Kisah Rasulullah Marah Saat Orang Yahudi Menanyakan Hal Ini
loading...
A
A
A
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah pribadi dengan kesabaran luar biasa. Semua orang mengenal Beliau sosok yang lembut, tidak pernah melaknat apalagi bersikap kasar.
Ada satu peristiwa yang membuat Nabi marah, namun Allah menenangkannya dengan menurunkan wahyu lewat Malaikat Jibril. Kemarahan beliau tidaklah seperti kita. Beliau marah karena sebab sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan agama, bukan kepentingan pribadi beliau.
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah, ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, semua orang menyambut hangat beliau termasuk kaum Anshar (penduduk Madinah) dan kaum Yahudi yang bermukim di Madinah. Kedatangan beliau sangat menguntungkan perdagangan kaum Yahudi.
Namun belakangan, orang-orang Yahudi tidak rela melihat kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam semakin menguat. Apalagi setelah mendengar seorang Nabi yang bukan dari bangsa mereka.
Suatu hari, orang-orang Yahudi Madinah terkejut ketika mendengar seorang pendeta Yahudi bernama Abdullah bin Salam memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam mengajak keluarganya untuk turut serta. Namun, ia masih merahasiakan keislamannya kepada teman-teman Yahudinya.
"Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku dan merendahkan aku jika mereka tahu aku masuk Islam," demikian kata Abdullah kepada Rasulullah.
"Sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada kaum saya."
Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau menanyakan kepada orang Yahudi mengenai pendapat mereka tentang Abdullah bin Salam. Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik tentang Abdullah bin Salam. "Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan kami."
Mendengar itu, Abdullah bin Salam pun keluar menemui kaumnya dan berkata: "Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku sebagai pemimpin, pendeta, dan cendekiawan, kalian bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa Rasulullah adalah agama yang benar."
Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi pucat kehilangan darah karena begitu terkejut. Sesaat, tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya berpikir jernih, mereka menanggapi Abdullah bin Salam dengan marah. "Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan meninggalkan agama kita."
Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat kasar.
Sejak saat itu, kaum Yahudi mulai bersepakat untuk menghancurkan Islam. Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu dekat akan ada seorang Nabi yang diutus Allah. Namun, mereka menduga bahwa Nabi itu akan lahir dari kalangan Yahudi.
Beberapa pemimpin Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya dengan congkak: "Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?" (Na'udzubillahi min dzalik)
Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah berubah karena menahan marah. Seketika, turunlah Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah seraya menyampaikan firman Allah yang pernah diturunkan di Mekkah untuk menjawab:
Artinya: "Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara (serupa) dengan Dia." (QS Al-Ikhlas Ayat 1-4)
Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia berkata: "Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana Allah itu. Berapa hasta tinggi-Nya, bagaimana lengan-Nya, bagaimana....?"
Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih marah daripada yang pertama. Namun, Jibril kembali turun memadamkan rasa marah Rasulullah sambil menyampaikan firman Allah untuk menjawab pertanyaan lancang itu:
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (Surah Az-Zumar: 67)
Demikian kisah Rasulullah marah ketika pemuka-pemuka Yahudi mempermainkan Allah dengan pertanyaan ngawur. Kemarahan beliau dinilai wajar, namun beliau tetap menunjukkan akhlak terpuji. Beliau tidak lantas membalasnya dengan cacian dan hinaan. Justru beliau menjawab pertanyaan konyol Yahudi itu dengan firman Allah Yang Maha Agung.
Baca Juga: Cara Mengendalikan Marah yang Diajarkan Rasulullah SAW
Ada satu peristiwa yang membuat Nabi marah, namun Allah menenangkannya dengan menurunkan wahyu lewat Malaikat Jibril. Kemarahan beliau tidaklah seperti kita. Beliau marah karena sebab sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan agama, bukan kepentingan pribadi beliau.
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah, ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, semua orang menyambut hangat beliau termasuk kaum Anshar (penduduk Madinah) dan kaum Yahudi yang bermukim di Madinah. Kedatangan beliau sangat menguntungkan perdagangan kaum Yahudi.
Namun belakangan, orang-orang Yahudi tidak rela melihat kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam semakin menguat. Apalagi setelah mendengar seorang Nabi yang bukan dari bangsa mereka.
Suatu hari, orang-orang Yahudi Madinah terkejut ketika mendengar seorang pendeta Yahudi bernama Abdullah bin Salam memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam mengajak keluarganya untuk turut serta. Namun, ia masih merahasiakan keislamannya kepada teman-teman Yahudinya.
"Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku dan merendahkan aku jika mereka tahu aku masuk Islam," demikian kata Abdullah kepada Rasulullah.
"Sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada kaum saya."
Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau menanyakan kepada orang Yahudi mengenai pendapat mereka tentang Abdullah bin Salam. Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik tentang Abdullah bin Salam. "Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan kami."
Mendengar itu, Abdullah bin Salam pun keluar menemui kaumnya dan berkata: "Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku sebagai pemimpin, pendeta, dan cendekiawan, kalian bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa Rasulullah adalah agama yang benar."
Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi pucat kehilangan darah karena begitu terkejut. Sesaat, tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya berpikir jernih, mereka menanggapi Abdullah bin Salam dengan marah. "Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan meninggalkan agama kita."
Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat kasar.
Sejak saat itu, kaum Yahudi mulai bersepakat untuk menghancurkan Islam. Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu dekat akan ada seorang Nabi yang diutus Allah. Namun, mereka menduga bahwa Nabi itu akan lahir dari kalangan Yahudi.
Beberapa pemimpin Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya dengan congkak: "Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?" (Na'udzubillahi min dzalik)
Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah berubah karena menahan marah. Seketika, turunlah Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah seraya menyampaikan firman Allah yang pernah diturunkan di Mekkah untuk menjawab:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Artinya: "Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara (serupa) dengan Dia." (QS Al-Ikhlas Ayat 1-4)
Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia berkata: "Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana Allah itu. Berapa hasta tinggi-Nya, bagaimana lengan-Nya, bagaimana....?"
Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih marah daripada yang pertama. Namun, Jibril kembali turun memadamkan rasa marah Rasulullah sambil menyampaikan firman Allah untuk menjawab pertanyaan lancang itu:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (Surah Az-Zumar: 67)
Demikian kisah Rasulullah marah ketika pemuka-pemuka Yahudi mempermainkan Allah dengan pertanyaan ngawur. Kemarahan beliau dinilai wajar, namun beliau tetap menunjukkan akhlak terpuji. Beliau tidak lantas membalasnya dengan cacian dan hinaan. Justru beliau menjawab pertanyaan konyol Yahudi itu dengan firman Allah Yang Maha Agung.
Baca Juga: Cara Mengendalikan Marah yang Diajarkan Rasulullah SAW
(rhs)