Surat Al-Fiil: Memetik Pelajaran Kisah Pasukan Bergajah

Jum'at, 15 Oktober 2021 - 06:43 WIB
loading...
Surat Al-Fiil: Memetik Pelajaran Kisah Pasukan Bergajah
Pasukan bergajah Abrahah yang ingin menghacurkan Kabah harus takluk dihadang pasukan burung. (Foto/Ilusrasi: Ist)
A A A
Surat al-Fiil dimulai dengan kisah perjalanan pasukan gajah. Allah ta’ala menjelaskan:

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ ١ أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ ٢ وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ ٣ تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ ٤ فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ


Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah –Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”. [ al-Fiil/105: 1-5 ]



Allah SWT memulai suratnya dengan ayat yang mengisahkan tentang pasukan bergajah, dengan firmannya:

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ


“Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?” [al-Fiil/105: 1].

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Ini merupakan nikmat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’ala anugerahkan kepada orang-orang Quraisy yaitu tatkala Allah menghindarkan bencana atas mereka dari pasukan bergajah.

Mereka bertekad menyerang dan menghancurkan Ka’bah serta menghilangkan jejak dan semua sisa-sisa yang berkaitan dengannya. Akan tetapi Allah ta’ala membinasakan mereka semua. Akibatnya, ambisi mereka berantakan, rencananya gagal, usahanya pun tidak membuahkan hasil, dan mereka kembali dalam keadaan ketakutan dan binasa.

Pasukan bergajah tersebut adalah dari kaum Nasrani, yang pada masa tersebut merupakan agama yang mendekati keadaan paganisme yang telah mengurat dalam darah daging suku Quraisy.

Namun, dengan adanya kejadian ini seperti sebuah tanda dan sinyalemen saatnya diutus Rasulallah SAW, maka pada tahun yang sama beliau lahir berdasarkan pendapat yang valid dari kalangan para ulama, seakan-akan takdir tersebut menjelaskan:

“Wahai orang Quraisy, kami tidak menolong kalian dari tentara Habasyah tersebut karena kalian lebih baik atas mereka, bukan sebab itu, akan tetapi untuk menjaga rumah tua yang sebentar lagi akan kami muliakan, kami agungkan dan kami jadikan berwibawa dengan diutusnya utusan kami yaitu nabi yang buta baca tulis Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai penutup para nabi”.



Pasukan Bergajah
Dikisahkan, Abrahah , gubernur Yaman pada waktu itu, berambisi agar manusia mau beralih melakukan haji dari Ka’bah ke negerinya. Ia lalu mewujudkan ambisinya tersebut dengan membangun sebuah gereja yang menyerupai Ka’bah.

Ia mengajak orang untuk berhaji ke tempatnya. Mendengar berita itu orang-orang Arab marah besar. Ada seorang dari kalangan mereka datang berkunjung ke gereja itu dan membuang kotoran lalu melumurkannya pada tembok gereja.

Mengetahui kejadian itu, gubernur murka besar. Begitu mengetahui perbuatan itu dilakukan orang Arab, maka dirinya memobilisasi pasukan besar dengan tunggangan gajah menuju Mekkah.

Di tengah jalan, tatkala melewati negeri Khats’am mereka dihadang oleh Nufail bin Habid al-Khats’ami bersama kaumnya. Namun, dengan mudahnya mereka dikalahkan dan dihancurkan oleh Abrahah hingga akhirnya Nufail bin Habib menjadi tawanan mereka.

Setelah itu Nufail justru dijadikan sebagai penunjuk jalan ke negeri Hijaz. Ketika Abrahah sudah mendekati kota Mekkah bersiap memasukinya, di tengah mempersiapkan gajahnya yang berbadan paling besar yang bernama Mahmud dan memobilisasi pasukannya ke arah Mekkah, datanglah Nufail dan berdiri di samping gajah itu, lalu memegang telinganya sambil membisikkan:

“Mogoklah, hai Mahmud! Kembalilah dengan benar ke tempat dari mana kamu datang, sebab, kamu kini sedang berada di negeri Allah Shubhanahu wa ta’ala yang haram“.

Kemudian dia melepaskan telinganya. Tidak lama kemudian gajah itu benar-benar mogok tidak mau berdiri. Nufail bin Habib lalu segera pergi dan berlari kencang menuju gunung dan naik ke puncaknya, menyatu bersama warga Quraiys.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1973 seconds (0.1#10.140)