Nabi Isa AS Orang Pertama yang Dirikan Sholat Maghrib
loading...
A
A
A
Imam Syihabbuddin Mahmud bin Abdullah Al-Husseini Al-Lusi mengatakan Nabi Isa AS adalah orang pertama yang mendirikan sholat pada waktu Maghrib .Tiap rakaat sholah Nabi Isa memiliki maksud yang berbeda.
Rakaat pertama, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan akan ketiadaan ke-Tuhanan pada dirinya. Rakaat kedua, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan ketiadaan ke-Tuhanan pada diri ibunya (Maryam). Rakaat ketiga, untuk menetapkan ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa.
Hal tersebut terkait dengan firman Allah SWT:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?
Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” ( QS Al-Maidah : 116)
Imam Al-Lusi dalam tafsirnya “Ruhul Ma'aani" menjelaskan, yang dimaksud firman Allah: “Adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” adalah sanggahan Allah SWT pada hari kiamat untuk mencela kaum kafir yang menetapkan Nabi Isa AS sebagai persaksian dalam ibadah dan perintah mereka untuk menyembahnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa sanggahan Allah ini waktu di dunia, ketika matahari sudah tenggelam. "Maka, sholat Nabi Isa AS pada waktu maghrib sebanyak tiga rakaat sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT atas pertanyaan Allah sebagaimana ayat di atas," ujar Imam Al-Lusi sebagaimana dikutip Syamsuddin Noor dalam bukunya berjudul "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi".
Menerima Wahyu Saat Masih Anak-Anak
Nabi Isa putra Ibunda Maryam yang terlahir dengan suatu keajaiban yang Allah buat tanpa seorang ayah. Ibunda Maryam tidak pernah tersentuh laki-laki. Namun, Allah menghendakinya untuk melahirkan seorang putra yang akan menjadi seorang nabi, yakni Isa AS.
Sungguh, tuduhan, hinaan, dan cacian yang dialami Ibunda Maryam sangatlah hebat lantaran kehamilannya. Ia seorang pelayan Masjidil Agsa. Namun, pada akhirnya, semua itu berakhir tatkala Isa dilahirkannya.
Isa kecil menjawab semua tuduhan mereka sebagai kedustaan. Yang membuat mereka bungkam seribu bahasa adalah karena Isa AS dapat membela ibunya dengan pernyataannya ketika ia masih bayi. Saat itu, Nabi Isa AS berkata dengan jelas seperti seorang dewasa memberitakan kepada semua manusia siapa ia sebenarnya:
“Berkata Isa, sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” ( QS Maryam : 30-33)
Nabi Isa AS ketika dilahirkan sudah menyampaikan bahwa dirinya adalah hanya hamba Allah, bukan putra Allah. Allah SWT akan memberikannya kitab petunjuk, yakni Injil.
Kebanyakan ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa kitab Injil itu diturunkan kepada Isa pada saat ia masih anak-anak. Meskipun Nabi Isa masih anak-anak, namun kematangan jiwa dan kecerdasannya seperti laki-laki dewasa.
Dari ayat di atas, kita memahami bahwa dasar-dasar syariat Nabi Isa AS ialah:
Rakaat pertama, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan akan ketiadaan ke-Tuhanan pada dirinya. Rakaat kedua, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan ketiadaan ke-Tuhanan pada diri ibunya (Maryam). Rakaat ketiga, untuk menetapkan ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa.
Hal tersebut terkait dengan firman Allah SWT:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?
Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” ( QS Al-Maidah : 116)
Imam Al-Lusi dalam tafsirnya “Ruhul Ma'aani" menjelaskan, yang dimaksud firman Allah: “Adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” adalah sanggahan Allah SWT pada hari kiamat untuk mencela kaum kafir yang menetapkan Nabi Isa AS sebagai persaksian dalam ibadah dan perintah mereka untuk menyembahnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa sanggahan Allah ini waktu di dunia, ketika matahari sudah tenggelam. "Maka, sholat Nabi Isa AS pada waktu maghrib sebanyak tiga rakaat sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT atas pertanyaan Allah sebagaimana ayat di atas," ujar Imam Al-Lusi sebagaimana dikutip Syamsuddin Noor dalam bukunya berjudul "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi".
Menerima Wahyu Saat Masih Anak-Anak
Nabi Isa putra Ibunda Maryam yang terlahir dengan suatu keajaiban yang Allah buat tanpa seorang ayah. Ibunda Maryam tidak pernah tersentuh laki-laki. Namun, Allah menghendakinya untuk melahirkan seorang putra yang akan menjadi seorang nabi, yakni Isa AS.
Sungguh, tuduhan, hinaan, dan cacian yang dialami Ibunda Maryam sangatlah hebat lantaran kehamilannya. Ia seorang pelayan Masjidil Agsa. Namun, pada akhirnya, semua itu berakhir tatkala Isa dilahirkannya.
Isa kecil menjawab semua tuduhan mereka sebagai kedustaan. Yang membuat mereka bungkam seribu bahasa adalah karena Isa AS dapat membela ibunya dengan pernyataannya ketika ia masih bayi. Saat itu, Nabi Isa AS berkata dengan jelas seperti seorang dewasa memberitakan kepada semua manusia siapa ia sebenarnya:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
“Berkata Isa, sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” ( QS Maryam : 30-33)
Nabi Isa AS ketika dilahirkan sudah menyampaikan bahwa dirinya adalah hanya hamba Allah, bukan putra Allah. Allah SWT akan memberikannya kitab petunjuk, yakni Injil.
Kebanyakan ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa kitab Injil itu diturunkan kepada Isa pada saat ia masih anak-anak. Meskipun Nabi Isa masih anak-anak, namun kematangan jiwa dan kecerdasannya seperti laki-laki dewasa.
Dari ayat di atas, kita memahami bahwa dasar-dasar syariat Nabi Isa AS ialah: