4 Jenis Fitnah yang Tercantum dalam Surat Al-Kahfi

Selasa, 10 Mei 2022 - 18:10 WIB
loading...
4 Jenis Fitnah yang Tercantum dalam Surat Al-Kahfi
Rahasia agung di balik sunnah membaca surah al-Kahfi setiap Jumat adalah agar setiap insan harus mampu menginsafi dan mampu menghadapi berbagai jenis fitnah. Foto ilustrasi/ist
A A A
Sebagai mukjizat dari Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam, Al-Qur'an memang banyak menjelaskan kehidupan manusia. Salah satunya adalah yang digambarkan dalam Surat Al-Kahfi . Surat yang masuk katagori madaniyah ini banyak menjelaskan tentang kehidupan manusia dan problemnya. Misalnya, surat ini memberi pelajaran tentang bahaya fitnah yang melanda.

Karena itu, rahasia agung di balik sunnah membaca surah al-Kahfi setiap Jumat adalah agar setiap insan harus mampu menginsafi dan mampu menghadapi berbagai jenis fitnah.

Menurut Ustadz Muhammad Faishal Fadhli, yang dimaksud dengan fitnah adalah ujian; ujian terberat dalam kehidupan. Mulai dari fitnah dalam beragama, fitnah harta, fitnah keilmuan, dan fitnah kekuasaan. "Semua itu dibahas satu per satu dalam surah ini."ungkap dai yang rutin menggelar kajian online ini.



Berikut uraian penjelasan tentang jenis fitnah dalam Surat Al-Kahfi yang disampaikan Ustadz Muhammad Faishal Fadhli tersebut:

1. Fitnah dalam beragama

Fitnah ini tergambar dalam kisah Ashabul Kahfi (Lihat ayat 9—26). Menceritakan tujuh pemuda yang beriman, melarikan diri ke dalam gua, demi menyelamatkan akidah. 309 tahun lamanya mereka ditidurkan. Ditemani seekor anjing.

Kisah ini menjadi salah satu keajaiban yang belum ada duanya sepanjang sejarah manusia. Pesan moralnya: pegang teguhlah agama Allah, karena pertolongan-Nya senatiasa membersamai para hamba beriman.

2. Fitnah harta

Fitnah ini terdapat dalam kisah shahibul jannatain (pemilik dua kebun) anggur yang dikelilingi pohon-pohon kurma sebagai pagarnya. Di antara kedua kebun itu terdapat ladang. Allah alirkan air ke dalamnya.

Namun, sang pemilik kebun bersifat congkak, membanggakan kekayaan yang dimiliki. Ia berkata kepada temannya yang beriman tapi miskin, “Ana aktsaru minka maalan wa a’azzu nafaran.” Hartaku lebih banyak dibandingkan hartamu, dan para pengikutku lebih kuat.” (Lihat ayat 32—34).

Bukan hanya itu, si pemilik kebun yang merasa tatanan kebunnya itu luar biasa canggih dan rapi, mengira bahwa aset berharganya bersifat abadi. Lebih parah lagi, ia mengingkari datangnya hari Kiamat. (Lihat ayat 36—37).

Maka, kawannya yang beriman memberinya nasihat dan mengajarinya sebuah doa agar tidak jumawa. Setiap kali masuk kebun, berucaplah, “Maa sya’a Allah. Laa quwwatu illa billah.” (QS. Al-Kahfi: 39)

Kemudian, ending dari kisah ini: Allah menghendaki kebun anggur itu roboh, hancur, binasa. Barulah si pemilik kebun menyesali perbuatannya. (Lihat ayat 42).

Pesan moralnya: Allah memberi kekayaan kepada seseorang bukan dalam rangka memuliakannya, tetapi demi untuk mengujinya; apakah ia akan bersyukur atau berbuat kufur?

3. Fitnah ilmu

Hal ini sebagaimana tersirat dalam kisah Nabi Musa bersama Nabi Khidir ‘alahimas salaam (ayat 60—82).

Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan, suatu ketika, Nabi Musa ditanya oleh kaumnya, “Adakah yang lebih ‘alim darimu?” Kemudian Nabi Musa menjawab, “Tidak ada.”

Maka dari itu, Allah menegurnya dan memberitahunya bahwa ada seorang hamba yang Allah ridai, dikaruniai pengetahuan yang lebih dalam daripada Musa.

Maka demi mencari ilmu, dengan ditemani seorang pembantu, Nabi Musa rela menempuh perjalanan selama berpuluh-puluh tahun. Al-Quran menyebutnya dengan kata huquba yang dalam bahasa Arab tidak diketahui secara pasti berapa tahun, tapi bisa mencapai angka 80 tahunan.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2542 seconds (0.1#10.140)