Saat Rasulullah Merasakan Sakaratul Maut, Begini Kata Beliau
loading...
A
A
A
Setiap yang bernyawa pasti merasakan maut (mati), tidak terkecuali para Nabi dan Rasul. Sakaratul maut adalah proses keluarnya ruh dari jasad.
Peristiwa ini sangat menyakitkan meski ada pengecualian bagi orang yang dikehendaki Allah berupa kematian yang mudah. Sakaratul maut yang menjadi proses perpisahan jasad dengan ruh diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah Sakaratul Maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". (QS Qaaf: 19)
Kemudian ayat:
كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28}
"Sekali-kali tidak. Apabila nyawa telah sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepada yang menjalani sakaratul maut): 'Siapakah yang dapat menyembuhkan'. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan". (QS Al Qiyamah: 26-28)
Menurut Dewan Konsultasi Bimbingan Islam, Ustaz Rosyid Abu Rosyidah dilansir dari bimbinganislam menjelaskan, Sakaratul Maut bagi orang beriman secara umum adalah mudah. Allah menyatakan secara tegas dalam firman-Nya bahwa para Malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut dan sedih serta membawa berita gembira tentang surga.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30}
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: 'Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para Malaikat turun kepada mereka (sembari berkata): 'Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS Fushshilat: 30)
Sakaratul Maut yang Dirasakan Rasulullah
Lalu bagaimana sakaratul maut yang dirasakan Rasulullah? Adapun yang dialami Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berupa rasa sakit dalam proses sakaratul maut dapat kita lihat lewat beberapa riwayat yang sahih. Seperti dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام واكرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ اليَوْمِ
"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah (putri beliau) berkata: 'Alangkah berat penderitaanmu ayahku'. Beliau (Rasulullah) menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini". (HR Al-Bukhari 4446)
Juga dijelaskan lewat penuturan langsung dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha:
مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Aku tidak iri kepada siapapun yang mudah saat proses kematiannya, setelah aku melihat kepedihan dalam kematian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". (HR at-Tirmidzi 979)
Sampai di sini kita bisa tahu bahwa penderitaan yang dialami saat sakaratul maut adalah sesuatu yang nyata, kendati bagi orang beriman pada umumnya adalah hal yang mudah. Namun tetap saja ada kepedihannya, dan kepedihan setiap orang berbeda-beda.
Maka jangan dipahami kepedihan sakaratul maut yang dialami Rasulullah adalah sebuah kehinaan, karena justru sebagai pengangkat kedudukan. Ibnu Hajar menjelaskan: "Dalam hadits tersebut, kepedihan atau kesengsaraan (saat) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya". (Fathul Bari Syarhu Shohihil Bukhori 11/363)
Di antara hikmah pedihnya Sakaratul Maut yang dialami orang beriman adalah agar orang-orang bisa melihat dan merasakan bahwa sakitnya kematian bukanlah sebuah hal yang bisa disepelekan. Sehingga untuk mengahadapinya pun tidak bisa dengan persiapan yang sepele.
Selain itu, kesakitan yang dialami para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih di pengujung hidupnya bukanlah sebuah aib ataupun siksaan, melainkan untuk meningkatkan derajat mereka di sisi Allah.
Peristiwa ini sangat menyakitkan meski ada pengecualian bagi orang yang dikehendaki Allah berupa kematian yang mudah. Sakaratul maut yang menjadi proses perpisahan jasad dengan ruh diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah Sakaratul Maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". (QS Qaaf: 19)
Kemudian ayat:
كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28}
"Sekali-kali tidak. Apabila nyawa telah sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepada yang menjalani sakaratul maut): 'Siapakah yang dapat menyembuhkan'. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan". (QS Al Qiyamah: 26-28)
Menurut Dewan Konsultasi Bimbingan Islam, Ustaz Rosyid Abu Rosyidah dilansir dari bimbinganislam menjelaskan, Sakaratul Maut bagi orang beriman secara umum adalah mudah. Allah menyatakan secara tegas dalam firman-Nya bahwa para Malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut dan sedih serta membawa berita gembira tentang surga.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30}
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: 'Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para Malaikat turun kepada mereka (sembari berkata): 'Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS Fushshilat: 30)
Sakaratul Maut yang Dirasakan Rasulullah
Lalu bagaimana sakaratul maut yang dirasakan Rasulullah? Adapun yang dialami Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berupa rasa sakit dalam proses sakaratul maut dapat kita lihat lewat beberapa riwayat yang sahih. Seperti dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام واكرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ اليَوْمِ
"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah (putri beliau) berkata: 'Alangkah berat penderitaanmu ayahku'. Beliau (Rasulullah) menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini". (HR Al-Bukhari 4446)
Juga dijelaskan lewat penuturan langsung dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha:
مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Aku tidak iri kepada siapapun yang mudah saat proses kematiannya, setelah aku melihat kepedihan dalam kematian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". (HR at-Tirmidzi 979)
Sampai di sini kita bisa tahu bahwa penderitaan yang dialami saat sakaratul maut adalah sesuatu yang nyata, kendati bagi orang beriman pada umumnya adalah hal yang mudah. Namun tetap saja ada kepedihannya, dan kepedihan setiap orang berbeda-beda.
Maka jangan dipahami kepedihan sakaratul maut yang dialami Rasulullah adalah sebuah kehinaan, karena justru sebagai pengangkat kedudukan. Ibnu Hajar menjelaskan: "Dalam hadits tersebut, kepedihan atau kesengsaraan (saat) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya". (Fathul Bari Syarhu Shohihil Bukhori 11/363)
Di antara hikmah pedihnya Sakaratul Maut yang dialami orang beriman adalah agar orang-orang bisa melihat dan merasakan bahwa sakitnya kematian bukanlah sebuah hal yang bisa disepelekan. Sehingga untuk mengahadapinya pun tidak bisa dengan persiapan yang sepele.
Selain itu, kesakitan yang dialami para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih di pengujung hidupnya bukanlah sebuah aib ataupun siksaan, melainkan untuk meningkatkan derajat mereka di sisi Allah.