Restorisasi Masjid Sukarno di Rusia Habiskan Rp30 Miliar
loading...
A
A
A
Ada Masjid Sukarno di Rusia, tepatnya di Sankt Peterburg, kota kedua terbesar di negeri Beruang Merah itu. Masjid ini oleh muslim setempat disebut Санкт-Петербу́ргская мече́ть (atau Sankt Peterburgkaya Mecet) maknanya Blue Mosque atau Masjid Biru. Pada bulan ini, pemerintah kota setempat menyiapkan Rp4,9 miliar untuk merestorisasi masjid tersebut.
Asal tahu saja, sejak tahun 2000 restorisasi masjid ini sudah menelan dana hampir Rp30 miliar atau tepatnya 280 juta rubel. Kurs saat ini 1 rubel = 106.92 rupiah.
Russia Beyond melaporkan restorisasi ini kali diperkirakan menelan dana hingga 38,7 juta rubel atau sekitar Rp4,9 miliar berupa perbaikan interior masjid di lantai tiga.
Sedangkan restorisasi sebelumnya adalah untuk kubah, jendela kaca patri, menara, lantai, dan dekorasi dinding. "Selama 19 tahun, pemugaran masjid bersejarah ini telah menghabiskan dana 280 juta rubel atau setara dengan Rp29,9 miliar," lapor Russia Beyond.
Renovasi yang dilakukan tahun 2000-2015 menyedot 176,5 juta rubel. Duit tersebut berasal dari dana anggaran Kota Sankt Peterburg, yang disediakan untuk perlindungan dan pemulihan situs warisan budaya.
Pada 2016-2018, pekerjaan dilakukan untuk memperbaiki aula dan kubah. Lalu pada 2019, pekerjaan dilakukan untuk merestorasi aula di lantai dua. Nah, kini untuk lantai tiga.
Gudang Senjata
Pada masa berkuasanya rezim Komunis Uni Soviet (1920-an hingga 1991), hampir semua tempat ibadah seluruh agama, baik Kristen Ortodoks Rusia, Kristen Katolik, Islam, Yahudi, Buddha ditutup dan sebagian besar dialihfungsikan. Ada yang menjadi rumah sakit, asrama, penjara, dan lain-lain.
Masjid Biru ditutup pada 1940 dan dialihfungsikan untuk berbagai macam kegunaan, termasuk gudang senjata semasa Perang Dunia II.
Suatu hari, di sela-sela kunjungan Presiden Sukarno ke Sankt Peterburg (dahulu bernama Leningrad) pada 1956, ia melihat bangunan seperti masjid dengan arsitektur Asia Tengah berwarna biru. Ternyata, bangunan tersebut memang secara fisik adalah sebuah masjid, tapi telah beralih fungsi menjadi sebuah gudang.
Setelah kembali ke Moskow, Sukarno bertemu Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Ketika Khrushchev menanyakan kesan Sukarno mengenai Leningrad, sang presiden malah membahas kondisi masjid yang baru ia kunjungi.
Sukarno kemudian meminta masjid itu dikembalikan sesuai fungsinya. Sepuluh hari setelah kunjungan Presiden Sukarno, bangunan itu kembali menjadi masjid dan tetap berdiri tegak hingga kini.
Umat Islam di Rusia sangat berterima kasih atas keberanian dan keberhasilan Presiden Sukarno mengupayakan pengembalian Masjid Biru kepada umat Islam untuk difungsikan sebagai tempat ibadah. Tidak pernah terbayangkan oleh mereka ada pemimpin asing yang berani melakukan hal tersebut kepada Pemimpin Tertinggi Uni Soviet yang dikenal sangat anti-agama dan saat itu sangat ditakuti.
Kisah tentang pengembalian fungsi masjid tersebut serta kisah pemugaran Makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan --yang saat itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet-- yang juga atas permintaan Presiden Sukarno masih terekam dengan baik hingga saat ini di memori kaum Muslimin Rusia, khususnya para generasi tuanya.
