3 Peristiwa Mendebarkan setelah Kematian

Jum'at, 05 November 2021 - 14:32 WIB
loading...
3 Peristiwa Mendebarkan...
Setelah kematian akan ada 3 tempat tinggal yang sangat mendebarkan bagi semua manusia. Foto ilustrasi/istimewa
A A A
Bagi orang yang beriman , bukan kematian yang ia takuti, melainkan apa yang akan terjadi setelahnya. Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat akan pentingnya membekali diri untuk menghadapi hari setelah kematian tersebut.

Suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam," “Wahai Rasulullah, siapakah orang beriman yang cerdas itu?” Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian.” (HR. Ibnu Majah No. 4259)



Ustadz Abdul Halim tri Hantoro S.Pdi menjelaskan, setelah kematian akan ada 3 tempat tinggal yang sangat mendebarkan bagi semua manusia. "Kenapa mendebarkan? Karena itu menentukan selamat atau tidaknya kita. Siapa yang bisa melewatinya dengan baik, maka besar kemungkinan ia berakhir dengan bahagia. Namun jika ia melewatinya dengan berat maka besar kemungkinan berakhir dengan celaka,'ujar dai yang juga pengajar di IAIN Surakarta ini.

Ketiga tempat tersebut, antara lain:

1.Alam Kubur

Alam kubur adalah persinggahan pertama yang pasti akan dilalui manusia setelah kematian. Ia begitu mendebarkan karena kita tidak mengetahui apakah di sana kita termasuk yang mendapatkan nikmat atau siksa.

Setiap kali sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu melewati kuburan, beliau menangis dengan keras seraya berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat.” Utsman kemudian berkata, “Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan daripada kuburan.” (HR. At-Tirmidzi. Dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyah, 4/192)

Hakikat alam kubur adalah sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Quran, salah satunya berikut ini,
وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ ٱلۡعَذَابِ ٤٥ ٱلنَّارُ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡهَا غُدُوّٗا وَعَشِيّٗاۚ وَيَوۡمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدۡخِلُوٓاْ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ أَشَدَّ ٱلۡعَذَابِ

“Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (dikatakan kepada Malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 45-46)

Ibnu Katsir menjelaskan, peristiwa di atas terjadi adalah saat di alam kubur.

Hakikat alam kubur juga disebutkan dalam banyak hadis, salah satunya berikut ini,
إِذَا أُقْعِدَ المُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ أُتِيَ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالقَوْلِ الثَّابِتِ} [إبراهيم: 27]

“Jika seorang mukmin telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan, ‘Laa Ilaaha Illallah wa anna Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam’. Itulah yang dimaksud qauluts tsabit (ucapan yang teguh) dalam firman-Nya, ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan qauluts tsabit’.” (QS. Ibrahim: 27). (HR. Al-Bukhari)

Sedangkan hakikat adanya siksa dan nikmat surga dapat kita jumpai gambarannya dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati sebagian pekuburan di kota Madinah atau Makkah.

Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diazab di kuburnya. Beliau bersabda,
يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ثُمَّ قَالَ: بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ

“Keduanya sedang diazab. Tidaklah keduanya diazab karena dosa besar (menurut ahli kubur). Lalu Nabi bersabda: Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diazab karena tidak bersuci setelah kencing dan yang satunya selalu melakukan namimah (adu domba).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)



2. Tempat Hisab (Perhitungan Amal)

Hisab artinya adalah perhitungan. Apakah yang dihitung? Tentunya adalah amal perbuatan hamba. Perhitungan amal perbuatan hamba saat di dunia yang akan terjadi setelah kematian nanti.

Hisab akhirat adalah peristiwa mendebarkan karena kita tidak tahu apakah termasuk yang dihisab dengan susah atau mudah. Jika mudah, maka ia akan selamat, wal hamdulillah. Akan tetapi jika susah, maka akan celaka, wal iyyadzu billah.

Hakikat hisab amal adalah sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur'an, salah satunya adalah:
إِنَّ إِلَيۡنَآ إِيَابَهُمۡ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا حِسَابَهُم

“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25-26)

Hakikat hisab amal juga disebutkan dalam banyak hadis. Salah satunya adalah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di dalam sholat dengan mengucapkan,
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيرًا

“Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah.” (HR. Hakim dalam Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain, 1/255)

Di persinggahan setelah kematian ini manusia terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, mereka yang lolos dari hisab. Kedua, mereka yang dihisab dengan ringan. Ketiga, mereka yang dihisab dengan berat.

Keselamatan bagi golongan pertama dan kedua, dan kecelakaan bagi golongan ketiga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ

“Barang siapa dihisab pasti ia akan diazab.”

Ibunda Aisyah protes seraya bertanya,
أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا [الانشقاق: 8]

“Bukankah Allah telah berfirman, ‘Maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah.’” (QS. Al-Insyiqaq: 8)

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
إِنَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ، وَلَكِنْ: مَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكْ

“Itu namanya adalah Al-‘Aradh (penampakan amal). Sedangkan barang siapa yang didebat dalam hisabnya (berat), maka dialah yang disiksa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Mizan (Penimbangan Amal)

Mizan artinya adalah timbangan. Apakah yang ditimbang? Tentunya adalah amal perbuatan hamba saat di dunia. Yaumul mizan atau hari penimbangan amal yang akan terjadi setelah kematian ini begitu mendebarkan karena kita tidak tahu apakah termasuk yang timbangan amal salehnya lebih berat atau lebih ringan.

Jika amal salehnya lebih berat, maka ia akan selamat, wal hamdulillah. Akan tetapi jika dosanya yang lebih berat, maka ia akan celaka, wal iyyadzu billah. Hakikat timbangan amal juga disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur'an, di antaranya sebagai berikut,
وَنَضَعُ ٱلۡمَوَٰزِينَ ٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٞ شَيۡـٔٗاۖ

“Dan Kami akan menegakkan mizan (timbangan) amal pada hari kiamat dengan akurat sehingga tiadalah dirugikan seorang hamba sedikit pun…” (QS. Al-Anbiya’: 47)

Dan firman-Nya,
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ. فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ. وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ. فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌ. وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا هِيَهۡ. نَارٌ حَامِيَةُۢ.

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apa itu neraka Hawiyah? (yaitu) api yang sangan panas.”

Hakikat timbangan amal juga disebutkan dalam banyak hadis, salah satunya sebagai berikut,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ

“Dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, namun berat (pahalanya) di mizan, dicintai oleh Allah; Maha suci Allah segala puji bagi-Nya, dan Maha suci Allah yang Maha Agung.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)



Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2396 seconds (0.1#10.140)