Muhammad Ali Pasha (1): Pembantaian Kaum Mamluk di Benteng Kairo
loading...
A
A
A
Di sisi lain, rakyat Mesir tidak berharap nasib mereka kembali jatuh ke tangan orang-orang Mamluk.
Bangkitnya Dinasti Saud
Di Timur Tengah, tersiar kabar bangkitnya dinasti Saud. Dinasti baru ini dengan begitu progresif berhasil merebut satu per satu wilayah kekuasaan Turki di Timur Tengah. Bahkan mereka berhasil menguasai dua kota suci, Makkah dan Madinah, dan mengintervensi berbagai kebiasaan dan peribadatan di sana.
Dinasti Saud membawa misi pemurnian agama. Mereka mengoreksi praktik keagamaan seperti penghormatan kepada orang-orang suci, ziarah kubur dan praktik tasawuf. Situasi ini kemudian melahirkan gejolak di kawasan Timur Tengah.
Untuk meredam gejolak ini, penguasa Ottoman memerintahkan Muhammad Ali mengatasinya, karena posisinya paling dekat dengan kawasan Timur Tengah. Mematuhi perintah Sultan, Muhammad Ali menyiapkan segala sesuatunya.
Rencananya ia akan mengutus putra sulungnya yang bernama Tusun untuk misi tersebut, sementara ia menuntaskan segala urusan di Mesir.
Pembantaian di Benteng Kairo
Pada tanggal 1 Meret 1811, Muhammad Ali menggelar pesta di Benteng Kairo. Ia mengundang semua elit Mamluk dalam upacara pelepasan putranya ke medan perang. Tak kurang dari 470 elit Mamluk diundang dalam acara tersebut.
Pada hari H, acarapun digelar. Seluruh pasukan Muhammad Ali yang merupakan orang-orang Albania hadir dengan persenjataan lengkap di Benteng Kairo. Para elit Mamluk yang menjadi tamu undangan pun berdatangan.
Setelah melakukan acara minum kopi, mereka dipersilahkan memasuki benteng dengan diiringi oleh pasukan Albania. Sesampainya mereka di dalam benteng, tiba-tiba gerbang ditutup keras. Lalu muncul perintah dari komandan pasukan, bahwa atas perintah Pasha, semua orang-orang Mamluk yang berada di dalam benteng harus dibunuh.
Suasana menjadi kacau. Para elit Mamluk yang tidak bersenjata lengkap ini berlarian mencari perlindungan. Mereka dikejar dan ditembaki. Ada yang berlari memanjat benteng, ataupun bersembunyi di bangunan-bangunan. Tapi jumlah mereka tak lebih dari 500 orang, sangat sulit mencari jalan keluar di antara kepungan ribuan tentara Albania. Tak butuh waktu lama, semua tamu undangan tersebut habis dibantai pasukan Muhammad Ali.
Dalam peristiwa di Benteng Kairo ini hanya seorang saja yang selamat dari peristiwa pembantaian itu karena meloncat dari benteng.
Mendengar adanya seorang Mamluk yang selamat, Muhammad Ali Pasya mengirimkan pasukan untuk mengejarnya.
Masalah tak berhenti sampai di situ. Segera saja berita pembantaian ini sampai ke masyarakat. Perasaan tertindas yang mereka rasakan selama di bawah pemerintahan dinasti Mamluk menemukan momentum pelepasannya.
Konflik horizontal pun terjadi. Semua orang Mamluk di Mesir diburu, dan rumah-rumah mereka dibakar.
Kaum Mamluk di Mesir pun habis tidak tersisa. Sedangkan mereka yang di Turki selamat dengan berpindah ke Sudan,
Harun Nasution mengatakan genosida terhadap kaum Mamluk ini dikarenakan Muhammad Ali Pasya mendengar adanya isu-isu yang berisi rencana pembunuhan terhadapnya yang akan dilakukan kaum Mamluk.
Dua hari berikutnya, Muhammad Ali dan putranya berjalan keliling Mesir untuk meredam gejolak di masyarakat, tapi semua sudah terlambat.
