Kisah Arisa, Mualaf dari Jepang (2): Mulanya Pakaian Seksi, Berjilbab, Lalu Bercadar

Selasa, 02 November 2021 - 14:08 WIB
loading...
Kisah Arisa, Mualaf dari Jepang (2): Mulanya Pakaian Seksi, Berjilbab, Lalu Bercadar
Nur Arisa Maryam kini lebih sering tampil mengenakan cadar (Foto : Instagram/Thejapanesemuslimah)
A A A
Foto-foto terbaru Nur Arisa Maryam lebih banyak tampil tertutup, belakangan ini. Ia mengenakan jilbab plus cadar . Padahal pada tahun lalu ia masih tampil dengan hijab tanpa cadar dalam foto-foto di media sosial Instagram. Bahkan ia justru gemar memakai pakaian seksi tatkala belum menjadi muslimah.



Tak hanya itu. Belakangan ia juga lebih sering tampil memakai hijab sederhana dan polos. "Saya tidak tahu kenapa, tapi sekarang saya sering memakai warna putih, coklat atau kuning lembut," tuturnya dalam akun Instagram @Thejapanesemuslimah.

Selanjutnya tentang penampilan jilbabnya, Nur Arisa Maryam yang kini tinggal dan kuliah di London itu bertutur:

"Saya rasa selera saya sedikit demi sedikit berubah sejak saya pindah ke London.

Jangan salah paham. Saya masih suka jilbab warna-warni, cerah dan bunga-bunga dan saya suka melihat gadis-gadis muslimah mengenakan jilbab warna.

Kadang-kadang saya menatap rindu. Saya dulu suka hari istimewa saya memakai gaun pink dan bunga.

Saya sendiri sedikit terkejut, kini saya lebih suka warna-warna sederhana meskipun saya pikir saya akan menjadi gadis bunga merah muda cerah selamanya.

Mungkin saya terpengaruh oleh warna London seperti bangunan, cuaca, dan pakaian orang Inggris? Atau mungkin saya baru saja bertambah tua?

Jadi, saya mengurangi waktu belanja. Saya juga mencoba untuk menjaga hidup sederhana karena saya tahu selera saya bisa berubah di masa depan insyaAllah."



Tantangan Berjilbab di Jepang
Pada 1 Februari 2021 lalu, bertepatan World Hijab Day, Nur Arisa Maryam di akun Instagramnya membagi kisah dirinya mengenakan jilbab.

Arisa mengaku kala itu ia bekerja sebuah perusahaan di Jepang. Namun ia gagal masuk karena ada larangan berjilbab dan sholat tepat waktu.

"Itulah salah satu alasan mengapa saya berhenti dari pekerjaan saya sebelumnya. Jadi, saya memutuskan bahwa jika saya akan bekerja di Jepang, saya tidak ingin melalui itu lagi," ujarnya berkisah.

Nah, lantaran itu ia mencoba bekerja di perusahaan lain. Pada saat ia pergi wawancara untuk pekerjaan baru, manajer perusahaan yang mewawancarai dirinya berkata:

"Saya memeriksa CV Anda dan melakukan sedikit riset tentang agama Anda. Saya mendengar itu disebut hijab. Saya khawatir jilbab Anda akan memberi kesan kepada orang-orang bahwa ini adalah tempat religius.

Kami percaya orang bebas untuk percaya pada agama apa pun, tetapi kami tidak mendukung satu agama tertentu. Kami memiliki klien yang beragama Islam, tetapi mereka tidak mengenakan jilbab. Jadi, ini pertama kalinya saya melihat seseorang mengenakan itu."

Arisa kepada manager itu berkata: “Saya tidak bisa berhijab dan sholat tepat waktu di perusahaan saya sebelumnya, jadi saya berhenti dari pekerjaan. Ini adalah ajaran agama saya dan juga identitas saya sebagai seorang muslimah.

Oleh karena itu, saya tidak bisa lewati sholatku, buka jilbabku dan ubah gayaku. Jika ini masalah bagimu, aku tidak akan bekerja di sini dan aku akan mencari pekerjaan lain."

Setelah wawancana ini, Arisa melajutkan ceritanya, manager itu menghubungi dirinya untuk menawarkan pekerjaan.

Pada saat ia mulai bekerja, manager itu selalu memuji Arisa tentang jilbab dan gayanya. Manager itu mengatakan hijab itu sangat indah. "Aku sangat menyukai kenyataan bahwa kamu memiliki kemauan yang kuat," ujar sang manager.

Arisa berpendapat sang manager menyukai kenyataan bahwa dirinya tidak akan mengubah agamanya untuk orang lain. "Itulah mengapa dia menawari saya pekerjaan," tutur Arisa.

Arisa bercerita bahwa dalam masyarakat minoritas muslim, ada tekanan diam-diam bagi umat Islam untuk menyesuaikan diri dengan non-muslim. "Namun, sebagai seorang muslimah, saya percaya bahwa tidak ada yang harus kita patuhi lebih dari perintah Allah SWT. Juga, jika Anda selalu mengikuti perintah Allah apapun yang terjadi, mereka akan tahu Anda serius dan mereka akan menghormati Anda dan agama Anda," ujarnya.

