Cara Belajar Khusuk Abu Yazid Al-Busthami

Sabtu, 25 April 2020 - 15:02 WIB
loading...
Cara Belajar Khusuk Abu Yazid Al-Busthami
Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang ke sini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini. Ilustrasi/Ist
A A A
ABU Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persia. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syaikh yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negeri Irbil sbb: "...bahwa mulai Abu Bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiah." ( Baca juga: Sang Bunda Bebaskan Abu Yazid dari Kewajiban Berbakti Kepadanya )

Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Allah, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negeri ke negeri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam.

Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk di hadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya, "Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu".

"Jendela? Jendela yang mana?" tanya Abu Yazid.

"Telah sekian lama engkau belajar di sini dan tidak pemah melihat jendela itu?"

"Tidak," jawab Abu Yazid. "Apakah peduliku dengan jendela. Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang ke sini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini".

"Jika demikian," kata si guru,"kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai."

Wahai, bagaimanakah saat kita salat? Bukankah saat itu kita menghadap pada Sang Maha Kuasa? Mengapakah masih peduli terhadap lainnya? Pikiran masih melantur ke mana-mana, hati masih diskusi sendiri?"

Celakalah engkau yang salat, yaitu engkau yang di dalam salatmu lalai, "Fawailulil musholin aladzinahum ansholati him sahun". "Inna sholati li dzikri" ( Baca juga: Abu Yazid dan Seorang Muridnya )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2656 seconds (0.1#10.140)