Umar bin Khattab: Hanya Isa, Nabi yang Bisa Hidupkan Orang yang Sudah Mati
loading...
A
A
A
Nabi Yehezkiel atau dalam pelafalan bahasa Arab disebut Hizqil memiliki mukjizat dapat menghidupkan orang mati. Keyakinan ini juga ada di kalangan orang-orang Yahudi . Hanya saja, Umar bin Khattab menolak kepercayaan itu. Menurut Khalifah ke-2 ini, nabi yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah hanya Nabi Isa AS .
Ath-Thabari dalam bukunya berjudul "Ta’rikh al-Rusul wa’l-Muluk" mengutip Salim al-Nasri mengisahkan dialog antara Umar bin Khattab dengan dua orang Yahudi.
Orang Yahudi itu berkata: "Kami menemukan disebutkan dalam kitab kami tentang tanduk besi, mukjizat yang diberikan kepada Yehezkiel, yang menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah."
Umar berkata: "Kami tidak menemukan Yehezkiel dalam kitab kami, dan tidak ada yang menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah kecuali Isa bin Maryam."
Mereka berdua berkata: "Apakah engkau tidak menemukan di dalam Kitab Allah (yang menyatakan) ‘dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu'?".
Umar berkata: "Tentu saja."
Mereka berkata: "Mengenai kebangkitan orang mati, kami akan menceritakan kepadamu bahwa suatu wabah menimpa orang Israel. Satu kelompok pergi dan, ketika mereka berada di awal satu mil, Allah membunuh mereka, dan orang-orang mendirikan tembok di sekeliling mereka."
"Ketika tulang-tulang mereka telah membusuk, Allah mengirim Yehezkiel, dan dia berdiri di atas mereka. Dia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, dan Allah membangkitkan mereka untuknya."
"Allah mengungkapkan tentang (peristiwa) itu: 'Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu,’ kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." ( QS Al-Baqarah : 243)
Pernyataan dua orang Yahudi di atas yang mengaitkan Yehezkiel dengan Surat Al-Baqarah Ayat 243 juga didukung oleh pernyataan Wahab bin Munabbih:
“Ketika Allah mengambil Kaleb (Caleb) bin Jephunneh, setelah kematian Yusha (Joshua), Dia menunjuk Hizqil (Yehezkiel) bin Buzi sebagai penerus di antara orang Israel, yang merupakan putra dari wanita tua. Dialah, kami telah diberitahu, yang berdoa untuk orang-orang yang disebutkan Allah dalam al-Quran kepada Muhammad yang berbunyi: ‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati….’"
Kisah tentang Yehezkiel yang memiliki mukjizat menghidupkan orang mati juga dibenarkan oleh Ibnu Ishaq, penulis sejarah Nabi Muhammad SAW dari abad ke-8.
Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun pada intinya isinya sama dengan periwayat-periwayat lainnya.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip Ibnu Abbas sehubungan deagan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243), mengatakan bahwa jumlah mereka ada 4000 orang. Mereka keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari penyakit ta'un yang sedang melanda negeri mereka.
Mereka berkata, "Kita akan mendatangi suatu tempat yang tiada kematian padanya."
Ketika mereka sampai di tempat anu dan anu, maka Allah berfirman kepada mereka: Matilah kalian! (Al-Baqarah: 243) Maka mereka semuanya mati. Kemudian lewatlah kepada mereka seorang nabi, lalu nabi itu berdoa kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali, maka Allah menghidupkan mereka.
Yang demikian itu dinyatakan di dalam firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati (Al-Baqarah: 243), hingga akhir ayat.
Menurut Ibnu Katsir, bukan hanya seorang saja dari kalangan ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah suatu kaum penduduk sebuah negeri di zaman salah seorang nabi Bani Israil. Mereka bertempat tinggal di kemah-kemahnya di tanah kampung halaman mereka. Akan tetapi, datanglah wabah penyakit yang membinasakan, menimpa mereka. Akhirnya mereka keluar menghindari maut ke daerah-daerah pedalaman.
