Sa'id bin al-Harits, Pecinta Sholat Tahajud yang Syahid Dikelilingi Bidadari

Selasa, 28 Desember 2021 - 10:43 WIB
loading...
Said bin al-Harits, Pecinta Sholat Tahajud yang Syahid Dikelilingi Bidadari
Selama di medan jihad, Said bin al-Harits berpuasa di siang hari dan mengerjakan sholat di malam hari. Siang maupun malam aku selalu melihatnya bersungguh-sungguh dalam ibadah. (Foto/Ilustrasi : Ist)
A A A
Sa'id bin al-Harits adalah pejuang muslim di eraBani Ummayah, pada abad ke-8. Beliau jihad di Romawi dengan komandan perang Maslamah bin Abdul Malik . Maslamah sendiri adalah seorang pangeran Umayyah memimpin beberapa kampanye melawan Kekaisaran Bizantium dan Kekhaganan Khazar.



Dalam buku berjudul "Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun: Kisah-Kisah Haru" karya Ust. Ahmad Zacky El-Syafa diceritakan kisah Sa'id bin al-Harits yang dikutip dari Hisyam bin Yahya al-Kinani.

Hisyam bin Yahya al-Kinani menceritakan:

Pada tahun 38 H, kami melakukan peperangan di negeri Romawi. Komandan kami saat itu adalah Maslamah bin Abdul Malik. Kami berteman dengan penduduk Bashrah. Dengan bergiliran kami melayani pasukan, berjaga, mencari bekal, dan mempersiapkan makanan dalam satu tempat.

Dalam tim kami itu ada seseorang yang bernama Sa'id bin al-Harits. Selama di medan jihad, ia berpuasa di siang hari dan mengerjakan sholat di malam hari. Siang maupun malam aku selalu melihatnya bersungguh-sungguh dalam ibadah.

Di luar waktu sholat atau sedang melakukan perjalanan, ia tidak pernah berhenti berzikir kepada Allah dan mengkaji al-Qur'an.

Pada suatu malam, aku bersamanya mendapatkan giliran jaga. Saat itu, kami sedang mengepung salah satu benteng pertahanan pasukan Romawi yang sangat sulit ditaklukkan. Malam tersebut, aku melihat Sa'id sangat bersabar dalam beribadah dan mengerjakan sholat.

Aku pun memandang remeh ibadahku dibandingkan ibadahnya. Aku takjub dengan kekuatan fisiknya dalam beribadah. Aku katakan kepadanya, agar ia menyayangi dirinya. Namun ia menjawab, “Saudaraku, hidup ini adalah nafas-nafas yang akan dihitung, usia yang akan habis dan hari-hari yang akan berlalu."

Jawabannya itu justru membuatku menangis. Aku berdoa kepada Allah agar memberinya pertolongan dan kekuatan. Kemudian aku bertanya kepadanya, “Tidurlah barang sejenak agar dirimu bisa beristirahat. Sebab, engkau tidak tahu apa yang akan dilakukan pihak musuh."



Sa'id pun lalu tidur di dalam tenda sendirian, sementara aku sendiri tetap berjaga.

Tiba-tiba, aku mendengar suara orang berbicara dari dalam kemah. Aku heran karena di dalam kemah hanya ada Sa'id yang sedang tidur. Aku tidak melihat ada seorang pun masuk kemah kecuali Sa'id. Aku lalu pergi ke kemah untuk melihat apa yang terjadi di dalamnya. Di sana ada Sa'id yang tengah tidur. Namun, ia tertawa dan berbicara sambil tetap tidur.

Aku masih hafal apa yang ia katakan, “Aku tidak ingin kembali.”

Kemudian ia mengulurkan tangan kanannya, seakan-akan mengambil sesuatu. Kemudian ia menarik kembali tangannya dengan pelan sambil tertawa. Kemudian ia berkata, "Malam ini saja!'

Selanjutnya, ia bangun dari tidurnya dalam keadaan gemetar. Aku dekap ia dan aku tenangkan. Setelah tenang, ia mengucapkan tahlil, takbir, dan tahmid.

Aku pun memintanya untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Ia memberitahuku bahwa ada dua orang laki-laki mendatanginya dalam mimpi dengan rupa yang bagus. Mereka berkata, "Bangunlah agar kami bisa memperlihatkan nikmat yang Allah sediakan untukmu.”

Sa'id lalu menceritakan kepadaku bahwa ia melihat istana dan bidadari-bidadari yang menyambutnya. la berjalan-jalan di dalam istana itu sampai ke sebuah kasur yang di atasnya terdapat satu bidadari. Seakan-akan bidadari itu adalah permata yang disimpan.

Bidadari itu berkata kepadanya, “Sudah cukup lama aku menantimu."

Sa'id pun bertanya, "Siapa kamu?"

Bidadari menjawab, "Aku adalah istrimu yang abadi."

Sa'id melanjutkan kisahnya, 'Aku pun mengulurkan tangan kepadanya, namun ia menampikku dengan lembut. Bidadari itu berkata, "Hari ini belum bisa. Sebab engkau masih harus kembali ke dunia.”

Aku berkata kepadanya, "Aku tidak ingin kembali."

la menanggapi, “Engkau harus kembali. Engkau masih harus tinggal di dunia selama tiga hari. Pada malam ketiga, engkau akan berbuka bersama kami. Insya Allah.”

Aku berkata kepadanya, "Malam ini saja!”

Namun bidadari itu menjawab, "Perkara ini telah ditetapkan."

Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya. Ketika itulah aku terbangun dari tidurku.



Sa'id kemudian keluar kemah. Ia mandi dan bersuci, kemudian memakai kain kafannya. Pada pagi harinya, ia menyerang musuh dengan keberanian yang hebat. Ia mencari kematian di jalan Allah. Setelah tiba waktu sore dan perang berhenti, ia berbuka. Sepanjang siang itu ia memang puasa. Pada malam harinya ia pergunakan untuk sholat.

Pada hari kedua, ia melakukan seperti yang dilakukannya pada hari sebelumnya. Begitu pula pada hari ketiga, ia melakukan seperti yang dilakukannya pada dua hari sebelumnya.

Dalam keadaan berpuasa, ia memerangi musuh dengan sangat berani, seakan-akan ia merindukan kematian di jalan Allah. Namun sepanjang siang itu, Allah belum menganugerahinya kematian.

Ketika matahari hampir terbenam, salah seorang prajurit Romawi melemparkan anak panah kepadanya. la pun tersungkur menjadi korban. Aku segera berlari mendekatinya. Aku katakan kepadanya, “Selamat berbahagia! Engkau akan berbuka di istana itu pada malam ini. Aduhai, andai saja aku bisa ikut bersamamu."

Sa'id tertawa di hadapanku. Kemudian ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati janji-Nya kepada kita."

Setelah itu, ia meninggal. Aku pun berteriak keras, "Untuk kemenangan serupa ini, hendaklah berusaha wahai orang-orang yang bekerja keras."

Kejadian itu kemudian aku ceritakan kepada orang-orang. Mereka menangis keras. Mereka lalu mengucapkan takbir. Mereka juga menceritakan kejadian itu dan saling membangkitkan semangat untuk memerangi musuh.

Pada pagi harinya, mereka bangkit menuju benteng pertahanan musuh dengan niat yang telah diperbarui dan hati yang merindukan pertemuan dengan Allah. Menjelang siang, Allah memberikan kemenangan kepada kami sehingga kami berhasil menaklukkan benteng itu.

Ust. Ahmad Zacky El-Syafa mengatakan hikmah di balik kisah ini bahwa Allah SWT benar-benar menepati janji-Nya bagi orang yang suka giyam al-lail, bangun malam untuk melakukan sholat Tahajud, yakni akan diberikan tempat yang terpuji di sisiNya.

Rasulullah SAW bersabda sesungguhnya di surga ada ghuraf yang terlihat bagian luarnya dari dalamnya dan bagian dalamnya dari luarnya.

Kemudian seorang Arab Badui berdiri seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, untuk siapakah ghuraf itu?”

Rasulullah menjawab, “(Ghuraf itu) bagi orang yang baik tutur katanya dan suka memberi makan kepada orang lain, terus berpuasa serta sholat di waktu malam ketika orang tengah tertidur pulas.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Tirmizi)

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2232 seconds (0.1#10.140)