Surat Yasin Ayat 48-50: Kiamat Datang Mendadak, ketika Orang Masih Sibuk Urusan Dunia
loading...
A
A
A
Rasulullah SAW menjelaskan, “Tanduk yang sangat besar semacam terompet yang akan ditiup tiga kali. Tiupan pertama adalah tiupan mengagetkan (nafkhat al-faza’) yang akan menghancurkan segala sesuatu. Tiupan kedua merupakan tiupan membinasakan (nafkhat al-sha’qi) yang akan membinasakan seluruh makhluk hidup. Tiupan ketiga tiupan kebangkitan (nafkhat al-qiyam).”
Ibnu ‘Asyur menerangkan kemungkinan adanya makna kedua yaitu teriakan (al-shayhah) yang dimaksud pada ayat di atas bukanlah sangkakala, tetapi teriakan orang yang melihat marabahaya.
Menurutnya, bisa saja ayat di atas terkait dengan orang-orang musyrik Mekkah yang berteriak meminta pertolongan ketika adanya serangan dari kaum muslimin yang bermaksud menguasai barang dagangan mereka ketika terjadi perang Badr.
Kemudian berlanjut pada kata yakhishshimun (bertengkar), menurut Ibnu ‘Asyur ketika menerangkan makna kedua, berkaitan dengan pertengkaran orang musyrik Mekkah ketika menghadapi kaum muslimin pada saat perang Badr .
Lalu mereka tidak sempat memberikan nasihat, yaitu ketika orang-orang musyrik Mekah akhirnya kalah pada perang Badar.
Bertujuan Memperolok
Ar-Razi dan Az-Zuhaili sepakat akan kesinambungan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Ayat sebelumnya menyinggung orang kafir yang enggan bertakwa dan mengeluarkan infak.
Pada ayat ini secara tidak langsung dijelaskan penyebab keengganan mereka, yaitu keingkaran kepada Hari Pembalasan. Karena tidak meyakini akhirat, mereka merasa tidak perlu bersusah payah melakukan amal kebaikan di dunia.
Pertanyaan orang kafir tentang kapan kiamat itu terjadi bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. At-Tabataba’i menyebutnya pertanyaan yang bernada istihza, yakni bertujuan memperolok yang didasari oleh perasaan inkar terhadap apa yang diyakini umat Islam. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Allah SWT tidak memberikan jawaban spesifik mengenai kapan kiamat tiba.
Selain karena pertanyaan tersebut dilontarkan bukan dalam rangka mencari jawaban, juga karena hal ini merupakan rahasia Tuhan yang bahkan Nabi Muhammad SAW sekalipun tidak mengetahuinya.
Dibanding memikirkan kapan waktunya, Allah SWT lebih memilih memberikan gambaran bagaimana kengerian kiamat sebagai solusi bagi siapa saja yang mengimani kiamat untuk mempersiapkan diri menghadapinya.
Kiamat datang secara tiba-tiba, tanpa bisa diduga dan disadari kedatangannya.
Pada Surat Az-Zukhruf ayat 66, Allah SWT berfirman:
Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya. ( QS Az-Zukhruf : 66)
Sebagaimana dikatakan pada ayat ke-49 bahwa pada saat terjadi kiamat, bisa saja orang-orang kafir itu sedang bertengkar dengan sesamanya. Mengisyaratkan bahwa mereka ini lalai dari perkara kiamat. Mereka meributkan urusan duniawi seakan-akan lupa akan adanya hari kiamat dan tidak mempersiapkan diri menghadapinya.
At-Tabataba’i menggarisbawahi penambahan kata wahidah (satu) sebagai penekanan bahwa perkara mematikan semua makhluk hidup itu mudah bagi Allah SWT. Cukup baginya satu teriakan yang adalah tiupan pertama dari malaikat Israfil untuk mematikan seluruh makhluk hidup yang ada di dunia.
