Tuhan-Tuhan Bani Israel dan Misi Tauhid Nabi Musa
loading...
A
A
A
NABI Yusuf Alaihi Sallam (AS) terlah diutus Allah di Mesir dan menjadi bendaharawan kerajaan Fir'aun . Di sini pula kemudian anak keturunan Nabi Ya'kub AS bermukim. Tidak ada tuhan selain Allah telah diajarkan Nabi Ya'kub dan Nabi Yusuf kepada anak keturunannya itu. Selanjutnya, pasca-kedua Nabi, apa yang sebenarnya terjadi sehingga mereka kembali menyembah patung-patung, hewan, matahari dan lainnya?
Berkata Ibnu Ishaq, "Allah ta'ala mengambil nyawa Nabi Yusuf 'alaihi sallam. Selanjutnya raja yang hidup sezaman dengan beliau juga meninggal, yang bernama Rayan bin al-Walid, kemudian kerajaanya diwarisi oleh raja-raja dari dinasti Fir'aun.
Kemudian Allah menjadikan keturunan Bani Israil menyebar luas, dan keadaan mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan dinasti Fir'aun. Pada saat itu, mereka masih berada di atas agama yang lurus yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Yusuf, Ya'qub, Ishak dan Ibrahim, serta berada dalam syariat Islam dan berpegang teguh dengannya.
Hingga sampai pada masanya, Fir'aun yang sezaman dengan Nabi Musa 'alaihi sallam. Belum pernah dijumpai sebelumnya ada raja dari dinasti Fir'aun yang lebih kafir kepada Allah. Tidak pula yang lebih didengar ucapannya dan paling lama kekuasaannya dari pada dia.
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah menuturkan nama raja tersebut ialah al-Walid bin Mush'ab.
Konon, belum ada Fir'aun yang lebih kejam dan lebih keras hatinya dari pada dia. Fir'aun generasi ini juga paling buruk perlakuannya terhadap Bani Israil. Ia menyiksa mereka, dan menjadikan sebagai pekerja paksa dan budak. Mereka dipilah-pilah untuk dipekerjakan. Ada sekelompok yang dipekerjakan untuk menjadi tukang bangunan, ada yang membajak sawah, ada pula yang bercocok tanam untuk raja tersebut. Intinya tugas mereka hanya bekerja saja.
Bagi siapa saja di kalangan Bani Israil yang tidak mau bekerja untuknya maka wajib bagi dirinya membayar upeti kepada raja.
Biarpun kondisi Bani Israel tertekan seperti itu mereka tetap berada di atas agamanya dan tidak ingin bertikai dan berpecah belah. Mereka menikahkan seorang wanita dari kalangan mereka kepada raja tersebut yang bernama Asiyah binti Muzahim, seorang wanita pilihan.
Tatkala Allah ingin mengakhiri kesengsaraan mereka, Allah mengangkat Musa untuk mengemban tugas risalah , seperti dikisahkan oleh Allah dalam firmanNya, Allah menyeru Musa:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ مِن شَٰطِيِٕ ٱلۡوَادِ ٱلۡأَيۡمَنِ فِي ٱلۡبُقۡعَةِ ٱلۡمُبَٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّيٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٠ ﴾ [ القصص: 30 ]
"Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam". (QS al-Qashash: 30).
Maka turunlah wahyu disaat itu, seperti yang Allah nukil didalam firmanNya:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ يَٰمُوسَىٰٓ ١١ إِنِّيٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوٗى ١٢ وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ ١٣ إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤ إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ ١٥ فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنۡهَا مَن لَّا يُؤۡمِنُ بِهَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ فَتَرۡدَىٰ ١٦ ﴾ [ طه: 11-16 ]
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS Thahaa: 11-16).
Kemudian ketika Allah azza wa jalla ingin mengujinya, sebelum diberi mukjizat dan disuruh untuk mendatangi Fir'aun maka Allah bertanya pada Musa perihal tongkat yang berada di tangan kanannya, selanjutnya Allah mengkisahkan kejadian tersebut didalam firmanNya:
﴿ وَمَا تِلۡكَ بِيَمِينِكَ يَٰمُوسَىٰ ١٧ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّؤُاْ عَلَيۡهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مََٔارِبُ أُخۡرَىٰ ١٨ قَالَ أَلۡقِهَا يَٰمُوسَىٰ ١٩ فَأَلۡقَىٰهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٞ تَسۡعَىٰ ٢٠ قَالَ خُذۡهَا وَلَا تَخَفۡۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا ٱلۡأُولَىٰ ٢١ وَٱضۡمُمۡ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخۡرُجۡ بَيۡضَآءَ مِنۡ غَيۡرِ سُوٓءٍ ءَايَةً أُخۡرَىٰ ٢٢ لِنُرِيَكَ مِنۡ ءَايَٰتِنَا ٱلۡكُبۡرَى ٢٣ ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ ٢٤ ﴾ [ طه: 18-24 ]
"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Musa menjawab: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, Hai Musa!" lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar, Pergilah kepada Fir'aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas". (QS Thahaa: 17-24).
