Langit dan Bumi Dulunya Bersatu Sebelum Terpisah, Ini Penjelasan Al-Qur'an (1)
loading...
A
A
A
Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya mengantarkan manusia kepada keimanan seperti yang diajarkan A l-Qur'an. Allah dengan sifat kesempurnaan-Nya menjelaskan bagaimana alam semesta ini diciptakan dengan keseimbangan.
Seperti fenomena langit dan bumi yang dulunya menyatu, kemudian terpisah dan terpecah menjadi tujuh lapisan (bagian). Namun, orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dulunya menyatu. Mari kita simak firman Allah dalam Surat Al-Anbiya berikut:
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" (QS. Al-Anbiya Ayat 30)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah Ta'ala berfirman mengingatkan tentang keesaan-Nya yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. "Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya adalah bersatu lalu berpecah-belah? Maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara.
Kemudian Allah menurunkan hujan dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu, Dia berfirman: "Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?", yaitu mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. (Katsir, 2004)
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya, "Apakah pada permulaannya penciptaan malam lebih dahulu, ataukah siang lebih dahulu?"
Ibnu Abbas menjawab: "Bagaimanakah menurut kalian, langit dan bumi saat keduanya masih menjadi satu, tentu di antara keduanya tiada lain kecuali hanya kegelapan. Demikian itu agar kalian mengetahui bahwa malam itu terjadi sebelum siang."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Hatim dari Hamzah ibnu Abu Muhammad, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya menanyakan langit dan bumi yang dahulunya suatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya.
Ibnu Umar berkata, "Pergilah kepada syekh itu, lalu tanyakanlah kepadanya, kemudian datanglah kamu kemari dan ceritakanlah kepadaku apa yang telah dikatakannya."
Lelaki itu pergi menemui Ibnu Abbas dan menanyakan masalah itu kepadanya. Ibnu Abbas menjawab: "Ya, memang dahulunya langit itu terpadu, tidak dapat menurunkan hujan, dan bumi terpadu (dengannya) sehingga tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan. Setelah Allah menciptakan bagi bumi orang yang menghuninya, maka Dia memisahkan langit dari bumi dengan menurunkan hujan, dan memisahkan bumi dari langit dengan menumbuhkan tetumbuhan."
Lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas. Maka Ibnu Umar berkata,"Sekarang aku mengetahui bahwa Ibnu Abbas telah dianugerahi ilmu tentang Al-Qur'an. Dia benar, memang demikianlah pada asal mulanya."
Ibnu Umar mengatakan, "Sebelumnya aku sering mengatakan bahwa betapa beraninya Ibnu Abbas dalam menafsirkan Al-Qur'an, sekarang aku mengetahui bahwa dia benar-benar telah dianugerahi ilmu takwil Al-Qur'an."
Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa langit ini dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu, tidak dapat menurunkan hujan, lalu menurunkan hujan. Bumi ini juga dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan, lalu dijadikan dapat menumbuhkan tetumbuhan.
Ismail Ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Saleh Al-Hanafi tentang makna firman-Nya: Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang terpadu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (QS. Al-Anbiyaa [21]: 30)
Bahwa langit dahulunya menyatu, lalu dipisahkan menjadi tujuh lapis langit, dan bumi dahulunya menyatu, lalu dipisah-pisahkan menjadi tujuh lapis.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahkan langit dan bumi pada mulanya saling melekat, setelah langit ditinggikan dan ditampakkan darinya bumi ini, maka kejadian inilah yang disebutkan 'pemisahan' dalam Al-Qur'an.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa langit dan bumi merupakan suatu yang terpadu, lalu dipisahkan di antara keduanya oleh udara ini.
Firman Allah: "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup." Yakni air merupakan asal mula dari semua makhluk hidup.
Dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah, "Wahai Nabiyullah, apabila aku melihatmu pandanganku menjadi tenang dan hatiku senang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu."
Seperti fenomena langit dan bumi yang dulunya menyatu, kemudian terpisah dan terpecah menjadi tujuh lapisan (bagian). Namun, orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dulunya menyatu. Mari kita simak firman Allah dalam Surat Al-Anbiya berikut:
اَوَلَمۡ يَرَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡۤا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ كَانَـتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰهُمَا ؕ وَجَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ ؕ اَفَلَا يُؤۡمِنُوۡنَ
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" (QS. Al-Anbiya Ayat 30)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah Ta'ala berfirman mengingatkan tentang keesaan-Nya yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. "Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya adalah bersatu lalu berpecah-belah? Maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara.
Kemudian Allah menurunkan hujan dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu, Dia berfirman: "Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?", yaitu mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. (Katsir, 2004)
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya, "Apakah pada permulaannya penciptaan malam lebih dahulu, ataukah siang lebih dahulu?"
Ibnu Abbas menjawab: "Bagaimanakah menurut kalian, langit dan bumi saat keduanya masih menjadi satu, tentu di antara keduanya tiada lain kecuali hanya kegelapan. Demikian itu agar kalian mengetahui bahwa malam itu terjadi sebelum siang."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Hatim dari Hamzah ibnu Abu Muhammad, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya menanyakan langit dan bumi yang dahulunya suatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya.
Ibnu Umar berkata, "Pergilah kepada syekh itu, lalu tanyakanlah kepadanya, kemudian datanglah kamu kemari dan ceritakanlah kepadaku apa yang telah dikatakannya."
Lelaki itu pergi menemui Ibnu Abbas dan menanyakan masalah itu kepadanya. Ibnu Abbas menjawab: "Ya, memang dahulunya langit itu terpadu, tidak dapat menurunkan hujan, dan bumi terpadu (dengannya) sehingga tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan. Setelah Allah menciptakan bagi bumi orang yang menghuninya, maka Dia memisahkan langit dari bumi dengan menurunkan hujan, dan memisahkan bumi dari langit dengan menumbuhkan tetumbuhan."
Lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas. Maka Ibnu Umar berkata,"Sekarang aku mengetahui bahwa Ibnu Abbas telah dianugerahi ilmu tentang Al-Qur'an. Dia benar, memang demikianlah pada asal mulanya."
Ibnu Umar mengatakan, "Sebelumnya aku sering mengatakan bahwa betapa beraninya Ibnu Abbas dalam menafsirkan Al-Qur'an, sekarang aku mengetahui bahwa dia benar-benar telah dianugerahi ilmu takwil Al-Qur'an."
Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa langit ini dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu, tidak dapat menurunkan hujan, lalu menurunkan hujan. Bumi ini juga dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan, lalu dijadikan dapat menumbuhkan tetumbuhan.
Ismail Ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Saleh Al-Hanafi tentang makna firman-Nya: Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang terpadu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (QS. Al-Anbiyaa [21]: 30)
Bahwa langit dahulunya menyatu, lalu dipisahkan menjadi tujuh lapis langit, dan bumi dahulunya menyatu, lalu dipisah-pisahkan menjadi tujuh lapis.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahkan langit dan bumi pada mulanya saling melekat, setelah langit ditinggikan dan ditampakkan darinya bumi ini, maka kejadian inilah yang disebutkan 'pemisahan' dalam Al-Qur'an.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa langit dan bumi merupakan suatu yang terpadu, lalu dipisahkan di antara keduanya oleh udara ini.
Firman Allah: "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup." Yakni air merupakan asal mula dari semua makhluk hidup.
Dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah, "Wahai Nabiyullah, apabila aku melihatmu pandanganku menjadi tenang dan hatiku senang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu."