Kisah Safi Ibn Sayyad dan Ketika 30 Orang Dajjal Mengaku Nabi
loading...
A
A
A
Masuk Islam
Safi ibn Sayyad akhirnya tumbuh besar, dan dia tinggal di Madinah. Dia pada akhirnya masuk Islam dan dia menikah. Dia punya sekitar 10 anak. Dan para sahabat selalu menghindarinya, karena mereka tidak merasa nyaman berada di dekatnya.
Suatu hari… mereka melakukan perjalanan haji. Lalu ketika mereka pulang dari berhaji, pada perjalanan pulang, seorang sahabat dari Rasulullah SAW (Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu), duduk di bawah sebuah bayangan dari sebuah pohon dan kemudian Safi ibn Sayyad dengan membawa barangnya duduk di samping Sahabat tersebut.
Sahabat tersebut merasa tidak nyaman di dekatnya, dan berkata, “Ada banyak tempat berteduh di sini, kau bisa duduk di tempat lain.”
Safi ibn Sayyad mulai menangis. Dia bertanya, “Kenapa kau menangis?” Safi berkata, “Ini karena orang-orang berkata bahwa aku adalah Dajjal dan lain-lain.”
Safi menatap Sahabat dari kaum Anshar ini, dan berkata, “Kau harus tahu bahwa sesungguhnya kau sangat berpengetahuan luas. Kau harus tahu bahwa ad-Dajjal bukanlah Muslim sementara aku seorang Muslim. Dia tidak menikah tapi aku menikah. Dia tidak dapat punya anak, tapi aku punya anak. Dan dia tidak bisa memasuki Mekkah atau Madinah, tapi aku di sini.”
Sahabat itu berkata, “Demi Allah, kau benar. Argumenmu benar juga.”
Kemudian Safi ibn Sayyad berkata padanya, “Tapi kau tahu, nama itu (Dajjal) cukup bagus. Dajjal nama yang keren karena dia punya kekuatan. Aku tidak keberatan jika aku benar-benar Dajjal.”
Lalu sahabat itu berdiri dan berkata, “Tolong menjauhlah dariku.” Kemudian dia menjauhi Safi. Di belakangnya, Safi ibn Sayyad tertawa-tawa. Jadi Safi adalah orang yang sangat aneh.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, ada sebuah peperangan besar yang terjadi dengan Musailamah al-Kazzab, dimana ratusan penghafal Al Quran terbunuh. Dan mereka melihat Safi ibn Sayyad berperang bersama mereka dan mereka mencari jasadnya, dan mereka berkata, “Kami tidak bisa menemukannya, baik di antara yang sudah mati atau yang masih hidup.”
Semua anak-anaknya meninggal, istrinya juga meninggal. Dan setelah perang itu, mereka tidak bisa menemukannya sama sekali, dia menghilang.
Jadi Wallahu’alam, apakah dia Dajjal atau tidak. Umar ibn al-Khattab r.a berkata, “Aku sering berkata di hadapan Rasulullah SAW, ‘Demi Allah dia adalah Dajjal.’ Dan beliau tidak menyangkal perkataanku dan tidak membenarkannya. Beliau diam saja.”
Safi ibn Sayyad akhirnya tumbuh besar, dan dia tinggal di Madinah. Dia pada akhirnya masuk Islam dan dia menikah. Dia punya sekitar 10 anak. Dan para sahabat selalu menghindarinya, karena mereka tidak merasa nyaman berada di dekatnya.
Suatu hari… mereka melakukan perjalanan haji. Lalu ketika mereka pulang dari berhaji, pada perjalanan pulang, seorang sahabat dari Rasulullah SAW (Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu), duduk di bawah sebuah bayangan dari sebuah pohon dan kemudian Safi ibn Sayyad dengan membawa barangnya duduk di samping Sahabat tersebut.
Sahabat tersebut merasa tidak nyaman di dekatnya, dan berkata, “Ada banyak tempat berteduh di sini, kau bisa duduk di tempat lain.”
Safi ibn Sayyad mulai menangis. Dia bertanya, “Kenapa kau menangis?” Safi berkata, “Ini karena orang-orang berkata bahwa aku adalah Dajjal dan lain-lain.”
Safi menatap Sahabat dari kaum Anshar ini, dan berkata, “Kau harus tahu bahwa sesungguhnya kau sangat berpengetahuan luas. Kau harus tahu bahwa ad-Dajjal bukanlah Muslim sementara aku seorang Muslim. Dia tidak menikah tapi aku menikah. Dia tidak dapat punya anak, tapi aku punya anak. Dan dia tidak bisa memasuki Mekkah atau Madinah, tapi aku di sini.”
Sahabat itu berkata, “Demi Allah, kau benar. Argumenmu benar juga.”
Kemudian Safi ibn Sayyad berkata padanya, “Tapi kau tahu, nama itu (Dajjal) cukup bagus. Dajjal nama yang keren karena dia punya kekuatan. Aku tidak keberatan jika aku benar-benar Dajjal.”
Lalu sahabat itu berdiri dan berkata, “Tolong menjauhlah dariku.” Kemudian dia menjauhi Safi. Di belakangnya, Safi ibn Sayyad tertawa-tawa. Jadi Safi adalah orang yang sangat aneh.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, ada sebuah peperangan besar yang terjadi dengan Musailamah al-Kazzab, dimana ratusan penghafal Al Quran terbunuh. Dan mereka melihat Safi ibn Sayyad berperang bersama mereka dan mereka mencari jasadnya, dan mereka berkata, “Kami tidak bisa menemukannya, baik di antara yang sudah mati atau yang masih hidup.”
Semua anak-anaknya meninggal, istrinya juga meninggal. Dan setelah perang itu, mereka tidak bisa menemukannya sama sekali, dia menghilang.
Jadi Wallahu’alam, apakah dia Dajjal atau tidak. Umar ibn al-Khattab r.a berkata, “Aku sering berkata di hadapan Rasulullah SAW, ‘Demi Allah dia adalah Dajjal.’ Dan beliau tidak menyangkal perkataanku dan tidak membenarkannya. Beliau diam saja.”
(mhy)