Kisah Nabi Sulaiman: Putra Bungsu yang Jadi Penerus di Bawah Bimbingan sang Bunda
loading...
A
A
A
Nama Sulaiman disebut dalam Al-Quran sebanyak 17 kali, tersebar dalam 7 surah, yaitu: surat al-Baqarah (2 kali), surat al-Nisa , al-An’am masing-masing 1 kali. Surat al-Anbiya 3 kali, surat al-Naml 7 kali, surat Saba’ 1 kali dan surat Shad 2 kali.
Sebagian besar ayat tersebut bercerita tentang sifat-sifat dan keutamaan yang Allah taala berikan kepada Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman adalah putra dari Nabi Daud yang paling bungsu dari sebelas bersaudara. Ia lahir dari seorang perempuan saleh dan taqwa yang bernama Tasyayu’ bint Sura.
Dikisahkan bahwa ibunya senantiasa mendorong Nabi Sulaiman untuk tekun beribadah. Ia dijuluki dengan sebutan Sulaiman al-Hakim karena kebijaksanaanya. Sedangkan dalam perjanjian lama, Nabi Sulaiman sering disebut sebagai Saloma dan dikenal sebagai seorang raja.
Sejak kecil Nabi Sulaiman dikenal saleh dan taat beribadah, sehingga kehadirannya di tengah keluarga dianggap sebagai karunia Allah Taala. Ketaatan dan ketakwaan tersebut Allah sebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi:
“Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” ((QS Shad [38]: 30)
Kata awwab pada ayat di atas bermakna al-ruju’u yakni kembali. M Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menafsirkan bahwa ayat ini merupakan informasi tentang karunia Allah kepada Nabi Daud as berupa seorang anak yang mulia bernama Sulaiman as.
Ia merupakan sebaik-baik hamba Allah pada masanya, karena ia selalu taat kepada Allah dan senantiasa mengembalikan segala persoalan kepada-Nya. Nabi Sulaiman as meyakini bahwa segala sesuatu yang direncanakan manusia tidak akan terlaksana tanpa bantuan Allah Ta'ala.
Dalam Tafsir Al-Marāgī disebutkan, kesalehan dan ketakwaan Nabi Sulaiman dipertegas melalui kebiasaannya melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Nabi Sulaiman bahkan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermunajat kepada Allah SWT. Karena ia yakin bahwa untuk mendapatkan pertolongan dan petunjuk Allah SWT, seseorang harus mendekatkan diri kepada-Nya terlebih dahulu.
Selain hamba yang taat dan takwa, Nabi Sulaiman juga seorang yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Sifatnya ini tidak lepas dari upaya Nabi Daud yang menginginkan agar anaknya tumbuh menjadi seorang raja yang cerdas dan bijaksana. Dari sekian banyak anak Nabi Daus as, hanya Nabi Sulaiman yang mampu memenuhi impiannya.
Selama bertahun-tahun, Nabi Daud telah menantikan seorang penerus yang cocok bagi kerajaannya. Namun ia tidak kunjung menemukan pengganti yang mampu mengampu tanggung jawab tersebut.
Siang dan malam Nabi Daud as berdoa kepada Allah agar diberikan keturunan yang mulia. Doa-doa tersebut kemudian Allah Ta'ala jawab dengan menghadirkan seorang anak yang bernama Sulaiman.
Dua Pemilik Kebun
Salah satu bukti kecerdasan Nabi Sulaiman adalah keputusan bijaknya mengenai sengketa antara pemilik kebun dan kabing. Kisah ini tertuang dalam QS Al-Anbiya’ [21]: 78-79 yang artinya:
Sebagian besar ayat tersebut bercerita tentang sifat-sifat dan keutamaan yang Allah taala berikan kepada Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman adalah putra dari Nabi Daud yang paling bungsu dari sebelas bersaudara. Ia lahir dari seorang perempuan saleh dan taqwa yang bernama Tasyayu’ bint Sura.
Dikisahkan bahwa ibunya senantiasa mendorong Nabi Sulaiman untuk tekun beribadah. Ia dijuluki dengan sebutan Sulaiman al-Hakim karena kebijaksanaanya. Sedangkan dalam perjanjian lama, Nabi Sulaiman sering disebut sebagai Saloma dan dikenal sebagai seorang raja.
Sejak kecil Nabi Sulaiman dikenal saleh dan taat beribadah, sehingga kehadirannya di tengah keluarga dianggap sebagai karunia Allah Taala. Ketaatan dan ketakwaan tersebut Allah sebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi:
وَوَهَبْنَا لِدَاوٗدَ سُلَيْمٰنَۗ نِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌۗ
“Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” ((QS Shad [38]: 30)
Kata awwab pada ayat di atas bermakna al-ruju’u yakni kembali. M Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menafsirkan bahwa ayat ini merupakan informasi tentang karunia Allah kepada Nabi Daud as berupa seorang anak yang mulia bernama Sulaiman as.