Mereka bertempat di sebuah lembah yang luas, dan jumlah mereka yang banyak itu memenuhi lembah tersebut. Maka Allah mengirimkan dua malaikat kepada mereka; salah satunya dari bawah lembah, sedangkan yang lainnya datang dari atasnya.
Kedua malaikat itu memekik sekali pekik di antara mereka, akhirnya matilah mereka semuanya seperti halnya seseorang mati. Kemudian mereka dikumpulkan di kandang-kandang ternak, lalu di sekitar mereka dibangun tembok-tembok (yang mengelilingi) mereka. Mereka semuanya binasa dan tercabik-cabik serta berantakan.
Setelah lewat masa satu tahun, lewatlah kepada mereka seorang nabi dari kalangan nabi-nabi Bani Israil yang dikenal dengan sebutan Hizqil. Lalu Nabi Hizqil meminta kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali di hadapannya, dan Allah memperkenankan permintaan tersebut.
Allah memerintahkan kepadanya agar mengucapkan, "Hai tulang belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu agar berkumpul kembali!" Maka tergabunglah tulang-belulang tiap jasad sebagian yang lain menyatu dengan yang lainnya.
Kemudian Allah memerintahkan kepada nabi tersebut untuk mengucapkan, "Hai tulang-belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memakai daging, urat, dan kulitmu!" Maka terjadilah hal tersebut, sedangkan nabi menyaksikannya.
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada nabi untuk mengatakan.”Hai para arwah, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar setiap roh kembali kepada jasad yang pernah dimasukinya!" Maka mereka bangkit hidup kembali seraya berpandangan; Allah telah menghidupkan mereka dari tidurnya yang cukup panjang itu, sedangkan mereka mengucapkan kalimat berikut: Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Sementara itu, kisah tentang Yehezkiel yang memiliki mukjizat menghidupkan orang mati di dalam keyakinan Yahudi dan Kristen dapat ditemukan dalam Alkitab pada Bab Yehezkiel (Ezekiel) Bab 37 Pasal 1-14.
Menurut ath-Thabari, lamanya masa hidup Yehezkiel di antara orang-orang Israel tidak diketahui. Ketika Allah mengambil Yehezkiel, diriwayatkan, perilaku buruk bangsa Israel malah semakin bertambah. Mereka dilaporkan meninggalkan perjanjian mereka dengan Allah yang telah disepakati bersama di dalam Taurat dan kemudian menyembah berhala. Sebagai pengganti Yehezkiel, Allah kemudian mengirimkan Nabi Ilyas sebagai nabi baru untuk bangsa Israel.
Makam Yehezkiel
Makam Yehezkiel diyakini berada di Irak, terletak di dekat Najaf, sekitar 130 km dari kota Baghdad. Sebagian Muslim meyakini bahwa makam ini adalah makam Zulkifli.
Menurut ath-Thabari, Zulkifli dan Yehezkiel walaupun sama-sama nabi, tapi merupakan orang yang berbeda. Kompleks pemakaman ini terdiri dari makam dan menara. Selama beberapa generasi telah dijadikan tempat ziarah bagi orang Yahudi hingga akhirnya dikelola oleh Muslim mulai tahun 1316 M.
Ziarah musim gugur pada Hari Paskah biasanya mendatangkan ribuan orang Yahudi. Kompleks itu dibangun memakai batu bata, yang bangunannya menempel ke bangunan bekas masjid.
Bentuknya kotak, di bagian atapnya terdapat kubah berbentuk kerucut tinggi. Bagian dalamnya dicat putih, demi mengoptimalkan pandangan yang terbatas karena kurangnya cahaya yang masuk. Makam itu ditutupi dengan kain emas yang sering diciumi oleh para peziarah.
