Kisah Hikmah : Batal Puasa karena Lihat Istri
loading...
A
A
A
Kemudian di pertengahan keadaan itu, Rasulullah SAW diberikan sejumlah besar kurma, lalu beliau berkata, “Mana si penanya tadi?”
Lelaki itupun menjawab “Saya Rasulullah”,
Rasulullah SAW pun berpesan kepadanya: “Bawa kurma ini, dan bersedekahlah dengannya (sebagai kafarat puasa yang dibatalkan)”
Lelaki itu kembali bertanya:
“Apakah saya berikan kurma ini kepada orang yang lebih fakir dariku wahai Rasul? Demi Allah Wahai Rasul, tidak ada orang didaerahku yang lebih fakir dariku dan keluargaku".
Rasulullah SAW pun tertawa sehingga terlihat (sedikit) gigi gerahamnya, lalu beliau berkata “berilah makan keluargamu dengan kurma itu” (HR. Bukhari)
Hikmah Kisah
Dari kisah sahabat tersebut, dapat dilihat bagaimana cara Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghadapi lelaki yang membatalkan puasanya secara sengaja karena tak bisa menahan nafsu biologis terhadap istrinya. Kita dapat melihat kebijaksanaan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang tak lantas memarahi lelaki tersebut, namun Rasulullah dengan sabar menjelaskan apa yang difasilitasi syariat untuk menebus kesalahan yang telah dilakukannya.
Wallahu A'lam
Lelaki itupun menjawab “Saya Rasulullah”,
Rasulullah SAW pun berpesan kepadanya: “Bawa kurma ini, dan bersedekahlah dengannya (sebagai kafarat puasa yang dibatalkan)”
Lelaki itu kembali bertanya:
“Apakah saya berikan kurma ini kepada orang yang lebih fakir dariku wahai Rasul? Demi Allah Wahai Rasul, tidak ada orang didaerahku yang lebih fakir dariku dan keluargaku".
Rasulullah SAW pun tertawa sehingga terlihat (sedikit) gigi gerahamnya, lalu beliau berkata “berilah makan keluargamu dengan kurma itu” (HR. Bukhari)
Hikmah Kisah
Dari kisah sahabat tersebut, dapat dilihat bagaimana cara Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghadapi lelaki yang membatalkan puasanya secara sengaja karena tak bisa menahan nafsu biologis terhadap istrinya. Kita dapat melihat kebijaksanaan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang tak lantas memarahi lelaki tersebut, namun Rasulullah dengan sabar menjelaskan apa yang difasilitasi syariat untuk menebus kesalahan yang telah dilakukannya.
Wallahu A'lam
(wid)