Profil Buya Arrazy Hasyim, Dai Ahli Hadis Asal Tanah Minang
loading...
A
A
A
Sosok Dr Arrazy Hasyim MA (Buya Arrazy) adalah seorang Dai muda Ahli Hadis dari Tanah Minang. Beliau lahir pada 21 April 1986 di Koto Tangah, Payakumbuh, Sumatera Barat.
Buya Arrazy lahir dari pasangan Nur Akmal bin Muhammad Nur dan Asni binti Sahar. Istrinya bernama Eli Ermawati MS dan darinya dikaruniai tiga anak yaitu Hisyam Faqih Arrazy, Hushaim Shah Wali Arrazy dan Helena Nour Arrazy. Pada 22 Juni 2022, Hushaim putra kedua Buya Razy meninggal dunia di Tuban, Jawa Timur terkena tembakan senjata api milik polisi pengawal Buya Arrazy.
Sosok Buya Arrazy Hasyim lebih populer sebagai pendakwah di media sosial karena postingan kajiannya yang selalu update. Apalagi tema ceramahnya adalah dunia tasawuf yang tidak semua orang bisa memahaminya dengan baik.
Berikut profil Buya Arrazy Hasyim dirangkum dari berbagai sumber. Sosok Buya Arrazy Hasyim dikenal dengan pembawaan yang tenang saat ceramah. Retorikanya mudah dipahami pendengarnya dan santun saat menyampaikan pendapatnya.
Buya Arrazy pernah viral di dunia maya terutama Facebook dan Youtube karena pernah menanggapi pernyataan Dr Zakir Naik soal celana cingkrang. Buya Arrazy menanggapi anggapan memakai celana cingkrang merupakan bagian dari sunah Nabi.
Beliau menjawab bahwa Zakir Naik adalah otodidak yang suka baca buku dan pintar. Namun kurang tepat jika disebut sebagai ulama. Menurutnya, celana cingkrang tidak ada di zaman Nabi, melainkan dulunya hanyalah ada sarung cingkrang. "Celana jingkrang (cingkrang) tidak ada di zaman Nabi, yang ada hanya sarung jingkrang (cingkrang)," tutur Buya Arrazy.
Kata dia, Hadis tentang larangan sarung atau celana cingkrang perlu dipahami secara utuh, tidak sepotong-potong. Memang ada larangan memakai sarung cingkrang, tetapi ada alasan di baliknya, yaitu bila timbul kesombongan dalam hati.
Ahli Hadis Asal Minang
Buya Arrazy Hasyim merupakan seorang Dai Ahli Hadits asal Minangkabau, Sumatera Barat. Masa kecilnya sekolah di SD sampai MTsN di Payakumbuh, lalu pindah ke Bukittinggi untuk melanjutkan pendidikan di MAN/MAKN 2 dan lulus dari MAN 1 Model Bukittinggi pada 2004.
Pada Tahun 2008, Buya Arrazy menamatkan pendidikan Ilmu Hadis di Pesantren Mahasiswa Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.
Beliau pernah aktif sebagai dosen Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Kemudian dosen ilmu Kalam dan Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 sampai dengan 2019.
Selain itu, Buya Arrazy aktif sebagai pengajar/pengampu Kitab Aqidah Ahlus Sunnah dan Hadits Sunan An-Nasa’i dan Ibnu Majah di Darussunnah. Pada akhir 2018, beliau mendirikan Ribath al-Nouraniyah di Tangerang Selatan, Takhassus Ilmu Akidah Ahlus Sunnah dan Tasawuf.
Guru Buya Arrazy
Buya Arrazy pernah belajar kepada Syaikh Prof Dr M Hasan Hitoo, seorang penghafal Kitab Al-Muwatta'. Dr Badi Sayyid Al-Lahham (murid Syaikh Nuruddin Itr. Dan Taufiq Al-Buti (putra dari Syaikh Muhammad Said Ramadan Al-Buthi). Mereka semua berasal dari Suriah.
Buya Arrazy menempuh pendidikan di tiga tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Salah satunya yaitu Darus Sunnah milik KH Ali Mustofa Yaqub, alumni Tebuireng, yang juga menjadi gurunya.
