Surah Yasin Ayat 32: Semua Akan Dihimpun dan Menghadap Allah SWT
loading...
A
A
A
Surah Yasin ayat 32 menjadi penutup kisah ashab al-qaryah (mulai dari ayat 13 hingga ayat ke 32). Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahwa penduduk Ashabul Qaryah yang disebutkan dalam surat Yasin itu adalah negeri Anthakiyah, yang terletak di tepi Laut Tengah. Namun, beberapa ahli tafsir meragukan Anthakiyah sebagaimana disebutkan dalam surah Yasiin ayat 13 tersebut.
Terlepas dari itu, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur'an, menjelaskan, tidak ada pentingnya Allah menyebutkan nama daerah tersebut. ''Yang terpenting justru hikmah di balik kisah tersebut agar kita beriman kepada Allah,'' terangnya.
Baca juga: Surat Yasin Ayat 30-31: Belajar dari Kisah-Kisah Terdahulu
Nah, pada surat Yasin ayat 32 yang menjadi penutup kisah ashab al-qaryah ini menegaskan bahwa kelak seluruh makhluk akan dikumpulkan di hadapan Allah SWT, baik yang terdahulu maupun yang akan datang.
Allah SWT berfirman:
“Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.” ( QS Yasin : 32 )
Laman Tafsir Al-Quran menjelaskan terdapat dua jenis bacaan dalam ayat ke 32 ini. Perbedaannya ditentukan oleh kata In (اِنْ). Apabila kata In (اِنْ) dianggap sebagai In nafiah (نافية اِنْ) yang bermakna tidak, maka lamma (لَّمَّا) dibaca lamma (لَّمَّا) dengan menggunakan tasdid di atas huruf mim. Maknanya seperti kata illa (الا). Bacaannya seperti yang tertera di atas.
Apabila kata In (اِنْ) ini dianggap sebagai In mukhafafah min al-tsaqilah (مخففة من الثقيلة اِنْ) maka kata lamma (لَّمَّا) dibaca lama (لَّمَا) tanpa tasydid di atas huruf mim. Maka hasilnya dibaca:
Hal ini dikemukakan hampir oleh mayoritas mufassir, semisal al-Thabari, al-Zamakhsyari, Ibnu ‘Asyur, maupun Ibnu Katsir. Namun yang terpenting adalah makna dari perbedaan qiraat tersebut sama, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim.
Thabari, meriwayatkan dari Qatadah bahwa maksud dari ayat di atas adalah hari kiamat. Al-Zamakhsyari mengatakan bahwa kelak seluruh makhluk akan dikumpulkan di hadapan Allah SWT, baik yang terdahulu maupun yang akan datang.
Kata yang menunjukkan makna pengumpulan tersebut adalah kata kullun (كُلٌّ) dan kata jami’un (جَمِيْعٌ). Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa tanda tanwin pada kata kullun (كُلٌّ) menunjukkan adanya pembuangan kata. Kata yang dibuang menurut Wahbah Zuhaili adalah al-qurun (القرون) jika disusun menjadi kullu al-qurun (كل القرون) yang berarti seluruh manusia.
Sedangkan kata jami’un (جَمِيْعٌ) menurut Quraish Shihab bermakna menghimpun. Bukan bermakna seluruhnya. Karena makna seluruhnya sudah tercukupi dalam kata kullun (كُلٌّ). Lebih lanjut, Quraish Shihab mengatakan bahwa kata jami’un (جَمِيْعٌ) ini bermakna bahwa semua generasi itu dihimpun dalam waktu yang sama dan ditempat yang sama. Ayat ini serupa dengan firman Allah dalam surat Hud ayat 103 , yaitu:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab), dan itulah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk).” (QS Hud : 103)
Al-Zamakhsyari mengatakan bahwa penghimpunan ini dalam konteks penyiksaan. Maka dari itu kiranya kita patut untuk berhati-hati agar kelak pada hari kiamat kita tidak termasuk golongan orang-orang yang akan disiksa oleh Allah swt akibat perbuatan buruk yang dilakukan ketika di dunia. Manfaatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk menjadi pribadi terbaik agar kelak pada hari kiamat dikumpulkan bersama orang-orang yang salih.