Pemerintah Irak telah memulai restorasi makam tersebut, dan bahkan pada masa pemerintahan Saddam Hussein, makam itu dilindungi. Ketika Perang Irak, bangunan di sekitar kompleks pemakaman hancur, tetapi makamnya sendiri tidak rusak. Semenjak eksodus besar-besaran orang Yahudi ke Israel pada tahun 1950-an, kini semua peziarah yang datang hanya berasal dari orang-orang Islam.
Ath-Thabari dalam bukunya berjudul "Ta’rikh al-Rusul wa’l-Muluk" mengutip Salim al-Nasri mengisahkan dialog antara Umar bin Khattab dengan dua orang Yahudi.
Orang Yahudi itu berkata: "Kami menemukan disebutkan dalam kitab kami tentang tanduk besi, mukjizat yang diberikan kepada Yehezkiel, yang menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah."
Umar berkata: "Kami tidak menemukan Yehezkiel dalam kitab kami, dan tidak ada yang menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah kecuali Isa bin Maryam."
Mereka berdua berkata: "Apakah engkau tidak menemukan di dalam Kitab Allah (yang menyatakan) ‘dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu'?".
Umar berkata: "Tentu saja."
Mereka berkata: "Mengenai kebangkitan orang mati, kami akan menceritakan kepadamu bahwa suatu wabah menimpa orang Israel. Satu kelompok pergi dan, ketika mereka berada di awal satu mil, Allah membunuh mereka, dan orang-orang mendirikan tembok di sekeliling mereka."
"Ketika tulang-tulang mereka telah membusuk, Allah mengirim Yehezkiel, dan dia berdiri di atas mereka. Dia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, dan Allah membangkitkan mereka untuknya."
"Allah mengungkapkan tentang (peristiwa) itu: 'Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu,’ kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." ( QS Al-Baqarah : 243)
Pernyataan dua orang Yahudi di atas yang mengaitkan Yehezkiel dengan Surat Al-Baqarah Ayat 243 juga didukung oleh pernyataan Wahab bin Munabbih:
“Ketika Allah mengambil Kaleb (Caleb) bin Jephunneh, setelah kematian Yusha (Joshua), Dia menunjuk Hizqil (Yehezkiel) bin Buzi sebagai penerus di antara orang Israel, yang merupakan putra dari wanita tua. Dialah, kami telah diberitahu, yang berdoa untuk orang-orang yang disebutkan Allah dalam al-Quran kepada Muhammad yang berbunyi: ‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati….’"
Kisah tentang Yehezkiel yang memiliki mukjizat menghidupkan orang mati juga dibenarkan oleh Ibnu Ishaq, penulis sejarah Nabi Muhammad SAW dari abad ke-8.
Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun pada intinya isinya sama dengan periwayat-periwayat lainnya.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip Ibnu Abbas sehubungan deagan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243), mengatakan bahwa jumlah mereka ada 4000 orang. Mereka keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari penyakit ta'un yang sedang melanda negeri mereka.
Mereka berkata, "Kita akan mendatangi suatu tempat yang tiada kematian padanya."
Ketika mereka sampai di tempat anu dan anu, maka Allah berfirman kepada mereka: Matilah kalian! (Al-Baqarah: 243) Maka mereka semuanya mati. Kemudian lewatlah kepada mereka seorang nabi, lalu nabi itu berdoa kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali, maka Allah menghidupkan mereka.
Yang demikian itu dinyatakan di dalam firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati (Al-Baqarah: 243), hingga akhir ayat.
Menurut Ibnu Katsir, bukan hanya seorang saja dari kalangan ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah suatu kaum penduduk sebuah negeri di zaman salah seorang nabi Bani Israil. Mereka bertempat tinggal di kemah-kemahnya di tanah kampung halaman mereka. Akan tetapi, datanglah wabah penyakit yang membinasakan, menimpa mereka. Akhirnya mereka keluar menghindari maut ke daerah-daerah pedalaman.
Mereka bertempat di sebuah lembah yang luas, dan jumlah mereka yang banyak itu memenuhi lembah tersebut. Maka Allah mengirimkan dua malaikat kepada mereka; salah satunya dari bawah lembah, sedangkan yang lainnya datang dari atasnya.