Kemudian Nabi Musa mengemukakan alasan kepada Allah, sebagaimana direkam oleh Allah dalam firmanNya:
﴿ قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلۡتُ مِنۡهُمۡ نَفۡسٗا فَأَخَافُ أَن يَقۡتُلُونِ ٣٣ وَأَخِي هَٰرُونُ هُوَ أَفۡصَحُ مِنِّي لِسَانٗا فَأَرۡسِلۡهُ مَعِيَ رِدۡءٗا يُصَدِّقُنِيٓۖ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ ٣٤ قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجۡعَلُ لَكُمَا سُلۡطَٰنٗا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيۡكُمَا بَِٔايَٰتِنَآۚ أَنتُمَا وَمَنِ ٱتَّبَعَكُمَا ٱلۡغَٰلِبُونَ ٣٥ ﴾ [ القصص: 33-35 ]
"Musa berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".
Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang". (QS al-Qashash: 33-35).
Selanjutnya Allah mengkisahkan kejadikan mereka berdua secara panjang lebar manakala keduanya mendatangi Fir'aun dalam Al-Qur'an Surat asy-Syu'araa' ayat 16 sampai 40.
﴿ فَأۡتِيَا فِرۡعَوۡنَ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦ أَنۡ أَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ١٧ قَالَ أَلَمۡ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدٗا وَلَبِثۡتَ فِينَا مِنۡ عُمُرِكَ سِنِينَ ١٨ وَفَعَلۡتَ فَعۡلَتَكَ ٱلَّتِي فَعَلۡتَ وَأَنتَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٩ قَالَ فَعَلۡتُهَآ إِذٗا وَأَنَا۠ مِنَ ٱلضَّآلِّينَ ٢٠ فَفَرَرۡتُ مِنكُمۡ لَمَّا خِفۡتُكُمۡ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكۡمٗا وَجَعَلَنِي مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ٢١ وَتِلۡكَ نِعۡمَةٞ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنۡ عَبَّدتَّ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٢٢ قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ قَالَ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ ٢٤ قَالَ لِمَنۡ حَوۡلَهُۥٓ أَلَا تَسۡتَمِعُونَ ٢٥ قَالَ رَبُّكُمۡ وَرَبُّ ءَابَآئِكُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٢٦ قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ ٱلَّذِيٓ أُرۡسِلَ إِلَيۡكُمۡ لَمَجۡنُونٞ ٢٧ قَالَ رَبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢٨ قَالَ لَئِنِ ٱتَّخَذۡتَ إِلَٰهًا غَيۡرِي لَأَجۡعَلَنَّكَ مِنَ ٱلۡمَسۡجُونِينَ ٢٩ قَالَ أَوَلَوۡ جِئۡتُكَ بِشَيۡءٖ مُّبِينٖ ٣٠ قَالَ فَأۡتِ بِهِۦٓ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٣١ فَأَلۡقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعۡبَانٞ مُّبِينٞ ٣٢ وَنَزَعَ يَدَهُۥ فَإِذَا هِيَ بَيۡضَآءُ لِلنَّٰظِرِينَ ٣٣ قَالَ لِلۡمَلَإِ حَوۡلَهُۥٓ إِنَّ هَٰذَا لَسَٰحِرٌ عَلِيمٞ ٣٤ يُرِيدُ أَن يُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِۦ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ ٣٥ قَالُوٓاْ أَرۡجِهۡ وَأَخَاهُ وَٱبۡعَثۡ فِي ٱلۡمَدَآئِنِ حَٰشِرِينَ ٣٦ يَأۡتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٖ ٣٧ فَجُمِعَ ٱلسَّحَرَةُ لِمِيقَٰتِ يَوۡمٖ مَّعۡلُومٖ ٣٨ وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلۡ أَنتُم مُّجۡتَمِعُونَ ٣٩ لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ ٱلسَّحَرَةَ إِن كَانُواْ هُمُ ٱلۡغَٰلِبِينَ ٤٠ ﴾ [ الشعراء: 16-40 ]
"Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan Katakanlah olehmu: "Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami". Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.
Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil".
Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"
Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?"
Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu".
Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".
Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal".
Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".
Musa berkata: "Dan apakah (kamu akan melakukan itu) Kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"
Fir'aun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar".
Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.
Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?"
Mereka menjawab: "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". lalu dikumpulkan ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma'lum, dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian. semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang".
Kemudian setelah tukang sihir datang untuk menantang nabi Musa 'alaihi sallam, maka mereka menyeru kepadanya, sebagaimana direkam oleh Allah didalam firmanNya:
﴿ قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِينَ ١١٥ قَالَ أَلۡقُواْۖ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ سَحَرُوٓاْ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَآءُو بِسِحۡرٍ عَظِيمٖ ١١٦ ﴾ [الأعراف: 15-16 ]
"Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?" Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan)". (QS al-A'raaf: 115-116).
Setelah itu, nabi Musa 'alaihi sallam melempar tongkat yang berada ditangannya, seperti yang Allah terangkan dalam firmanNya:
﴿ فَأَلۡقَىٰ مُوسَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلۡقَفُ مَا يَأۡفِكُونَ ٤٥ فَأُلۡقِيَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ ٤٦ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٤٧﴾ [ الشعراء: 45-47 ]
"Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam". (QS asy-Syu'araa': 45-47).