Kerusuhan reda setelah ratusan rumah orang Mamluk terbakar dan habis dijarah, dan kepala-kepala para elit Mamluk di bawa ke Istambul.
Bangkitnya Dinasti Saud
Di Timur Tengah, tersiar kabar bangkitnya dinasti Saud. Dinasti baru ini dengan begitu progresif berhasil merebut satu per satu wilayah kekuasaan Turki di Timur Tengah. Bahkan mereka berhasil menguasai dua kota suci, Makkah dan Madinah, dan mengintervensi berbagai kebiasaan dan peribadatan di sana.
Dinasti Saud membawa misi pemurnian agama. Mereka mengoreksi praktik keagamaan seperti penghormatan kepada orang-orang suci, ziarah kubur dan praktik tasawuf. Situasi ini kemudian melahirkan gejolak di kawasan Timur Tengah.
Untuk meredam gejolak ini, penguasa Ottoman memerintahkan Muhammad Ali mengatasinya, karena posisinya paling dekat dengan kawasan Timur Tengah. Mematuhi perintah Sultan, Muhammad Ali menyiapkan segala sesuatunya.
Rencananya ia akan mengutus putra sulungnya yang bernama Tusun untuk misi tersebut, sementara ia menuntaskan segala urusan di Mesir.
Pembantaian di Benteng Kairo
Pada tanggal 1 Meret 1811, Muhammad Ali menggelar pesta di Benteng Kairo. Ia mengundang semua elit Mamluk dalam upacara pelepasan putranya ke medan perang. Tak kurang dari 470 elit Mamluk diundang dalam acara tersebut.
Pada hari H, acarapun digelar. Seluruh pasukan Muhammad Ali yang merupakan orang-orang Albania hadir dengan persenjataan lengkap di Benteng Kairo. Para elit Mamluk yang menjadi tamu undangan pun berdatangan.
Setelah melakukan acara minum kopi, mereka dipersilahkan memasuki benteng dengan diiringi oleh pasukan Albania. Sesampainya mereka di dalam benteng, tiba-tiba gerbang ditutup keras. Lalu muncul perintah dari komandan pasukan, bahwa atas perintah Pasha, semua orang-orang Mamluk yang berada di dalam benteng harus dibunuh.
Suasana menjadi kacau. Para elit Mamluk yang tidak bersenjata lengkap ini berlarian mencari perlindungan. Mereka dikejar dan ditembaki. Ada yang berlari memanjat benteng, ataupun bersembunyi di bangunan-bangunan. Tapi jumlah mereka tak lebih dari 500 orang, sangat sulit mencari jalan keluar di antara kepungan ribuan tentara Albania. Tak butuh waktu lama, semua tamu undangan tersebut habis dibantai pasukan Muhammad Ali.
Dalam peristiwa di Benteng Kairo ini hanya seorang saja yang selamat dari peristiwa pembantaian itu karena meloncat dari benteng.
Mendengar adanya seorang Mamluk yang selamat, Muhammad Ali Pasya mengirimkan pasukan untuk mengejarnya.
Masalah tak berhenti sampai di situ. Segera saja berita pembantaian ini sampai ke masyarakat. Perasaan tertindas yang mereka rasakan selama di bawah pemerintahan dinasti Mamluk menemukan momentum pelepasannya.
Konflik horizontal pun terjadi. Semua orang Mamluk di Mesir diburu, dan rumah-rumah mereka dibakar.
Kaum Mamluk di Mesir pun habis tidak tersisa. Sedangkan mereka yang di Turki selamat dengan berpindah ke Sudan,
Harun Nasution mengatakan genosida terhadap kaum Mamluk ini dikarenakan Muhammad Ali Pasya mendengar adanya isu-isu yang berisi rencana pembunuhan terhadapnya yang akan dilakukan kaum Mamluk.
Dua hari berikutnya, Muhammad Ali dan putranya berjalan keliling Mesir untuk meredam gejolak di masyarakat, tapi semua sudah terlambat.
Kerusuhan reda setelah ratusan rumah orang Mamluk terbakar dan habis dijarah, dan kepala-kepala para elit Mamluk di bawa ke Istambul.
(mhy)