Kedua malaikat itu memekik sekali pekik di antara mereka, akhirnya matilah mereka semuanya seperti halnya seseorang mati. Kemudian mereka dikumpulkan di kandang-kandang ternak, lalu di sekitar mereka dibangun tembok-tembok (yang mengelilingi) mereka. Mereka semuanya binasa dan tercabik-cabik serta berantakan.
Setelah lewat masa satu tahun, lewatlah kepada mereka seorang nabi dari kalangan nabi-nabi Bani Israil yang dikenal dengan sebutan Hizqil. Lalu Nabi Hizqil meminta kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali di hadapannya, dan Allah memperkenankan permintaan tersebut.
Allah memerintahkan kepadanya agar mengucapkan, "Hai tulang belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu agar berkumpul kembali!" Maka tergabunglah tulang-belulang tiap jasad sebagian yang lain menyatu dengan yang lainnya.
Kemudian Allah memerintahkan kepada nabi tersebut untuk mengucapkan, "Hai tulang-belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memakai daging, urat, dan kulitmu!" Maka terjadilah hal tersebut, sedangkan nabi menyaksikannya.
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada nabi untuk mengatakan.”Hai para arwah, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar setiap roh kembali kepada jasad yang pernah dimasukinya!" Maka mereka bangkit hidup kembali seraya berpandangan; Allah telah menghidupkan mereka dari tidurnya yang cukup panjang itu, sedangkan mereka mengucapkan kalimat berikut: Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Sementara itu, kisah tentang Yehezkiel yang memiliki mukjizat menghidupkan orang mati di dalam keyakinan Yahudi dan Kristen dapat ditemukan dalam Alkitab pada Bab Yehezkiel (Ezekiel) Bab 37 Pasal 1-14.
Menurut ath-Thabari, lamanya masa hidup Yehezkiel di antara orang-orang Israel tidak diketahui. Ketika Allah mengambil Yehezkiel, diriwayatkan, perilaku buruk bangsa Israel malah semakin bertambah. Mereka dilaporkan meninggalkan perjanjian mereka dengan Allah yang telah disepakati bersama di dalam Taurat dan kemudian menyembah berhala. Sebagai pengganti Yehezkiel, Allah kemudian mengirimkan Nabi Ilyas sebagai nabi baru untuk bangsa Israel.
Makam Yehezkiel
Makam Yehezkiel diyakini berada di Irak, terletak di dekat Najaf, sekitar 130 km dari kota Baghdad. Sebagian Muslim meyakini bahwa makam ini adalah makam Zulkifli.
Menurut ath-Thabari, Zulkifli dan Yehezkiel walaupun sama-sama nabi, tapi merupakan orang yang berbeda. Kompleks pemakaman ini terdiri dari makam dan menara. Selama beberapa generasi telah dijadikan tempat ziarah bagi orang Yahudi hingga akhirnya dikelola oleh Muslim mulai tahun 1316 M.
Ziarah musim gugur pada Hari Paskah biasanya mendatangkan ribuan orang Yahudi. Kompleks itu dibangun memakai batu bata, yang bangunannya menempel ke bangunan bekas masjid.
Bentuknya kotak, di bagian atapnya terdapat kubah berbentuk kerucut tinggi. Bagian dalamnya dicat putih, demi mengoptimalkan pandangan yang terbatas karena kurangnya cahaya yang masuk. Makam itu ditutupi dengan kain emas yang sering diciumi oleh para peziarah.
Pemerintah Irak telah memulai restorasi makam tersebut, dan bahkan pada masa pemerintahan Saddam Hussein, makam itu dilindungi. Ketika Perang Irak, bangunan di sekitar kompleks pemakaman hancur, tetapi makamnya sendiri tidak rusak. Semenjak eksodus besar-besaran orang Yahudi ke Israel pada tahun 1950-an, kini semua peziarah yang datang hanya berasal dari orang-orang Islam.
(mhy)