Di pesantren ini Buya Arrazy mengkhatamkan enam kitab Hadis yang menjadi standar keilmuan ulama muhadditsin, yaitu Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Al-Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Hal inilah yang membuat Buya Arrazy dijuluki Pakar Hadis asal Minangkabau. Dia dikenal memiliki ilmu yang sangat luas sehingga banyak orang mencari konten ceramahnya di media sosial.
Perjalanannya menuntut ilmu di Darus Sunnah tidak lepas dari bimbingan Kiyai Ali Mustofa sejak 2004 hingga 2016. Menurut Buya Arrazy, perkenalannya dengan KH Ali Mustofa Yaqub mengantarkannya untuk mengenal tokoh-tokoh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Secara tidak langsung ilmunya juga bersambung ke Tebuireng lewat Kiyai Ali Mustofa.
Buya Arrazy mengatakan dalam dakwah tidak boleh mengkafirkan orang lain dan membid'ahkan amalan. Dalam konten dakwahnya, anjuran tersebut selalu disampaikan kepada jama'ahnya.
"Insya Allah jalan Aswaja (ahlussunnah waljamaah) jalan yang diridhai Allah dan Rasulullah, namun kita tidak boleh mengkafirkan orang, membid'ahkan orang kecuali sebatas yang dibolehkan syariat," ujarnya.
Mengagumi Sosok KH Hasyim Asy'ari
Nama belakang Buya Arrazy dinisbatkan kepada pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Beliau sangat mengagumi Mbah Hasyim sebagai salah satu muhaddits nusantara. Karena, menurut dia, Mbah Hasyim telah membawa salah satu sanad yang berkelas poros Makkah ke negeri ini.
Selain itu, mengagumi gurunya di Darus Sunnah sekaligus santri Mbah Hasyim, yaitu KH Ali Mustofa Yaqub. Namun, Muhaddits yang paling ia kagumi dan menjadi inspirasinya adalah Syaikh Yasin Al-Fadani, ulama berdarah Minang yang lahir di Makkah.
Dai pendiri Ribath al-Nouraniyah di Tangerang Selatan juga sempat viral menyusul ceramahnya tentang nama ruh. Menurut Buya Arrazy, setiap ruh manusia memiliki nama. Penjelasan itu bertebaran di video Youtube seperti akun Cafe Rumi Jakarta, Al-BadR Channel, dan Ribath Nouraniyyah Hasyimiyyah dan menuai banyak komentar. Beliau pun membantah isu yang bertebaran terkait dirinya, melakukan jual beli nama ruh.
Dalam penjelasannya terkait nama ruh, Buya Arrazy mengatakan terkait nama ruh merujuk Kitab ulama sufi terdahulu, "Al-Gunyah" karangan Syaikh Abdul Qodir Jaelani. Selain itu Kitab Rasail Ibnu Sab'in karya ulama sufi Ibnu Sab'in.
Begitulah perjalanan dakwah seorang Dai yang kerap mendapat ujian. Sebagai umat muslim apalagi yang masih awam dalam kajian tasawuf sebaiknya mengedepankan husnuzzhan (berprasangka baik). Bisa jadi mereka lebih mengetahui dan memahami apa yang tidak kita ketahui.