Kemudian Allah menurunkan wahyu yang menyuruh nabiNya untuk membawa pergi kaumnya, sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:
﴿ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَسۡرِ بِعِبَادِيٓ إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ ٥٢ ﴾ [ الشعراء: 52 ]
"Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli". (QS asy-Syu'araa': 52).
Selanjutnya mereka menemui jalan buntu ketika bertemu dengan lautan yang sangat luas di depan mata, seperti yang Allah kisahkan dalam firmanNya:
﴿ وَٱتۡرُكِ ٱلۡبَحۡرَ رَهۡوًاۖ إِنَّهُمۡ جُندٞ مُّغۡرَقُونَ ٢٤ ﴾ [ الدخان: 24 ]
"Dan biarkanlah laut itu tetap terbelah.Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan". (QS ad-Dukhaan: 24).
Dan akhirnya Allah menyelamatkan mereka, sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya:
﴿ وَأَنجَيۡنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ أَجۡمَعِينَ ٦٥ ثُمَّ أَغۡرَقۡنَا ٱلۡأٓخَرِينَ ٦٦ ﴾ [ الشعراء: 65-66 ]
"Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu". (QS asy-Syu'araa': 65-66).
Dengan ini berakhirlah kekejaman Fir'aun, akan tetapi, Bani Israil masih saja berada dalam kedurhakaan kepada nabinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firmanNya:
﴿ وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتَوۡاْ عَلَىٰ قَوۡمٖ يَعۡكُفُونَ عَلَىٰٓ أَصۡنَامٖ لَّهُمۡۚ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱجۡعَل لَّنَآ إِلَٰهٗا كَمَا لَهُمۡ ءَالِهَةٞۚ قَالَ إِنَّكُمۡ قَوۡمٞ تَجۡهَلُونَ ١٣٨﴾ [الأعراف: 138 ]
"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (QS al-A'raaf: 138).
Bukan hanya sampai di sini saja kelancangan mereka. Tatkala mereka ditinggal Nabi Musa 'alaihi sallam untuk mengambil wahyu, dan berbicara langsung bersama Rabbnya, mereka mulai beribadah kepada kepala patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri, hingga akhirnya Allah ta'ala murka kepada mereka, dan dikatakan sebagai orang-orang yang dimurkai oleh Allah, sehingga pada akhirnya mereka mendapat kehinaan dan kerendahan dari Allah yang maha agung.
Keyakinan Penduduk Mesir:
Ada yang berpendapat bahwa penduduk Mesir kuno adalah paganisme tulen yang memiliki dan menyembah tuhan yang sangat beragam. Di antara tuhan-tuhan yang mereka sembah ada yang berupa bintang semisal bintang-bintang yang berada di sebelah kanan, matahari, gemini dan yang lainnya.
Bahkan yang lebih banyak lagi, para ulama menyatakan, 'Sesungguhnya mereka menyembah binatang, seperti anak sapi dan sapinya, kera, kucing, dan buaya'.
Para ulama mengatakan ketika menafsirkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَۚ ١٢٧﴾ [ الأعراف: 127 ]
"Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". (QS al-A'raaf: 127).
Mereka biasa menyembah sesuatu yang dianggap baik dari seekor sapi, oleh sebab itu Samiri mengeluarkan kepala lembu yang bertubuh dan bersuara, seraya menyeru, 'Inilah tuhan kalian dan juga tuhannya Musa'. Kemudian kepala lembu tersebut menjadi sesembahan di kalangan kaum Nabi Musa 'alaihi sallam. Inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Sudi.
Ada yang menyatakan bahwa Fir'aun yang meletakkan patung kecil pada setiap rumah kaumnya lalu memerintahkan untuk menyembahnya. Sedangkan al-Hasan mengatakan, 'Adapun Fir'aun maka dia adalah penyembah berhala'.
Profesor Doktor Muhammad bin Abdillah Daraz dalam bukunya ad-Din, saat mengomentari masa-masa Dinasti Fir'aun, menuturkan sesungguhnya kumpulan lembaran berharga yang ada di kota Berlin dan London menunjukan kalau penduduk Mesir kuno semenjak lama telah mengenali Tuhan yang esa yang ghaib lagi kekal yang tidak bisa diraba dengan panca indera tidak pula bisa diilustrasikan serta dibatasi dengan sesuatu.
Akan tetapi, aqidah tersebut banyak tergerus pada kalangan awamnya dengan pemikiran bahwa Tuhan tersebut telah menyerupai atau menjadi sebuah tubuh atau menyatu dengan beberapa makhluk yang istimewa, mulai dari manusia, hewan atau benda-benda mati.
Mereka menyakini kalau kekuatan mengatur itu berada pada raja-rajanya, sedangkan kekuatan alam, tanaman secara umum berada pada sungai Nil, dan kekuatan binatang berada pada anak lembu (Abis) dengan menyandarkan penyerbukannya pada pancaran cahaya mentari.
