Sejarah Tradisi Yasinan di Indonesia
loading...
A
A
A
Masyarakat Indonesia yang mayoritas bermazhab Syafi'iiyah tentu tak asing dengan Yasinan ini. Dilansir dari beritasantri, Ibnu Hajar al-Asqalani (1372-1449 M) dalam kitabnya menceritakan: "Ibnu Abdil Hakam menjawab pertanyaan yang disodorkan kepadanya tentang boleh atau tidaknya membacakan Al-Qur'an untuk mayit:
"Saat Imam Syafi'i (767-820 M) wafat, murid-murid beliau berkumpul di dekat kepala beliau. Lantas seorang dari mereka membaca Surat Yasin dan tak seorang pun mengingkarinya. Lalu mereka bersama menyaksikan pemandian jenazah Beliau dan terus berdiri hingga dikafani." (Tawali Taksis, hal 178)
Demikian ulasan sejarah tradisi Yasinan di Indonesia. Tradisi Yasinan sampai sekarang terus dihidupkan masyarakat muslim terlebih untuk dihadiahkan kepada orang-orang terdekat atau kerabat yang meninggal dunia.
Pahala bacaan Surat Yasin itu diyakini sampai kepada mayit apabila seseorang memohon kepada Allah untuk menyampaikan pahalanya. Karena ini termasuk doa dan termasuk perkara yang disepakati kebolehannya. Maka si mayit akan mendapatkan manfaat dari doa tersebut dengan izin Allah yang Maha mengabulkan doa.
Wallahu A'lam!
"Saat Imam Syafi'i (767-820 M) wafat, murid-murid beliau berkumpul di dekat kepala beliau. Lantas seorang dari mereka membaca Surat Yasin dan tak seorang pun mengingkarinya. Lalu mereka bersama menyaksikan pemandian jenazah Beliau dan terus berdiri hingga dikafani." (Tawali Taksis, hal 178)
Demikian ulasan sejarah tradisi Yasinan di Indonesia. Tradisi Yasinan sampai sekarang terus dihidupkan masyarakat muslim terlebih untuk dihadiahkan kepada orang-orang terdekat atau kerabat yang meninggal dunia.
Pahala bacaan Surat Yasin itu diyakini sampai kepada mayit apabila seseorang memohon kepada Allah untuk menyampaikan pahalanya. Karena ini termasuk doa dan termasuk perkara yang disepakati kebolehannya. Maka si mayit akan mendapatkan manfaat dari doa tersebut dengan izin Allah yang Maha mengabulkan doa.
Wallahu A'lam!
(rhs)