Riwayat Pendidikan
1. Tamat SD Tahun 1998
2. MTsN Tahun 2001 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
3. MAN 2/MAKN Payakumbuh, tetapi Tahun 2002 pindah ke MAN 1 Model Bukittinggi dan tamat 2004.
4. Pendidikan Ilmu Hadis di Pesantren Mahasiswa Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, lulus tahun 2008.
5. S1 Jurusan Akidah dan Filsafat Islam di UIN Syarif Hidayatullah, lulus tahun 2009.
6. Pendidikan S-2 Pengkajian Islam di UIN Syarif Hidayatullah, Lulus pada 2011.
7. Pendidikan S-3 pada jurusan dan universitas yang sama dan lulus tahun 2017.
Karya Tulis
1. Kritik Para Ulama Terhadap Konsep Teologi Ibn 'Arabi (2009)
2. Teologi Ulama Tasawuf di Nusantara Abad ke-17 sampai ke-19 (2011)
3. Teologi Muslim Puritan: Genealogi dan Ajaran Salafi (2017)
4. Akidah Salaf Imam Al-Tahaawii (2020)
Buya Arrazy lahir dari pasangan Nur Akmal bin Muhammad Nur dan Asni binti Sahar. Istrinya bernama Eli Ermawati MS dan darinya dikaruniai tiga anak yaitu Hisyam Faqih Arrazy, Hushaim Shah Wali Arrazy dan Helena Nour Arrazy. Pada 22 Juni 2022, Hushaim putra kedua Buya Razy meninggal dunia di Tuban, Jawa Timur terkena tembakan senjata api milik polisi pengawal Buya Arrazy.
Sosok Buya Arrazy Hasyim lebih populer sebagai pendakwah di media sosial karena postingan kajiannya yang selalu update. Apalagi tema ceramahnya adalah dunia tasawuf yang tidak semua orang bisa memahaminya dengan baik.
Berikut profil Buya Arrazy Hasyim dirangkum dari berbagai sumber. Sosok Buya Arrazy Hasyim dikenal dengan pembawaan yang tenang saat ceramah. Retorikanya mudah dipahami pendengarnya dan santun saat menyampaikan pendapatnya.
Buya Arrazy pernah viral di dunia maya terutama Facebook dan Youtube karena pernah menanggapi pernyataan Dr Zakir Naik soal celana cingkrang. Buya Arrazy menanggapi anggapan memakai celana cingkrang merupakan bagian dari sunah Nabi.
Beliau menjawab bahwa Zakir Naik adalah otodidak yang suka baca buku dan pintar. Namun kurang tepat jika disebut sebagai ulama. Menurutnya, celana cingkrang tidak ada di zaman Nabi, melainkan dulunya hanyalah ada sarung cingkrang. "Celana jingkrang (cingkrang) tidak ada di zaman Nabi, yang ada hanya sarung jingkrang (cingkrang)," tutur Buya Arrazy.
Kata dia, Hadis tentang larangan sarung atau celana cingkrang perlu dipahami secara utuh, tidak sepotong-potong. Memang ada larangan memakai sarung cingkrang, tetapi ada alasan di baliknya, yaitu bila timbul kesombongan dalam hati.
Ahli Hadis Asal Minang
Buya Arrazy Hasyim merupakan seorang Dai Ahli Hadits asal Minangkabau, Sumatera Barat. Masa kecilnya sekolah di SD sampai MTsN di Payakumbuh, lalu pindah ke Bukittinggi untuk melanjutkan pendidikan di MAN/MAKN 2 dan lulus dari MAN 1 Model Bukittinggi pada 2004.
Pada Tahun 2008, Buya Arrazy menamatkan pendidikan Ilmu Hadis di Pesantren Mahasiswa Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.
Beliau pernah aktif sebagai dosen Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Kemudian dosen ilmu Kalam dan Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 sampai dengan 2019.
Selain itu, Buya Arrazy aktif sebagai pengajar/pengampu Kitab Aqidah Ahlus Sunnah dan Hadits Sunan An-Nasa’i dan Ibnu Majah di Darussunnah. Pada akhir 2018, beliau mendirikan Ribath al-Nouraniyah di Tangerang Selatan, Takhassus Ilmu Akidah Ahlus Sunnah dan Tasawuf.
Guru Buya Arrazy
Buya Arrazy pernah belajar kepada Syaikh Prof Dr M Hasan Hitoo, seorang penghafal Kitab Al-Muwatta'. Dr Badi Sayyid Al-Lahham (murid Syaikh Nuruddin Itr. Dan Taufiq Al-Buti (putra dari Syaikh Muhammad Said Ramadan Al-Buthi). Mereka semua berasal dari Suriah.
Buya Arrazy menempuh pendidikan di tiga tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Salah satunya yaitu Darus Sunnah milik KH Ali Mustofa Yaqub, alumni Tebuireng, yang juga menjadi gurunya.