Mereka mengakui kalau benda-benda yang ada secara khusus ini adalah makhluk yang berhak untuk disucikan dan disembah dengan sebab adanya hubungan erat mereka bersama Tuhan yang ada di atas.
Tujuan pendapat ini ialah untuk menyanggah pendapat pertama, yang secara tidak langsung mereka menegaskan bahwa penduduk Mesir kuno bukan berada pada ajaran paganisme tulen, namun, aqidah yang mereka miliki asalnya adalah aqidah tauhid.
Adapun perilaku mereka dengan menjadikan tuhan-tuhan yang begitu banyak, maka itu hanyalah sebagai simbol semata, yang menunjukan pada keberadaan sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan yang Esa. Artinya tuhan-tuhan yang mereka buat hanya sebagai simbol dari sifat-sifat serta hakekat tuhan sejati.
Jadi, sesungguhnya masyarakat Mesir kuno tidak menyembah pada benda-benda tersebut secara hakaket, namun, mereka menjadikan sebagai simbol tuhan sejati yang maha mampu, yang telah menyatu bersama ruhnya –menurut klaim mereka-, yang efeknya bisa dirasakan.
Dan perbuatan ini disebabkan oleh perilaku para tukang sihir yang mempunyai peran penting dalam keberadaan agama-agama Mesir kuno. Yaitu mengubah-ubah simbol yang sangat beragam untuk para tuhan-tuhannya, begitulah agama yang mengajarkan untuk menyembah satu Tuhan lambat laun bergeser. Pada awalnya hanya dalam bentuk seseorang Aton lalu berkembang pada Ra (dewa matahari) atau bola matahari, selanjutnya pada pribadi Amon serta fenomena alam kemudian berlanjut dengan raja-raja dan para pembesarnya.
Oleh karena itu, kita bisa melihat relief raja-raja mereka selalu ada di tempat-tempat peribadahan besar mereka yang digunakan untuk menyerupakan peribadatan kepada Aton atau Ra' atau Amon. Sebagaimana kita juga melihat pada sebagian tempat-tempat peribadatan kecil yang selalu diletakan relief Fir'aun yang berada dipaling depan hingga diletakan disamping tuhan-tuhannya. Bahkan relieif tadi terkadang juga bisa meneriman peribadatan dan memiliki hak kekhususan tuhan.
Agama tauhid tersebut tidaklah bertahan lama hingga akhirnya terkontaminasi lalu berakhir riwayatnya, musnah tidak menyisakan sama sekali dengan kesyirikan dan paganisme yang dicampur adukkan oleh para tukang sihir sampai kondisinya sangat mengenaskan sekali di mana ibadah tersebut ada yang ditujukan kepada binatang bahkan ditujukan kepada kecoa dan serangga.
Sedangkan Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria berpendapat yang mendekati kebenaran dalam masalah ini ialah bahwa penduduk Mesir tergelincir dari agama tauhid lalu berganti menjadi penyembah berhala dengan sebab karena mereka menjadikan tuhan-tuhan yang sangat banyak, setiap sesuatu mempunyai tuhan yang bertugas mengatur sendirian, baginya sifat-sifat serta kekhususan yang tidak dimiliki oleh tuhan yang lain.
Walaupun, menurut Syaikh Abu Bakar, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan adanya keyakinan mereka yang menyakini adanya ilah terbesar dari tuhan-tuhan kecil tadi. Dengan dalil adanya nasyid-nasyid yang menunjukan hal tersebut, yang mereka tujukan manakala bermunajat atau berdoa kepada tuhannya tersebut.
Memang benar, apa yang dituturkan oleh para sejarawan kalau raja-raja mereka mempunyai kedudukan yang tinggi. Mereka biasa meletakan reliefnya di barisan terdepan sebelum tuhan-tuhannya. Kedudukan raja tersebut berada di tempat yang tinggi baik dari segi peribadatan ataupun kesuciaanya . Dan yang mendukung hal ini ialah firman Allah ta'ala manakala mengkisahkan Fir'aun, Allah berfirman:
Dan yang mendukung hal ini ialah firman Allah ta'ala manakala mengkisahkan Fir'aun, Allah berfirman:
﴿ فَحَشَرَ فَنَادَىٰ ٢٣ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٤ ﴾ [ النازعات: 23-24 ]
"Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (QS an-Nazi'aat: 23-24).
Di sini Fir'aun menyatakan dirinya sebagai Rabb yang mengungguli tuhan-tuhan lainya. Bahkan terkadang dirinya tidak menganggap keberadaan tuhan-tuhan tersebut dan menjadikan dirinya sebagai tuhan yang esa sebagaimana hal tersebut direkam oleh Allah ta'ala didalam ayatNya yang lain:
﴿ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ٣٨ ﴾ [ القصص: 38 ]
"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).