Arisa mengatakan, pelajaran yang dipetik dari pengalaman ini adalah pentingnya tabah dan doa, selalu memilih jalan karena Allah SWT dan mensyukuri semua yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.



Arisa Masa Lalu
Arisa mengenal Islam ketika kuliah di sebuah universitas di Jepang. Ia mengambil jurusan Bahasa Malaysia atau Melayu. Setahun kuliah, masih banyak kata yang tidak bisa ia pahami. "Kata-kata itu terkait dengan Islam, semisal alhamdulillah, insyaAllah, dan lainnya," tutur Arisa.

Lantaran itulah, Arisa memutuskan mengambil studi Islam dengan maksud lebih memahami Bahasa Malaysia. Februari 2014, ujar Arisa, adalah momen ketika dirinya pertama kali masuk masjid dan memakai Jilbab.

Kala itu, teman-teman Arisa dari Malaysia mengundangnya hadir di masjid Tokyo Camii. "Dan itulah pertama kalinya aku menyaksikan teman-temanku melakukan gerakan yang bernama sholat," ujarnya.

Arisa mengaku shock saat melihat itu semua. "Meskipun aku belajar Islam selama 2 tahun, tapi ternyata aku merasa belum tahu apa-apa tentang Islam. Misalnya saja, keherananku tentang sholat dan waktunya yang 5 kali sehari. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa mereka melakukannya," jelasnya.

Arisa mengakui bahwa ia suka mengenakan pakaian seksi ketika bepergian. Tapi entah kenapa, tiba-tiba ia merasa ingin berpakaian lebih tertutup sejak saat itu. Dia menjelaskan ada keinginan dirinya supaya lebih dihormati dan dikenal apa adanya, bukan karena penampilan saja.

"Baiklah, itu semua untuk Allah. Inilah jawaban yang sering aku terima. Tetapi tetap, mengapa mereka ingin melakukan itu semua?" tanyanya.

Ini juga merupakan momen dirinya memakai hijab pertama kali. "Mengapa?" ujarnya. "Karena teman-teman Malaysia memberiku hijab sehingga aku pun memakainya. Saat itu aku merasa bahagia dan lega," jelasnya.

Pada Agustus 2014, Arisa memutuskan untuk belajar Islam di Malaysia selama satu bulan. Ia menginap di rumah salah seorang temannya dari Malaysia. Banyak hal yang bisa ia pelajari dari perjalanan kali ini.

"Aku pun mencoba tantangan 1 bulan yaitu berhijab dan menutup auratku dengan sempurna setiap hari selama 1 bulan. Kadang aku merasa kegerahan dan merasa tak kuat dengan panasnya. Tapi anehnya, di dalam hatiku rasanya begitu bahagia yang membuncah," tuturnya.

Ia pun mulai sholat setiap hari dan mencoba menghafal doa Iftitah, tahiyat awal dan akhir. "Kalau untuk surat Al Fatihah aku sudah hafal karena sebelum datang ke Malaysia, aku sudah menghafalkannya dibantu oleh ponselku setiap malam," terangnya.

Alhamdulillah, kata Arisa, banyak orang yang mendoakan dirinya. Tapi saat itu dirinya belum siap untuk mengucapkan syahadat sebagai syarat sahnya seseorang masuk Islam.

Dia mengakui masih mempunyai banyak masalah: keluarga, teman, pacar, dan pekerjaan. "Yang penting," katanya yakin. "Aku percaya pada Allah dan mengucap syahadat dalam hati saja. Aku juga berdoa agar semua masalahku dimudahkan-Nya," lanjutnya.

Tepat tanggal 17 Januari 2015, Arisa bersyahadat. Semua itu berawal ketika ia membaca Al-Quran dalam terjemahan Bahasa Jepang. Ia tak bisa berhenti menangis. Saat itulah ia merasa hidayah menyapanya.

"Aku belum tahu bagaimana cara mengucapkan syahadat secara resmi supaya aku benar-benar menjadi seorang muslim. Aku pun langsung berangkat ke masjid tanpa tahu apakah aku bisa bersyahadat hari itu atau tidak," ucapnya.

Semua orang di masjid menyambut Arisa dengan suka cita. Ada lebih dari 10 muslimah yang hadir di masjid untuk menyaksikan keislamannya.

Prof Misbah ur-Rahman Yousfi yang menuntun Arisa bersyahadat. Setelah bersyahadat, ia pun memilih Nur Arisa Maryam sebagai nama hijrahnya.

"Air mata tak henti mengalir tanda bahagia. Dan di malam itu pula, aku bisa mendirikan sholat Isya dengan kondisi diriku sudah muslim untuk pertama kalinya," ujarnya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2136 seconds (0.1#10.140)