Di pesantren ini Buya Arrazy mengkhatamkan enam kitab Hadis yang menjadi standar keilmuan ulama muhadditsin, yaitu Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Al-Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Hal inilah yang membuat Buya Arrazy dijuluki Pakar Hadis asal Minangkabau. Dia dikenal memiliki ilmu yang sangat luas sehingga banyak orang mencari konten ceramahnya di media sosial.
Perjalanannya menuntut ilmu di Darus Sunnah tidak lepas dari bimbingan Kiyai Ali Mustofa sejak 2004 hingga 2016. Menurut Buya Arrazy, perkenalannya dengan KH Ali Mustofa Yaqub mengantarkannya untuk mengenal tokoh-tokoh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Secara tidak langsung ilmunya juga bersambung ke Tebuireng lewat Kiyai Ali Mustofa.
Buya Arrazy mengatakan dalam dakwah tidak boleh mengkafirkan orang lain dan membid'ahkan amalan. Dalam konten dakwahnya, anjuran tersebut selalu disampaikan kepada jama'ahnya.
"Insya Allah jalan Aswaja (ahlussunnah waljamaah) jalan yang diridhai Allah dan Rasulullah, namun kita tidak boleh mengkafirkan orang, membid'ahkan orang kecuali sebatas yang dibolehkan syariat," ujarnya.
Mengagumi Sosok KH Hasyim Asy'ari
Nama belakang Buya Arrazy dinisbatkan kepada pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Beliau sangat mengagumi Mbah Hasyim sebagai salah satu muhaddits nusantara. Karena, menurut dia, Mbah Hasyim telah membawa salah satu sanad yang berkelas poros Makkah ke negeri ini.
Selain itu, mengagumi gurunya di Darus Sunnah sekaligus santri Mbah Hasyim, yaitu KH Ali Mustofa Yaqub. Namun, Muhaddits yang paling ia kagumi dan menjadi inspirasinya adalah Syaikh Yasin Al-Fadani, ulama berdarah Minang yang lahir di Makkah.
Dai pendiri Ribath al-Nouraniyah di Tangerang Selatan juga sempat viral menyusul ceramahnya tentang nama ruh. Menurut Buya Arrazy, setiap ruh manusia memiliki nama. Penjelasan itu bertebaran di video Youtube seperti akun Cafe Rumi Jakarta, Al-BadR Channel, dan Ribath Nouraniyyah Hasyimiyyah dan menuai banyak komentar. Beliau pun membantah isu yang bertebaran terkait dirinya, melakukan jual beli nama ruh.
Dalam penjelasannya terkait nama ruh, Buya Arrazy mengatakan terkait nama ruh merujuk Kitab ulama sufi terdahulu, "Al-Gunyah" karangan Syaikh Abdul Qodir Jaelani. Selain itu Kitab Rasail Ibnu Sab'in karya ulama sufi Ibnu Sab'in.
Begitulah perjalanan dakwah seorang Dai yang kerap mendapat ujian. Sebagai umat muslim apalagi yang masih awam dalam kajian tasawuf sebaiknya mengedepankan husnuzzhan (berprasangka baik). Bisa jadi mereka lebih mengetahui dan memahami apa yang tidak kita ketahui.
Riwayat Pendidikan
1. Tamat SD Tahun 1998
2. MTsN Tahun 2001 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
3. MAN 2/MAKN Payakumbuh, tetapi Tahun 2002 pindah ke MAN 1 Model Bukittinggi dan tamat 2004.
4. Pendidikan Ilmu Hadis di Pesantren Mahasiswa Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, lulus tahun 2008.
5. S1 Jurusan Akidah dan Filsafat Islam di UIN Syarif Hidayatullah, lulus tahun 2009.
6. Pendidikan S-2 Pengkajian Islam di UIN Syarif Hidayatullah, Lulus pada 2011.
7. Pendidikan S-3 pada jurusan dan universitas yang sama dan lulus tahun 2017.
Karya Tulis
1. Kritik Para Ulama Terhadap Konsep Teologi Ibn 'Arabi (2009)
2. Teologi Ulama Tasawuf di Nusantara Abad ke-17 sampai ke-19 (2011)
3. Teologi Muslim Puritan: Genealogi dan Ajaran Salafi (2017)
4. Akidah Salaf Imam Al-Tahaawii (2020)
(rhs)