Era Tsar Nicholas II
Masjid Sukarno disebut Masjid Biru karena bangunan tersebut memiliki kubah berwarna biru. Masjid ini mulai dibangun pada 1910 dan secara resmi dibuka pada 1913.
Diriwayatkan bahwa kala itu, sangatlah sulit untuk memperoleh izin pembangunan rumah ibadah umat Islam di Ibu Kota Kekaisaran Rusia tersebut. Penguasa Rusia saat itu, Tsar Nicholas II, pada 1907 akhirnya memberikan izin pembangunan masjid ini sebagai penghargaan atas kontribusi warga Muslim yang turut membangun Kota St Petersburg.
Tsar Nicholas II sendiri sebelumnya pernah berkunjung ke Indonesia (Hindia-Belanda) pada 1890 saat masih berstatus sebagai Putra Mahkota. Dana terbesar pembangunan masjid ini berasal dari Said Abdoul Ahad, Emir Bukhara (Uzbekistan).
Upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid dilakukan pada 3 Februari 1910 dan dihadiri tokoh-tokoh pemerintahan, keagamaan, dan masyarakat lainnya, termasuk di antaranya Mohammad Alim Khan, Duta Besar Kekhalifahan Ottoman serta Tevkelev, pemimpin Partai Muslim di Parlemen Rusia (Duma).
Blue Mosque dibangun dengan meniru arsitektur Gur-e-Amir, makam dari Timurlenk di Samarkand. Masjid ini dilengkapi menara setinggi 49 meter, kubah setinggi 39 meter, dan mampu memuat hingga lima ribu jamaah. Pada saat dibangun, umat Islam di St Petersburg diperkirakan 8.000 orang.
Bagian muka dari bangunan masjid merupakan gabungan ornamen oriental dan mozaik biru pirus. Dinding masjid dibuat dari batu granit abu-abu dan kubah serta menaranya ditutupi dengan mozaik keramik berwarna biru langit.
Bagian depan masjid dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Quran. Sementara, bagian dalamnya dibuat dari marmer berwarna biru dan lantainya dilapisi oleh karpet yang dibuat para perajin dari Asia Tengah.
Asal tahu saja, sejak tahun 2000 restorisasi masjid ini sudah menelan dana hampir Rp30 miliar atau tepatnya 280 juta rubel. Kurs saat ini 1 rubel = 106.92 rupiah.
Russia Beyond melaporkan restorisasi ini kali diperkirakan menelan dana hingga 38,7 juta rubel atau sekitar Rp4,9 miliar berupa perbaikan interior masjid di lantai tiga.
Sedangkan restorisasi sebelumnya adalah untuk kubah, jendela kaca patri, menara, lantai, dan dekorasi dinding. "Selama 19 tahun, pemugaran masjid bersejarah ini telah menghabiskan dana 280 juta rubel atau setara dengan Rp29,9 miliar," lapor Russia Beyond.
Renovasi yang dilakukan tahun 2000-2015 menyedot 176,5 juta rubel. Duit tersebut berasal dari dana anggaran Kota Sankt Peterburg, yang disediakan untuk perlindungan dan pemulihan situs warisan budaya.
Pada 2016-2018, pekerjaan dilakukan untuk memperbaiki aula dan kubah. Lalu pada 2019, pekerjaan dilakukan untuk merestorasi aula di lantai dua. Nah, kini untuk lantai tiga.
Gudang Senjata
Pada masa berkuasanya rezim Komunis Uni Soviet (1920-an hingga 1991), hampir semua tempat ibadah seluruh agama, baik Kristen Ortodoks Rusia, Kristen Katolik, Islam, Yahudi, Buddha ditutup dan sebagian besar dialihfungsikan. Ada yang menjadi rumah sakit, asrama, penjara, dan lain-lain.