Mengenai ragam qiraat pada ayat di atas, Az-Zuhaili menyebutkan tiga versi cara membaca kata يخصمون (yakhissimun). Ashim, Ibn Zakwan dan al-Kisa’i membaca “yakhissimun”, sementara Warsy, Ibn Katsir dan Abu Amr membaca “yakhassimun”. Dan yang terakhir, Hamzah membacanya dengan “yakhsimun”.
Ibnu ‘Asyur menerangkan kemungkinan adanya makna kedua yaitu teriakan (al-shayhah) yang dimaksud pada ayat di atas bukanlah sangkakala, tetapi teriakan orang yang melihat marabahaya.
Menurutnya, bisa saja ayat di atas terkait dengan orang-orang musyrik Mekkah yang berteriak meminta pertolongan ketika adanya serangan dari kaum muslimin yang bermaksud menguasai barang dagangan mereka ketika terjadi perang Badr.
Kemudian berlanjut pada kata yakhishshimun (bertengkar), menurut Ibnu ‘Asyur ketika menerangkan makna kedua, berkaitan dengan pertengkaran orang musyrik Mekkah ketika menghadapi kaum muslimin pada saat perang Badr .
Lalu mereka tidak sempat memberikan nasihat, yaitu ketika orang-orang musyrik Mekah akhirnya kalah pada perang Badar.
Bertujuan Memperolok
Ar-Razi dan Az-Zuhaili sepakat akan kesinambungan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Ayat sebelumnya menyinggung orang kafir yang enggan bertakwa dan mengeluarkan infak.
Pada ayat ini secara tidak langsung dijelaskan penyebab keengganan mereka, yaitu keingkaran kepada Hari Pembalasan. Karena tidak meyakini akhirat, mereka merasa tidak perlu bersusah payah melakukan amal kebaikan di dunia.
Pertanyaan orang kafir tentang kapan kiamat itu terjadi bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. At-Tabataba’i menyebutnya pertanyaan yang bernada istihza, yakni bertujuan memperolok yang didasari oleh perasaan inkar terhadap apa yang diyakini umat Islam. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Allah SWT tidak memberikan jawaban spesifik mengenai kapan kiamat tiba.
Selain karena pertanyaan tersebut dilontarkan bukan dalam rangka mencari jawaban, juga karena hal ini merupakan rahasia Tuhan yang bahkan Nabi Muhammad SAW sekalipun tidak mengetahuinya.
Dibanding memikirkan kapan waktunya, Allah SWT lebih memilih memberikan gambaran bagaimana kengerian kiamat sebagai solusi bagi siapa saja yang mengimani kiamat untuk mempersiapkan diri menghadapinya.
Kiamat datang secara tiba-tiba, tanpa bisa diduga dan disadari kedatangannya.
Pada Surat Az-Zukhruf ayat 66, Allah SWT berfirman:
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا ٱلسَّاعَةَ أَن تَأْتِيَهُم بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya. ( QS Az-Zukhruf : 66)
Sebagaimana dikatakan pada ayat ke-49 bahwa pada saat terjadi kiamat, bisa saja orang-orang kafir itu sedang bertengkar dengan sesamanya. Mengisyaratkan bahwa mereka ini lalai dari perkara kiamat. Mereka meributkan urusan duniawi seakan-akan lupa akan adanya hari kiamat dan tidak mempersiapkan diri menghadapinya.
At-Tabataba’i menggarisbawahi penambahan kata wahidah (satu) sebagai penekanan bahwa perkara mematikan semua makhluk hidup itu mudah bagi Allah SWT. Cukup baginya satu teriakan yang adalah tiupan pertama dari malaikat Israfil untuk mematikan seluruh makhluk hidup yang ada di dunia.
Mengenai ragam qiraat pada ayat di atas, Az-Zuhaili menyebutkan tiga versi cara membaca kata يخصمون (yakhissimun). Ashim, Ibn Zakwan dan al-Kisa’i membaca “yakhissimun”, sementara Warsy, Ibn Katsir dan Abu Amr membaca “yakhassimun”. Dan yang terakhir, Hamzah membacanya dengan “yakhsimun”.