Heraklius Baca Surat Nabi Muhammad, Suasana Gaduh Terjadi di Kerajaan Romawi

Senin, 11 Juli 2022 - 20:18 WIB
loading...
Heraklius Baca Surat Nabi Muhammad, Suasana Gaduh Terjadi di Kerajaan Romawi
Heraklius adalah seorang Kaisar Romawi yang membenarkan kerasulan Nabi Muhammad. Beda dengan Raja Persia (Kisra) yang merobek surat Nabi dan akhirnya berakhir tragis. Foto ilustrasi/Ist
A A A
Ketika Raja Romawi Kaisar Heraklius (berkuasa 610-641 M) membaca surat dari Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam, suasana gaduh dan hiruk-pikuk pun terjadi di Kerajaan Romawi.

Untuk diketahui, Kerajaan Romawi Bizantium mengalami masa kejayaan super power pada Tahun 634 Masehi. Raja dan pengikutnya dikenal sebagai penganut setia ajaran Nasrani. Beda dengan Kerajaan Persia yang menyembah api (Majusi).

Kekuasaan Romawi kala itu meliputi Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon, dan Palestina. membuatnya. Setelah Nabi Muhammad diutus dan menyampaikan dakwah Islam ke berbagai penjuru, wilayah jazirah Arab itu mulai perlahan dikuasai oleh kaum muslimin.

Dalam riwayat yang sahih, Kaisar Heraklius adalah seorang raja yang membenarkan kerasulan Nabi Muhammad. Beda dengan Raja Persia (Kisra) yang merobek surat Nabi ketika sampai kepadanya. Kerajaannya pun berakhir tumbang dan kematian Kisra berakhir tragis.

Peristiwa tak disangka terjadi ketika surat Nabi sampai di tangan Raja Heraklius yang diantar Dihyah Al-Kalbi. Surat berisi ajakan masuk Islam itu diterima dan disambut baik oleh Heraklius.

Surat Rasulullah itu pun dibaca di depan para pembesar Kerajaan Romawi. Berikut isi suratnya seperti diriwayatkan dalam Sahih Al-Bukhari: "Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Abu Sufyan radhiyallahu 'anhu yang saat itu dihadapkan kepada Heraklius menuturkan: "Setelah Heraklius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar. "Sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraklius mengkhawatirkan kerajaan Romawi."

Pada masa itupun aku juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan aku ke dalam Islam.

Dan adalah Ibnu An-Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraklius adalah seorang uskup Nasrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraklius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: "Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur: "Heraklius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya: "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan?"

Jawab para pendeta: "Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut dibunuh."

Ketika itu di hadapan kepada Heraclius, seorang utusan raja Bani Ghasssan menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraklius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai diperiksa, ternyata memang beliau berkhitan.

Heraklius bertanya kepada orang tersebut tentang orang-orang Arab yang lainnya, dikhitankah mereka ataukah tidak?" Dia menjawab: "Orang Arab itu dikhitan semuanya." Heraklius berkata: "Inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir."

Kemudian Heraklius berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setaraf dengan Heraklius (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu.

Sahabatnya itu tidak mengingkari pendapat Heraklius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa beliau memang seorang Nabi.

Undang Semua Pembesar Romawi
Heraklius mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Himsha. Setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraklius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata: "Wahai bangsa Rum, maukah Anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!" Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci.

Melihat keadaan itu, Heraklius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata: "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekadar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu."

Lalu mereka bersujud di hadapan Heraklius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah kisah Heraklius yang mengagumi Nabi Muhammad, sayangnya ia tidak menyatakan keislamannya di depan pembesar dan rakyatnya.

Bizantium Dikalahkan
Sejarah mencatat peristiwa besar dalam peradaban Islam ketika terjadi Perang Yarmuk. Pasukan muslim melawan tentara Romawi Timur yang dipimpin oleh Heraklius pada Tahun 636 Masehi. Perang ini terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Perang yang terjadi di sekitar Sungai Yarmouk lembah Yordania ini melibatkan ratusan ribu tentara. Pasukan muslim yang berjumlah sekitar 30.000 orang harus berjuang melawan 200.000 pasukan Romawi. Atas izin Allah, Romawi akhirnya dikalahkan oleh pasukan muslim pada Tahun 15 Hijriyah.

Sebuah kemenangan yang luar biasa. Jumlah pasukan yang tak sebanding, namun berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Heraklius pun mengakui kemenangan pasukan muslim. Inilah salah satu perang penting dalam sejarah peradaban Islam.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.1981 seconds (0.1#10.140)