Makna Tawaf, Sa'i dan Kehidupan Dunia

Jum'at, 08 Juli 2022 - 23:04 WIB
loading...
Makna Tawaf, Sai dan Kehidupan Dunia
Imam Shamsi Ali, Direktur/Imam Jamaica Muslim Center. Foto/Ist
A A A
Imam Shamsi Ali
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center,
Presiden Nusantara Foundation

Tawaf itu selalu diikuti dengan amalan ritual Sa'i jika itu bukan tawaf-tawaf sunnah. Sebuah kegiatan ritual Haji/Umrah dengan mengelilingi dua ujung bukit bernama Marwah dan Shofa sebanyak tujuh kali. Berawal dari Shofa dan berakhir di bukit Marwah.

Sa'i berasal dari kata "Sa'aa-Yas'aa-Sa'yun" yang bermakna berusaha keras. Kata ini sangat erat relevansinya dengan sejarah Ibu nabi Ismail AS, Bunda Hajar, untuk menemukan air demi keberlangsungan hidupnya dan anaknya ketika itu.

Setelah beliau ditinggal oleh suaminya Ibrahim 'alaiahissalam di lembah yang tiada tumbuh-tumbuhan itu, Ibunda Hajar harus hidup mandiri. Perbekalan seadanya yang dibawa dari Jerusalem dalam perjalanan menuju Mekkah itu semakin meminim. Hingga suatu hari perbekalan itupun habis.

Tentu saja Hajar panik. Beliau menengok kiri kanan dan yang nampak hanya gunung bebatuan. Beliau berlari ke salah satu bukit terdekat karena nampak di mata beliau seperti ada air yang mengalir. Bukti itulah yang dikenal "as-Shofa". Ternyata penampakan air itu hanya bentuk fatamorgana.

Beliau membalik wajah ke arah ujung di seberang sana juga nampak seperti ada air yang mengalir. Beliaupun berjalan ke arah itu (Al-Marwa). Sesampainya di ujung bukit seberang itu ternyata air juga hanya fatamorgana.

Demikain beliau mengelilingi kedua ujung Bukit As-Shofa dan Al-Marwa sebanyak 7 kali. Tiba-tiba saja beliau Dikagetkan oleh tangisan bayinya Ismail.

Ibunda Hajar segera berlari ke arah anaknya itu. Dan di luar dugaannya beliau menemukan air mengalir keluar dari bawa telapak kaki sang bayi, Ismail. Saking gembiranya beliau mengumpulkan atau menampung air itu secara bergumam "zumi, zumi" (berkumpullah, berkumpullah).

Belakangan di tempat keluarnya air itu terwujud sebuah sumur yang dikenal sumur "zamzam". Sebuah mata air yang penuh mukjizat. Ibunda Hajar pun bersujud syukur dengan karunia Allah itu.

Itulah selintas latar belakang historis dari Sa'i yang hingga kini menjadi sebuah ritual baku dalam Islam. Sebuah praktek yang sekaligus membuktikan jika Islam bukan inovasi baru, bukan ciptaan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam.

Sa'i dimulai dari arah bukit Sofa dengan melambaikan tangan ke arah Ka'bah dan membaca: "Bismillahi Allahu Akbar". Lalu membaca ayat: "Innasshofa walmarwata min sya'arillah. Faman hajjal awi'tamara falaa junaaha alaihi an yatthowafa bihima. Waman tathowwa’a khaeran fahuwa Khairun lahu. Innallaha syaakirun 'Aliim".

Mulailah berjalan hingga di antara dua lampu hijau di dinding. Pada batas ini pria yang Sa'i (wanita tidak) disunnahkan "harwalah" atau lari-lari kecil sambil membaca: "Laa ilaaha illallahu shodaqa wa'dahu, wanashora abdahu, wa 'aazza jundahu, wa hazamal ahzaaba wahdahu".

Setelah selesai lampu hijau kembali berjalan normal hingga menaiki Bukit Marwa seraya kembali membaca ayat yang dibaca di Sofa (innasshofa min sya'arillah...dst..) Lalu berbalik ke arah Sofa seraya angkat tangan ke arah Ka’bah sambil membaca seperti di away di bukit Sofa (Bismillah Allahu Akbar).

Demikian dilakukan hingga tujuh putaran yang nantinya akan berakhir di bukit Marwah.

Satu hal yang meringankan para jamaah yang Sa'i bahwasanya wudhu tidak disyaratkan. Walaupun para ulama kita menganjurkan untuk melakukan Sa'i dalam keadaan suci (wudhu).

Hal lain yang biasa keliru di kalangan jamaah Haji atau Umrah adalah mereka melakukan ibadah Sa'i yang dianggap Sa'i sunnah. Padahal dalam syariat tidak dikenal Sa'i sunnah.

Makna Tawaf dan Sa'i dalam Kehidupan
Jika Tawaf berarti berkeliling dan memastika bahwa Kakbah menjadi pusat perputaran yang sekaligus salah satu rukun Haji. Tawaf Sesungguhnya merupakan miniatur kehidupan yang berputar dari satu titik menuju ke titik yang sama.

Amalan ritual itu menggambarkan kehidupan manusia yang berasal dari satu titik لله (milik Allah) dan pada akhirnya kembali ke titik yang sama اليه. Kenyataan ini digambarkan dalam filsafat hidup seorang Mukmin:

انا لله وانا اليه راجعون
"Innaa Lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un".

Selain pemahaman itu, juga satu hal yang krusial adalah bahwa selama perputaran dalam thawaf Ka’bah harus selalu menjadi pusat perputaran. Dalam realita kehidupan satu hal yang menentukan adalah pentingnya selalu menjadikan Allah sebagai 'Pusat" perputaran hidup. Kemana saja pergerakan hidup ini, kaya atau miskin, kuat atau lemah, sehat atau sakit, Allah harus selalu menjadi pusarannya.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2539 seconds (0.1#10.140)