Kisah Khalifah Al-Mahdi Membangun Konspirasi Penggulingan Putra Mahkota Isa Bin Musa

Rabu, 18 Mei 2022 - 17:42 WIB
loading...
Kisah Khalifah Al-Mahdi Membangun Konspirasi Penggulingan Putra Mahkota Isa Bin Musa
Al-Mahdi menjabat khalifah setelah pendahulnya, Al-Mashur, melanggar wasiat khalifah pertama, As-Saffah, yang menunjuk Isa bin Musa sebagai khalifah pengganti dirinya. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Khalifah ketiga Dinasti Abbasiyah ini bernama Muhammad bin Abdullah (Al-Manshur) bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dia biasa dipanggil Abu Abdullah dan bergelar Al-Mahdi.

Ia menjabat sebagai khalifah setelah khalifah pendahulnya, Al-Manshur, melanggar wasiat khalifah pertama, As-Saffah, yang menunjuk Isa bin Musa sebagai khalifah pengganti Al-Manshur.

Pada era Al-Mahdi ini pun, Isa bin Musa yang gagal menggantikan Khalifah Al-Manshur rela menjadi putra mahkota kembali. Rupanya, seperti pendahulunya, Al-Mahdi pun kembali menyingkirkan Isa bin Musa dan menunjuk putranya sebagai calon penggantinya.



Al-Mahdi dilahirkan di Idzaj pada tahun 126 H, dari ibu yang bernama Ummu Musa binti Manshur al-Himyariyah. Dia dikenal sebagai sosok yang pemurah, berperawakan bagus dan memiliki akhlak yang baik.

Imam As-Suyuthi dalam bukunya berjudul "Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah" menyebutkan Al-Mahdi belajar akhlak mulia Islam, banyak berinteraksi dan berguru dengan para ulama, serta memiliki karakter yang sangat baik.

Tatkala menginjak dewasa, Al-Manshur mengangkatnya sebagai gubernur untuk memerintah wilayah Tabaristan dan sekitar. Dia dinobatkan sebagai khalifah Dinasti Abbasiyah pada bulan Dzulhijjah 158 H, sesaat setelah menerima kabar bahwa ayahnya wafat dalam perjalanan ke tanah suci.

Melanggar Wasiat
Berdasarkan wasiat As-Saffah, Khalifah pertama Dinasti Abbasiyah, yang seharusnya menjadi khalifah setelah Al-Manshur, adalah paman mereka, yang bernama Isa bin Musa. Maka ketika masa awal pemerintahan Al-Manshur, Isa bin Musa berposisi sebagai putra mahkota.

Isa bin Musa adalah pengikut Al-Manshur yang sangat setia. Jasanya demikian besar pada Dinasti Abbasiyah. Bahkan dialah yang memimpin pasukan untuk menangkap dan membunuh anak keturunan Ali bin Abi Thalib ketika terjadi pemberontakan dua anak Abdullah bin Hasan, bernama Muhammad dan Ibrahim.

Tapi setelah pondasi kekuasaan Al-Manshur kokoh, dan semua ancaman sudah bisa dihilangkan, Al-Manshur malah mendepaknya dari posisi sebagai putra mahkota, dan menggantikannya dengan putranya sendiri, Al-Mahdi.

Menariknya, sebagaimana dikisahkan dalam buku The History of al-Tabari, ketika datang keputusan ini, Isa bin Musa bisa diyakinkan bahwa setelah Al-Mahdi, dialah yang akan menggantikan selanjutnya. Maka proses pergantian kedudukan putra mahkota itu pun berlangsung sangat tenang. Nyaris tanpa gejolak yang berarti.

Akan tetapi, tepat ketika Al-Manshur wafat dalam perjalanan ke Mekkah ketegangan mulai muncul. Isa bin Musa yang saat itu menyertai Al-Manshur, tiba-tiba bangkit bersama pengikutnya dan menginginkan tampuk kekhalifahan. Untungnya ketika itu, para tokoh dan petinggi Bani Abbas langsung menghadap Musa bin Muhammad (putra Al-Mahdi) yang juga ikut dalam perjalanan haji. Melalui Musa inilah mereka semua membaiat Al-Mahdi.



Adapun dengan Isa bin Musa, yang ketika itu masih belum mau menyatakan kesetiaannya, dia dikepung oleh prajurit Abbasiyah dan ditodong sejata. Kemudian Ali bin Isa bin Mahan, yang merupakan pejabat tertinggi di rombongan itu, mendatangi Isa bin Musa. Dia menghunuskan pedangnya, lalu berkata, “Demi Allah, bersumpah setialah, atau aku akan memenggal kepalamu!!” Tersudut. Isa bin Musa akhirnya, lagi-lagi, harus menindas perasaan kecewanya, dan bersumpah setia pada Al-Mahdi.

Al-Mahdi menerima kabar duka tentang ayahnya ketika sedang berada di Baghdad, yang saat itu sudah menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah. Segera setelah itu dia naik ke podium dan menyampaikan pidato di depan khalayak. Antara lain isi pidatonya dia berkata: ”Sesungguhnya, Amirul Mukminin (Al-Manshur) adalah seorang hamba yang diminta lalu memenuhi permintaan itu dan seorang yang diperintah lalu menaati perintah itu.”

Sambil mengucapkan kalimat tersebut, kedua matanya berkaca-kaca. Kemudian dia melanjutkan:

“Saudara-saudara, taatlah kalian kepada kami saat sendiri dan saat bersama-sama. Niscaya kalian akan selamat dan mendapat balasan yang baik."

"Rendahkanlah ‘sayap’ ketaatan kalian untuk orang yang menegakkan keadilan, mengangkat beban dari kalian, serta menyebarkan kedamaian di antara kalian sebagaimana dikehendaki Allah. Demi Allah, aku akan menghabiskan umur antara menjatuhkan hukuman dan melakukan kebaikan kepada kalian.”

Demikianlah pidato pelantikan yang disampaikan Al-Mahdi sebagaimana dikutip dari Imam As-Suyuthi.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4435 seconds (0.1#10.140)