Barangkali faktor kenapa penduduk Mesir kuno sampai memiliki begitu beragam tuhan, sesungguhnya orang tatkala akalnya tidak lagi mampu menembus batas, pikiranya sudah kering untuk berpikir hingga akhirnya menyisakan pertanyaan-pertanyaan kritis yang sangat banyak, apakah mungkin tuhan esa tersebut mampu mengatur alam semesta yang sedemikian luasnya secara sendirian? Maka pertanyaan-pertanyaan semacam tadi dijawab oleh paranormal dan menyatakan kalau tuhan yang maha mampu tadi telah menciptakan tuhan-tuhan lain, dan bagi setiap sesuatu memiliki tuhan. Wallahhu'alam. (
Berkata Ibnu Ishaq, "Allah ta'ala mengambil nyawa Nabi Yusuf 'alaihi sallam. Selanjutnya raja yang hidup sezaman dengan beliau juga meninggal, yang bernama Rayan bin al-Walid, kemudian kerajaanya diwarisi oleh raja-raja dari dinasti Fir'aun.
Kemudian Allah menjadikan keturunan Bani Israil menyebar luas, dan keadaan mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan dinasti Fir'aun. Pada saat itu, mereka masih berada di atas agama yang lurus yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Yusuf, Ya'qub, Ishak dan Ibrahim, serta berada dalam syariat Islam dan berpegang teguh dengannya.
Hingga sampai pada masanya, Fir'aun yang sezaman dengan Nabi Musa 'alaihi sallam. Belum pernah dijumpai sebelumnya ada raja dari dinasti Fir'aun yang lebih kafir kepada Allah. Tidak pula yang lebih didengar ucapannya dan paling lama kekuasaannya dari pada dia.
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah menuturkan nama raja tersebut ialah al-Walid bin Mush'ab.
Konon, belum ada Fir'aun yang lebih kejam dan lebih keras hatinya dari pada dia. Fir'aun generasi ini juga paling buruk perlakuannya terhadap Bani Israil. Ia menyiksa mereka, dan menjadikan sebagai pekerja paksa dan budak. Mereka dipilah-pilah untuk dipekerjakan. Ada sekelompok yang dipekerjakan untuk menjadi tukang bangunan, ada yang membajak sawah, ada pula yang bercocok tanam untuk raja tersebut. Intinya tugas mereka hanya bekerja saja.
Bagi siapa saja di kalangan Bani Israil yang tidak mau bekerja untuknya maka wajib bagi dirinya membayar upeti kepada raja.
Biarpun kondisi Bani Israel tertekan seperti itu mereka tetap berada di atas agamanya dan tidak ingin bertikai dan berpecah belah. Mereka menikahkan seorang wanita dari kalangan mereka kepada raja tersebut yang bernama Asiyah binti Muzahim, seorang wanita pilihan.
Tatkala Allah ingin mengakhiri kesengsaraan mereka, Allah mengangkat Musa untuk mengemban tugas risalah , seperti dikisahkan oleh Allah dalam firmanNya, Allah menyeru Musa:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ مِن شَٰطِيِٕ ٱلۡوَادِ ٱلۡأَيۡمَنِ فِي ٱلۡبُقۡعَةِ ٱلۡمُبَٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّيٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٠ ﴾ [ القصص: 30 ]
"Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam". (QS al-Qashash: 30).
Maka turunlah wahyu disaat itu, seperti yang Allah nukil didalam firmanNya:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ يَٰمُوسَىٰٓ ١١ إِنِّيٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوٗى ١٢ وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ ١٣ إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤ إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ ١٥ فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنۡهَا مَن لَّا يُؤۡمِنُ بِهَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ فَتَرۡدَىٰ ١٦ ﴾ [ طه: 11-16 ]
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS Thahaa: 11-16).
Baca Juga
Kemudian ketika Allah azza wa jalla ingin mengujinya, sebelum diberi mukjizat dan disuruh untuk mendatangi Fir'aun maka Allah bertanya pada Musa perihal tongkat yang berada di tangan kanannya, selanjutnya Allah mengkisahkan kejadian tersebut didalam firmanNya:
﴿ وَمَا تِلۡكَ بِيَمِينِكَ يَٰمُوسَىٰ ١٧ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّؤُاْ عَلَيۡهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مََٔارِبُ أُخۡرَىٰ ١٨ قَالَ أَلۡقِهَا يَٰمُوسَىٰ ١٩ فَأَلۡقَىٰهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٞ تَسۡعَىٰ ٢٠ قَالَ خُذۡهَا وَلَا تَخَفۡۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا ٱلۡأُولَىٰ ٢١ وَٱضۡمُمۡ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخۡرُجۡ بَيۡضَآءَ مِنۡ غَيۡرِ سُوٓءٍ ءَايَةً أُخۡرَىٰ ٢٢ لِنُرِيَكَ مِنۡ ءَايَٰتِنَا ٱلۡكُبۡرَى ٢٣ ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ ٢٤ ﴾ [ طه: 18-24 ]
"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Musa menjawab: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, Hai Musa!" lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar, Pergilah kepada Fir'aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas". (QS Thahaa: 17-24).