Ibnu Katsir juga mengatakan sesungguhnya semua umat yang terdahulu dan yang akan datang, kelak akan dihimpunkan untuk menjalani perhitungan amal perbuatan di hari kiamat di hadapan Allah SWT. Maka Dia akan membalas masing-masing dari mereka sesuai dengan amal perbuatannya, yakni semua amal baik dan amal buruknya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. ( QS Hud: 111 )
Terlepas dari itu, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur'an, menjelaskan, tidak ada pentingnya Allah menyebutkan nama daerah tersebut. ''Yang terpenting justru hikmah di balik kisah tersebut agar kita beriman kepada Allah,'' terangnya.
Baca juga: Surat Yasin Ayat 30-31: Belajar dari Kisah-Kisah Terdahulu
Nah, pada surat Yasin ayat 32 yang menjadi penutup kisah ashab al-qaryah ini menegaskan bahwa kelak seluruh makhluk akan dikumpulkan di hadapan Allah SWT, baik yang terdahulu maupun yang akan datang.
Allah SWT berfirman:
وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ ࣖ
“Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.” ( QS Yasin : 32 )
Laman Tafsir Al-Quran menjelaskan terdapat dua jenis bacaan dalam ayat ke 32 ini. Perbedaannya ditentukan oleh kata In (اِنْ). Apabila kata In (اِنْ) dianggap sebagai In nafiah (نافية اِنْ) yang bermakna tidak, maka lamma (لَّمَّا) dibaca lamma (لَّمَّا) dengan menggunakan tasdid di atas huruf mim. Maknanya seperti kata illa (الا). Bacaannya seperti yang tertera di atas.
Apabila kata In (اِنْ) ini dianggap sebagai In mukhafafah min al-tsaqilah (مخففة من الثقيلة اِنْ) maka kata lamma (لَّمَّا) dibaca lama (لَّمَا) tanpa tasydid di atas huruf mim. Maka hasilnya dibaca:
وَاِنْ كُلٌّ لًمَا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
Hal ini dikemukakan hampir oleh mayoritas mufassir, semisal al-Thabari, al-Zamakhsyari, Ibnu ‘Asyur, maupun Ibnu Katsir. Namun yang terpenting adalah makna dari perbedaan qiraat tersebut sama, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim.
Thabari, meriwayatkan dari Qatadah bahwa maksud dari ayat di atas adalah hari kiamat. Al-Zamakhsyari mengatakan bahwa kelak seluruh makhluk akan dikumpulkan di hadapan Allah SWT, baik yang terdahulu maupun yang akan datang.
Kata yang menunjukkan makna pengumpulan tersebut adalah kata kullun (كُلٌّ) dan kata jami’un (جَمِيْعٌ). Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa tanda tanwin pada kata kullun (كُلٌّ) menunjukkan adanya pembuangan kata. Kata yang dibuang menurut Wahbah Zuhaili adalah al-qurun (القرون) jika disusun menjadi kullu al-qurun (كل القرون) yang berarti seluruh manusia.
Sedangkan kata jami’un (جَمِيْعٌ) menurut Quraish Shihab bermakna menghimpun. Bukan bermakna seluruhnya. Karena makna seluruhnya sudah tercukupi dalam kata kullun (كُلٌّ). Lebih lanjut, Quraish Shihab mengatakan bahwa kata jami’un (جَمِيْعٌ) ini bermakna bahwa semua generasi itu dihimpun dalam waktu yang sama dan ditempat yang sama. Ayat ini serupa dengan firman Allah dalam surat Hud ayat 103 , yaitu:
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّمَنْ خَافَ عَذَابَ الْاٰخِرَةِ ۗذٰلِكَ يَوْمٌ مَّجْمُوْعٌۙ لَّهُ النَّاسُ وَذٰلِكَ يَوْمٌ مَّشْهُوْدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab), dan itulah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk).” (QS Hud : 103)
Al-Zamakhsyari mengatakan bahwa penghimpunan ini dalam konteks penyiksaan. Maka dari itu kiranya kita patut untuk berhati-hati agar kelak pada hari kiamat kita tidak termasuk golongan orang-orang yang akan disiksa oleh Allah swt akibat perbuatan buruk yang dilakukan ketika di dunia. Manfaatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk menjadi pribadi terbaik agar kelak pada hari kiamat dikumpulkan bersama orang-orang yang salih.
Ibnu Katsir juga mengatakan sesungguhnya semua umat yang terdahulu dan yang akan datang, kelak akan dihimpunkan untuk menjalani perhitungan amal perbuatan di hari kiamat di hadapan Allah SWT. Maka Dia akan membalas masing-masing dari mereka sesuai dengan amal perbuatannya, yakni semua amal baik dan amal buruknya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِنَّ كُلا لَمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَالَهُمْ
Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. ( QS Hud: 111 )
(mhy)