Masjid Biru ditutup pada 1940 dan dialihfungsikan untuk berbagai macam kegunaan, termasuk gudang senjata semasa Perang Dunia II.
Suatu hari, di sela-sela kunjungan Presiden Sukarno ke Sankt Peterburg (dahulu bernama Leningrad) pada 1956, ia melihat bangunan seperti masjid dengan arsitektur Asia Tengah berwarna biru. Ternyata, bangunan tersebut memang secara fisik adalah sebuah masjid, tapi telah beralih fungsi menjadi sebuah gudang.
Setelah kembali ke Moskow, Sukarno bertemu Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Ketika Khrushchev menanyakan kesan Sukarno mengenai Leningrad, sang presiden malah membahas kondisi masjid yang baru ia kunjungi.
Sukarno kemudian meminta masjid itu dikembalikan sesuai fungsinya. Sepuluh hari setelah kunjungan Presiden Sukarno, bangunan itu kembali menjadi masjid dan tetap berdiri tegak hingga kini.
Umat Islam di Rusia sangat berterima kasih atas keberanian dan keberhasilan Presiden Sukarno mengupayakan pengembalian Masjid Biru kepada umat Islam untuk difungsikan sebagai tempat ibadah. Tidak pernah terbayangkan oleh mereka ada pemimpin asing yang berani melakukan hal tersebut kepada Pemimpin Tertinggi Uni Soviet yang dikenal sangat anti-agama dan saat itu sangat ditakuti.
Kisah tentang pengembalian fungsi masjid tersebut serta kisah pemugaran Makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan --yang saat itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet-- yang juga atas permintaan Presiden Sukarno masih terekam dengan baik hingga saat ini di memori kaum Muslimin Rusia, khususnya para generasi tuanya.
Era Tsar Nicholas II
Masjid Sukarno disebut Masjid Biru karena bangunan tersebut memiliki kubah berwarna biru. Masjid ini mulai dibangun pada 1910 dan secara resmi dibuka pada 1913.
Diriwayatkan bahwa kala itu, sangatlah sulit untuk memperoleh izin pembangunan rumah ibadah umat Islam di Ibu Kota Kekaisaran Rusia tersebut. Penguasa Rusia saat itu, Tsar Nicholas II, pada 1907 akhirnya memberikan izin pembangunan masjid ini sebagai penghargaan atas kontribusi warga Muslim yang turut membangun Kota St Petersburg.
Tsar Nicholas II sendiri sebelumnya pernah berkunjung ke Indonesia (Hindia-Belanda) pada 1890 saat masih berstatus sebagai Putra Mahkota. Dana terbesar pembangunan masjid ini berasal dari Said Abdoul Ahad, Emir Bukhara (Uzbekistan).
Upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid dilakukan pada 3 Februari 1910 dan dihadiri tokoh-tokoh pemerintahan, keagamaan, dan masyarakat lainnya, termasuk di antaranya Mohammad Alim Khan, Duta Besar Kekhalifahan Ottoman serta Tevkelev, pemimpin Partai Muslim di Parlemen Rusia (Duma).
Blue Mosque dibangun dengan meniru arsitektur Gur-e-Amir, makam dari Timurlenk di Samarkand. Masjid ini dilengkapi menara setinggi 49 meter, kubah setinggi 39 meter, dan mampu memuat hingga lima ribu jamaah. Pada saat dibangun, umat Islam di St Petersburg diperkirakan 8.000 orang.
Bagian muka dari bangunan masjid merupakan gabungan ornamen oriental dan mozaik biru pirus. Dinding masjid dibuat dari batu granit abu-abu dan kubah serta menaranya ditutupi dengan mozaik keramik berwarna biru langit.
Bagian depan masjid dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Quran. Sementara, bagian dalamnya dibuat dari marmer berwarna biru dan lantainya dilapisi oleh karpet yang dibuat para perajin dari Asia Tengah.
(mhy)