Kemudian Nabi Musa mengemukakan alasan kepada Allah, sebagaimana direkam oleh Allah dalam firmanNya:
﴿ قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلۡتُ مِنۡهُمۡ نَفۡسٗا فَأَخَافُ أَن يَقۡتُلُونِ ٣٣ وَأَخِي هَٰرُونُ هُوَ أَفۡصَحُ مِنِّي لِسَانٗا فَأَرۡسِلۡهُ مَعِيَ رِدۡءٗا يُصَدِّقُنِيٓۖ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ ٣٤ قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجۡعَلُ لَكُمَا سُلۡطَٰنٗا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيۡكُمَا بَِٔايَٰتِنَآۚ أَنتُمَا وَمَنِ ٱتَّبَعَكُمَا ٱلۡغَٰلِبُونَ ٣٥ ﴾ [ القصص: 33-35 ]
"Musa berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".
Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang". (QS al-Qashash: 33-35).
Selanjutnya Allah mengkisahkan kejadikan mereka berdua secara panjang lebar manakala keduanya mendatangi Fir'aun dalam Al-Qur'an Surat asy-Syu'araa' ayat 16 sampai 40.
﴿ فَأۡتِيَا فِرۡعَوۡنَ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦ أَنۡ أَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ١٧ قَالَ أَلَمۡ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدٗا وَلَبِثۡتَ فِينَا مِنۡ عُمُرِكَ سِنِينَ ١٨ وَفَعَلۡتَ فَعۡلَتَكَ ٱلَّتِي فَعَلۡتَ وَأَنتَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٩ قَالَ فَعَلۡتُهَآ إِذٗا وَأَنَا۠ مِنَ ٱلضَّآلِّينَ ٢٠ فَفَرَرۡتُ مِنكُمۡ لَمَّا خِفۡتُكُمۡ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكۡمٗا وَجَعَلَنِي مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ٢١ وَتِلۡكَ نِعۡمَةٞ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنۡ عَبَّدتَّ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٢٢ قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ قَالَ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ ٢٤ قَالَ لِمَنۡ حَوۡلَهُۥٓ أَلَا تَسۡتَمِعُونَ ٢٥ قَالَ رَبُّكُمۡ وَرَبُّ ءَابَآئِكُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٢٦ قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ ٱلَّذِيٓ أُرۡسِلَ إِلَيۡكُمۡ لَمَجۡنُونٞ ٢٧ قَالَ رَبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢٨ قَالَ لَئِنِ ٱتَّخَذۡتَ إِلَٰهًا غَيۡرِي لَأَجۡعَلَنَّكَ مِنَ ٱلۡمَسۡجُونِينَ ٢٩ قَالَ أَوَلَوۡ جِئۡتُكَ بِشَيۡءٖ مُّبِينٖ ٣٠ قَالَ فَأۡتِ بِهِۦٓ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٣١ فَأَلۡقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعۡبَانٞ مُّبِينٞ ٣٢ وَنَزَعَ يَدَهُۥ فَإِذَا هِيَ بَيۡضَآءُ لِلنَّٰظِرِينَ ٣٣ قَالَ لِلۡمَلَإِ حَوۡلَهُۥٓ إِنَّ هَٰذَا لَسَٰحِرٌ عَلِيمٞ ٣٤ يُرِيدُ أَن يُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِۦ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ ٣٥ قَالُوٓاْ أَرۡجِهۡ وَأَخَاهُ وَٱبۡعَثۡ فِي ٱلۡمَدَآئِنِ حَٰشِرِينَ ٣٦ يَأۡتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٖ ٣٧ فَجُمِعَ ٱلسَّحَرَةُ لِمِيقَٰتِ يَوۡمٖ مَّعۡلُومٖ ٣٨ وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلۡ أَنتُم مُّجۡتَمِعُونَ ٣٩ لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ ٱلسَّحَرَةَ إِن كَانُواْ هُمُ ٱلۡغَٰلِبِينَ ٤٠ ﴾ [ الشعراء: 16-40 ]
"Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan Katakanlah olehmu: "Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami". Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.
Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil".
Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"
Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?"
Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu".
Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".
Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal".
Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".
Musa berkata: "Dan apakah (kamu akan melakukan itu) Kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"
Fir'aun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar".
Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.
Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?"
Mereka menjawab: "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". lalu dikumpulkan ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma'lum, dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian. semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang".
Kemudian setelah tukang sihir datang untuk menantang nabi Musa 'alaihi sallam, maka mereka menyeru kepadanya, sebagaimana direkam oleh Allah didalam firmanNya:
﴿ قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِينَ ١١٥ قَالَ أَلۡقُواْۖ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ سَحَرُوٓاْ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَآءُو بِسِحۡرٍ عَظِيمٖ ١١٦ ﴾ [الأعراف: 15-16 ]
"Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?" Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan)". (QS al-A'raaf: 115-116).
Setelah itu, nabi Musa 'alaihi sallam melempar tongkat yang berada ditangannya, seperti yang Allah terangkan dalam firmanNya:
﴿ فَأَلۡقَىٰ مُوسَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلۡقَفُ مَا يَأۡفِكُونَ ٤٥ فَأُلۡقِيَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ ٤٦ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٤٧﴾ [ الشعراء: 45-47 ]
"Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam". (QS asy-Syu'araa': 45-47).
Kemudian Allah menurunkan wahyu yang menyuruh nabiNya untuk membawa pergi kaumnya, sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:
﴿ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَسۡرِ بِعِبَادِيٓ إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ ٥٢ ﴾ [ الشعراء: 52 ]
"Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli". (QS asy-Syu'araa': 52).
