengancam.
Ketiga utusan Baginda Raja tersebut hanya bisa saling pandang kebingungan dengan ucapan Abu Nawas. Di tengah kebingungan tersebut, tiba-tiba ada suara yang memanggil Abu Nawas. Rupanya suara tersebut datang dari pejabat tinggi kerajaan.
Melihat kedatangannya, Abu Nawas dan ketiga utusan raja segera berkumpul untuk menemui suara tersebut.
"Aku sudah mendengar perdebatan kalian. Baginda Raja memang memerintahkan para utusan untuk berak di tempat tidurmu. Jika mereka sanggup, masing-masing akan mendapatkan seribu dirham. Jika mereka gagal, maka mereka boleh engkau pukul sesuka hatimu," kata petinggi kerajaan tersebut..
"Oh, begitu. Lalu hadiah dari baginda untukku berapa Tuanku?" tanya Abu Nawas dengan mata berbinar.
"Sekarang juga engkau boleh menghadap Baginda Raja untuk menerima tiga ribu dirham," jawab pejabat itu.
Abu Nawas memutar otak untuk menggagalkan tindakan bodoh dan kurang ajar tiga prajurit itu. Setelah berpikir beberapa saat, Abu Nawas akhirnya menemukan cara untuk menggagalkan tugas para utusan tersebut. Pada saat para utusan itu hendak bersiap-siap buang air besar, mendadak Abu Nawas berkata di balik jendela kamar.
"Hai para utusan raja, ada yang lupa saya sampaikan kepada kalian," kata Abu Nawas.
"Apa itu?" tanya salah satu utusan raja.
"Saya ingatkan supaya kalian jangan melebihi perintah Baginda Raja. Jika kalian melanggar, saya akan pukul kalian dengan sebuah pentungan besar dan setelah itu saya akan laporkan kepada Baginda bahwa kalian melanggar perintahnya," ancam Abu Nawas.
Dengan cekatan Abu Nawas segera mengambil sebatang kayu besar yang ada di dapur rumahnya. Ia kemudian berlari kembali ke kamarnya dengan membawa pentungan kayu besar itu.
"Hai, apa maksudmu tadi Abu Nawas?" tanya salah satu utusan.
"Ingat, perintah raja hanya buang air besar saja dan tidak boleh lebih dari itu," jawab Abu Nawas.
"Iya, benar," jawab utusan raja.
"Aku ulangi lagi, hanya buang air besar saja. Tidak boleh lebih. Ingat, tidak boleh kencing, tidak boleh buka celana, tidak boleh cebok. Hanya buang air besar saja!" tegas Abu Nawas.
"Mana mungkin? Itu tidak mungkin, kami juga harus bukan celana dan kencing," protes salah satu utusan.
"Aku akan pukul kalian sekeras-kerasnya jika kalian melanggar perintah raja," sahut Abu Nawas kembali mengancam.
Ketiga utusan Baginda Raja tersebut hanya bisa saling pandang kebingungan dengan ucapan Abu Nawas. Di tengah kebingungan tersebut, tiba-tiba ada suara yang memanggil Abu Nawas. Rupanya suara tersebut datang dari pejabat tinggi kerajaan.
Melihat kedatangannya, Abu Nawas dan ketiga utusan raja segera berkumpul untuk menemui suara tersebut.
"Aku sudah mendengar perdebatan kalian. Baginda Raja memang memerintahkan para utusan untuk berak di tempat tidurmu. Jika mereka sanggup, masing-masing akan mendapatkan seribu dirham. Jika mereka gagal, maka mereka boleh engkau pukul sesuka hatimu," kata petinggi kerajaan tersebut..
"Oh, begitu. Lalu hadiah dari baginda untukku berapa Tuanku?" tanya Abu Nawas dengan mata berbinar.
"Sekarang juga engkau boleh menghadap Baginda Raja untuk menerima tiga ribu dirham," jawab pejabat itu.