Ia merupakan sebaik-baik hamba Allah pada masanya, karena ia selalu taat kepada Allah dan senantiasa mengembalikan segala persoalan kepada-Nya. Nabi Sulaiman as meyakini bahwa segala sesuatu yang direncanakan manusia tidak akan terlaksana tanpa bantuan Allah Ta'ala.
Dalam Tafsir Al-Marāgī disebutkan, kesalehan dan ketakwaan Nabi Sulaiman dipertegas melalui kebiasaannya melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Nabi Sulaiman bahkan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermunajat kepada Allah SWT. Karena ia yakin bahwa untuk mendapatkan pertolongan dan petunjuk Allah SWT, seseorang harus mendekatkan diri kepada-Nya terlebih dahulu.
Selain hamba yang taat dan takwa, Nabi Sulaiman juga seorang yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Sifatnya ini tidak lepas dari upaya Nabi Daud yang menginginkan agar anaknya tumbuh menjadi seorang raja yang cerdas dan bijaksana. Dari sekian banyak anak Nabi Daus as, hanya Nabi Sulaiman yang mampu memenuhi impiannya.
Selama bertahun-tahun, Nabi Daud telah menantikan seorang penerus yang cocok bagi kerajaannya. Namun ia tidak kunjung menemukan pengganti yang mampu mengampu tanggung jawab tersebut.
Siang dan malam Nabi Daud as berdoa kepada Allah agar diberikan keturunan yang mulia. Doa-doa tersebut kemudian Allah Ta'ala jawab dengan menghadirkan seorang anak yang bernama Sulaiman.
Dua Pemilik Kebun
Salah satu bukti kecerdasan Nabi Sulaiman adalah keputusan bijaknya mengenai sengketa antara pemilik kebun dan kabing. Kisah ini tertuang dalam QS Al-Anbiya’ [21]: 78-79 yang artinya:
وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ
فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ ۚ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ ۚ وَكُنَّا فَاعِلِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu. Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.”
Berkenaan dengan ayat tersebut, dikisahkan bahwa suatu ketika dua orang laki-laki (pemilik kebun dan kambing) mengadukan permasalahan mereka kepada Nabi Daud terkait tanaman yang dimakan kambing.
Beliau berkata, “Pergilah dan seluruh kambing itu milikmu (pemilik kebun).”
Lantas pemilik kambing kembali dengan keadaan hati yang sedih karena telah kehilangan kambingnya.
Ketika berada di tengah perjalanan, si pemilik kambing bertemu Nabi Sulaiman. Ia lantas mengadukan permasalahannya. Mendengar hal tersebut, Nabi Sulaiman menghadap Nabi Daud dan berkata, “Ayahanda sesungguhnya keputusan mengenai perkara ini tidaklah seperti yang engkau putuskan.”
Nabi Daud menjawab, “Lalu bagaimana keputusan yang seharusnya ku ambil wahai anakku.”
Nabi Sulaiman berkata, “Serahkan kambing itu kepada pemilik tanaman, agar ia dapat memanfaatkan susu, anak-anak dan bulunya. Kemudian serahkan ladang itu kepada pemilik kambing, agar ia merawatnya. Setelah itu, masing-masing dapat mengambil hak mereka kembali.”
Mendengar keputusan Nabi Sulaiman, Nabi Daud tersenyum dan berkata, “aku menyetujui keputusan tersebut.”
فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ ۚ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ ۚ وَكُنَّا فَاعِلِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu. Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.”
Berkenaan dengan ayat tersebut, dikisahkan bahwa suatu ketika dua orang laki-laki (pemilik kebun dan kambing) mengadukan permasalahan mereka kepada Nabi Daud terkait tanaman yang dimakan kambing.
Beliau berkata, “Pergilah dan seluruh kambing itu milikmu (pemilik kebun).”
Lantas pemilik kambing kembali dengan keadaan hati yang sedih karena telah kehilangan kambingnya.
Ketika berada di tengah perjalanan, si pemilik kambing bertemu Nabi Sulaiman. Ia lantas mengadukan permasalahannya. Mendengar hal tersebut, Nabi Sulaiman menghadap Nabi Daud dan berkata, “Ayahanda sesungguhnya keputusan mengenai perkara ini tidaklah seperti yang engkau putuskan.”
Nabi Daud menjawab, “Lalu bagaimana keputusan yang seharusnya ku ambil wahai anakku.”
Nabi Sulaiman berkata, “Serahkan kambing itu kepada pemilik tanaman, agar ia dapat memanfaatkan susu, anak-anak dan bulunya. Kemudian serahkan ladang itu kepada pemilik kambing, agar ia merawatnya. Setelah itu, masing-masing dapat mengambil hak mereka kembali.”
Mendengar keputusan Nabi Sulaiman, Nabi Daud tersenyum dan berkata, “aku menyetujui keputusan tersebut.”
(mhy)
Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Artikel Terkait
Rekomendasi
Artikel Terkini
More Content
9 jam yang lalu
Terpopuler