Selanjutnya mereka menemui jalan buntu ketika bertemu dengan lautan yang sangat luas di depan mata, seperti yang Allah kisahkan dalam firmanNya:
﴿ وَٱتۡرُكِ ٱلۡبَحۡرَ رَهۡوًاۖ إِنَّهُمۡ جُندٞ مُّغۡرَقُونَ ٢٤ ﴾ [ الدخان: 24 ]
"Dan biarkanlah laut itu tetap terbelah.Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan". (QS ad-Dukhaan: 24).
Dan akhirnya Allah menyelamatkan mereka, sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya:
﴿ وَأَنجَيۡنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ أَجۡمَعِينَ ٦٥ ثُمَّ أَغۡرَقۡنَا ٱلۡأٓخَرِينَ ٦٦ ﴾ [ الشعراء: 65-66 ]
"Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu". (QS asy-Syu'araa': 65-66).
Dengan ini berakhirlah kekejaman Fir'aun, akan tetapi, Bani Israil masih saja berada dalam kedurhakaan kepada nabinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firmanNya:
﴿ وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتَوۡاْ عَلَىٰ قَوۡمٖ يَعۡكُفُونَ عَلَىٰٓ أَصۡنَامٖ لَّهُمۡۚ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱجۡعَل لَّنَآ إِلَٰهٗا كَمَا لَهُمۡ ءَالِهَةٞۚ قَالَ إِنَّكُمۡ قَوۡمٞ تَجۡهَلُونَ ١٣٨﴾ [الأعراف: 138 ]
"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (QS al-A'raaf: 138).
Bukan hanya sampai di sini saja kelancangan mereka. Tatkala mereka ditinggal Nabi Musa 'alaihi sallam untuk mengambil wahyu, dan berbicara langsung bersama Rabbnya, mereka mulai beribadah kepada kepala patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri, hingga akhirnya Allah ta'ala murka kepada mereka, dan dikatakan sebagai orang-orang yang dimurkai oleh Allah, sehingga pada akhirnya mereka mendapat kehinaan dan kerendahan dari Allah yang maha agung.
Keyakinan Penduduk Mesir:
Ada yang berpendapat bahwa penduduk Mesir kuno adalah paganisme tulen yang memiliki dan menyembah tuhan yang sangat beragam. Di antara tuhan-tuhan yang mereka sembah ada yang berupa bintang semisal bintang-bintang yang berada di sebelah kanan, matahari, gemini dan yang lainnya.
Bahkan yang lebih banyak lagi, para ulama menyatakan, 'Sesungguhnya mereka menyembah binatang, seperti anak sapi dan sapinya, kera, kucing, dan buaya'.
Para ulama mengatakan ketika menafsirkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَۚ ١٢٧﴾ [ الأعراف: 127 ]
"Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". (QS al-A'raaf: 127).
Mereka biasa menyembah sesuatu yang dianggap baik dari seekor sapi, oleh sebab itu Samiri mengeluarkan kepala lembu yang bertubuh dan bersuara, seraya menyeru, 'Inilah tuhan kalian dan juga tuhannya Musa'. Kemudian kepala lembu tersebut menjadi sesembahan di kalangan kaum Nabi Musa 'alaihi sallam. Inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Sudi.
Ada yang menyatakan bahwa Fir'aun yang meletakkan patung kecil pada setiap rumah kaumnya lalu memerintahkan untuk menyembahnya. Sedangkan al-Hasan mengatakan, 'Adapun Fir'aun maka dia adalah penyembah berhala'.
Profesor Doktor Muhammad bin Abdillah Daraz dalam bukunya ad-Din, saat mengomentari masa-masa Dinasti Fir'aun, menuturkan sesungguhnya kumpulan lembaran berharga yang ada di kota Berlin dan London menunjukan kalau penduduk Mesir kuno semenjak lama telah mengenali Tuhan yang esa yang ghaib lagi kekal yang tidak bisa diraba dengan panca indera tidak pula bisa diilustrasikan serta dibatasi dengan sesuatu.
Akan tetapi, aqidah tersebut banyak tergerus pada kalangan awamnya dengan pemikiran bahwa Tuhan tersebut telah menyerupai atau menjadi sebuah tubuh atau menyatu dengan beberapa makhluk yang istimewa, mulai dari manusia, hewan atau benda-benda mati.
Mereka menyakini kalau kekuatan mengatur itu berada pada raja-rajanya, sedangkan kekuatan alam, tanaman secara umum berada pada sungai Nil, dan kekuatan binatang berada pada anak lembu (Abis) dengan menyandarkan penyerbukannya pada pancaran cahaya mentari.
Mereka mengakui kalau benda-benda yang ada secara khusus ini adalah makhluk yang berhak untuk disucikan dan disembah dengan sebab adanya hubungan erat mereka bersama Tuhan yang ada di atas.
Tujuan pendapat ini ialah untuk menyanggah pendapat pertama, yang secara tidak langsung mereka menegaskan bahwa penduduk Mesir kuno bukan berada pada ajaran paganisme tulen, namun, aqidah yang mereka miliki asalnya adalah aqidah tauhid.
Adapun perilaku mereka dengan menjadikan tuhan-tuhan yang begitu banyak, maka itu hanyalah sebagai simbol semata, yang menunjukan pada keberadaan sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan yang Esa. Artinya tuhan-tuhan yang mereka buat hanya sebagai simbol dari sifat-sifat serta hakekat tuhan sejati.
Jadi, sesungguhnya masyarakat Mesir kuno tidak menyembah pada benda-benda tersebut secara hakaket, namun, mereka menjadikan sebagai simbol tuhan sejati yang maha mampu, yang telah menyatu bersama ruhnya –menurut klaim mereka-, yang efeknya bisa dirasakan.
Dan perbuatan ini disebabkan oleh perilaku para tukang sihir yang mempunyai peran penting dalam keberadaan agama-agama Mesir kuno. Yaitu mengubah-ubah simbol yang sangat beragam untuk para tuhan-tuhannya, begitulah agama yang mengajarkan untuk menyembah satu Tuhan lambat laun bergeser. Pada awalnya hanya dalam bentuk seseorang Aton lalu berkembang pada Ra (dewa matahari) atau bola matahari, selanjutnya pada pribadi Amon serta fenomena alam kemudian berlanjut dengan raja-raja dan para pembesarnya.
Oleh karena itu, kita bisa melihat relief raja-raja mereka selalu ada di tempat-tempat peribadahan besar mereka yang digunakan untuk menyerupakan peribadatan kepada Aton atau Ra' atau Amon. Sebagaimana kita juga melihat pada sebagian tempat-tempat peribadatan kecil yang selalu diletakan relief Fir'aun yang berada dipaling depan hingga diletakan disamping tuhan-tuhannya. Bahkan relieif tadi terkadang juga bisa meneriman peribadatan dan memiliki hak kekhususan tuhan.
Agama tauhid tersebut tidaklah bertahan lama hingga akhirnya terkontaminasi lalu berakhir riwayatnya, musnah tidak menyisakan sama sekali dengan kesyirikan dan paganisme yang dicampur adukkan oleh para tukang sihir sampai kondisinya sangat mengenaskan sekali di mana ibadah tersebut ada yang ditujukan kepada binatang bahkan ditujukan kepada kecoa dan serangga.
Sedangkan Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria berpendapat yang mendekati kebenaran dalam masalah ini ialah bahwa penduduk Mesir tergelincir dari agama tauhid lalu berganti menjadi penyembah berhala dengan sebab karena mereka menjadikan tuhan-tuhan yang sangat banyak, setiap sesuatu mempunyai tuhan yang bertugas mengatur sendirian, baginya sifat-sifat serta kekhususan yang tidak dimiliki oleh tuhan yang lain.
Walaupun, menurut Syaikh Abu Bakar, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan adanya keyakinan mereka yang menyakini adanya ilah terbesar dari tuhan-tuhan kecil tadi. Dengan dalil adanya nasyid-nasyid yang menunjukan hal tersebut, yang mereka tujukan manakala bermunajat atau berdoa kepada tuhannya tersebut.
Memang benar, apa yang dituturkan oleh para sejarawan kalau raja-raja mereka mempunyai kedudukan yang tinggi. Mereka biasa meletakan reliefnya di barisan terdepan sebelum tuhan-tuhannya. Kedudukan raja tersebut berada di tempat yang tinggi baik dari segi peribadatan ataupun kesuciaanya . Dan yang mendukung hal ini ialah firman Allah ta'ala manakala mengkisahkan Fir'aun, Allah berfirman:
Dan yang mendukung hal ini ialah firman Allah ta'ala manakala mengkisahkan Fir'aun, Allah berfirman:
﴿ فَحَشَرَ فَنَادَىٰ ٢٣ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٤ ﴾ [ النازعات: 23-24 ]
"Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (QS an-Nazi'aat: 23-24).
Di sini Fir'aun menyatakan dirinya sebagai Rabb yang mengungguli tuhan-tuhan lainya. Bahkan terkadang dirinya tidak menganggap keberadaan tuhan-tuhan tersebut dan menjadikan dirinya sebagai tuhan yang esa sebagaimana hal tersebut direkam oleh Allah ta'ala didalam ayatNya yang lain:
﴿ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ٣٨ ﴾ [ القصص: 38 ]
"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).
Barangkali faktor kenapa penduduk Mesir kuno sampai memiliki begitu beragam tuhan, sesungguhnya orang tatkala akalnya tidak lagi mampu menembus batas, pikiranya sudah kering untuk berpikir hingga akhirnya menyisakan pertanyaan-pertanyaan kritis yang sangat banyak, apakah mungkin tuhan esa tersebut mampu mengatur alam semesta yang sedemikian luasnya secara sendirian? Maka pertanyaan-pertanyaan semacam tadi dijawab oleh paranormal dan menyatakan kalau tuhan yang maha mampu tadi telah menciptakan tuhan-tuhan lain, dan bagi setiap sesuatu memiliki tuhan. Wallahhu'alam. (
(mhy)