Nabi Muhammad SAW Pun Tidak Mengandalkan Nasab
loading...
A
A
A
Memiliki nasab atau garis keturunan terhormat merupakan privilege tersendiri bagi seseorang, seperti terlahir dari keluarga ningrat atau dari bapak seorang tokoh besar. Namun penting dicatat, garis keturunan tidak selalu menjami karier.
Banyak orang terlahir dari keluarga biasa-biasa tapi hidupnya sukses. Sebaliknya, tidak sedikit yang lahir dari keluarga terhormat tapi nasib hidupnya biasa-biasa saja.
Memiliki garis keturunan terhormat tetap harus diimbangi kapasitas personal yang baik, agar seseorang tidak terlalu membanggakan latar belakang keluarga, tapi mengabaikan kualitas diri. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam.
Meski terlahir dari nasab mulia, bahkan dijamin kesuciannya dari Nabi Adam, tidak membuat Nabi Muhammad menjadi pribadi yang angkuh. Justru beliau membuktikan dirinya sebagai sosok yang tangguh tanpa selalu mengandalkan latar belakang keluarga.
Dalam satu Hadis, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَي كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَي قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَي هَاشِمًا مِنْ قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
Artinya: "Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, memilih Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim." (HR Imam Muslim)
Kemudian, kemuliaan nasab Nabi Muhammad juga semakin diakui ketika sejumlah sejarawan mencatat silsilahnya secara runtut dari sang ayah, Abdullah, sampai kepada Nabi Adam 'alaihissalam.
Sejarawan ternama Imam Ibnu Hiysam melaporkan nasab lengkap Rasulullah sebagai berikut:
هُوَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بن عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: شَيْبَةَ بن هَاشِمِ وَاسْمُ هَاشِمِ: عُمَرُو بن عَبْدِ مَنَافِ وَاسْمُ عَبْدِ مَنَافِ: المغِيْرَةُ بن قُصَيّ بن كِلَابِ بن مُرَّةَ بن كَعْبِ بن لُؤَيِّ بن غَالِبِ بْن فِهْرِ بن مالِكِ بن النَّضْرِ بن كِنَانَةَ بنِ خُزَيْمَةَ بن مُدْرِكَةَ واسمُ مُدْرِكَةَ: عَامِرِ بن إِلْيَاس بن مُضَر بن نِزَار بن مَعَدِّ بن عَدْنَانَ بن أُدَّ ويقالُ أُدَدَ بن مُقَوِّمِ بن نَاحُوْر بن تَيْرَح بن يَعْرُبَ بن يَشْجُبَ بن نَابَت بن إِسْمَاعِيْلَ بن إِبْرَاهِيْمَ خليلُ الرَّحمنِ بن تَارِح وهوَ آزَر بن نَاحُوْر بن سَارُوْغ بن رَاعُو بن فَالِخ بن عَيْبَر بن شَالِخ بن أَرْفَخْشَذ بن سَام بن نُوْح بن لَمَك بن مَتُّو شَلَخ بن أَخْنُوْخ وَهو إِدْرِيْسُ النَّبِي وَكانَ أَوَّلَ بَنِي آدَمَ أُعْطِي النُّبُوَّةَ وَخَطَّ بِالْقَلَمِ ابن يَرْد بن مَهْلَيِل بن قَيْنَن بن يَانِش بن شِيْث بن آدَمَ عليه السلام
Artinya: "Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib (nama asli Abdul Muttalib adalah Syaibah) bin Hasyim (nama asli Hasyim adalah Umar) bin Abdu Manaf (nama asli Abdu Manaf adalah Mughirah) bin Qusayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (nama asli Mudrikah adalah 'Amr bin Ilyas) bin Mudhar bin Nizar bin Ma'add bin 'Adnan bin Udda (dilafalkan juga Udada bin Muqawwim) bin Nahur bin Tayrah bin Ya'ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (dia adalah Azar) bin Nahur bin Sarug bin Ra'u bin Falikh bin Aybar bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mattu Syalakh bin Akhnunkh (dia adalah Nabi Idris, bani Adam pertama yang dianugerahi kenabian dan baca tulis) bin Yard bin Malayil bin Qainan bin Yanisy bin Syits bin Adam 'alaihissalam."
Kendati memiliki nasab mulia yang diakui oleh para ulama dan sejarawan, tidak lantas membuat Nabi Muhammad berbangga diri dengan kemuliaan yang disandangnya. Sehingga, sampai hari ini kita mengenal Rasulullah sebagai sosok yang secara personal sebagai pribadi yang unggul baik secara moral maupun intelektual. Dan, sekali lagi, itu semua terlepas dari kaitan nasab yang dimilikinya.
Muhamad Abror,
Santri Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
Banyak orang terlahir dari keluarga biasa-biasa tapi hidupnya sukses. Sebaliknya, tidak sedikit yang lahir dari keluarga terhormat tapi nasib hidupnya biasa-biasa saja.
Memiliki garis keturunan terhormat tetap harus diimbangi kapasitas personal yang baik, agar seseorang tidak terlalu membanggakan latar belakang keluarga, tapi mengabaikan kualitas diri. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam.
Meski terlahir dari nasab mulia, bahkan dijamin kesuciannya dari Nabi Adam, tidak membuat Nabi Muhammad menjadi pribadi yang angkuh. Justru beliau membuktikan dirinya sebagai sosok yang tangguh tanpa selalu mengandalkan latar belakang keluarga.
Dalam satu Hadis, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَي كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَي قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَي هَاشِمًا مِنْ قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
Artinya: "Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, memilih Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim." (HR Imam Muslim)
Kemudian, kemuliaan nasab Nabi Muhammad juga semakin diakui ketika sejumlah sejarawan mencatat silsilahnya secara runtut dari sang ayah, Abdullah, sampai kepada Nabi Adam 'alaihissalam.
Sejarawan ternama Imam Ibnu Hiysam melaporkan nasab lengkap Rasulullah sebagai berikut:
هُوَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بن عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: شَيْبَةَ بن هَاشِمِ وَاسْمُ هَاشِمِ: عُمَرُو بن عَبْدِ مَنَافِ وَاسْمُ عَبْدِ مَنَافِ: المغِيْرَةُ بن قُصَيّ بن كِلَابِ بن مُرَّةَ بن كَعْبِ بن لُؤَيِّ بن غَالِبِ بْن فِهْرِ بن مالِكِ بن النَّضْرِ بن كِنَانَةَ بنِ خُزَيْمَةَ بن مُدْرِكَةَ واسمُ مُدْرِكَةَ: عَامِرِ بن إِلْيَاس بن مُضَر بن نِزَار بن مَعَدِّ بن عَدْنَانَ بن أُدَّ ويقالُ أُدَدَ بن مُقَوِّمِ بن نَاحُوْر بن تَيْرَح بن يَعْرُبَ بن يَشْجُبَ بن نَابَت بن إِسْمَاعِيْلَ بن إِبْرَاهِيْمَ خليلُ الرَّحمنِ بن تَارِح وهوَ آزَر بن نَاحُوْر بن سَارُوْغ بن رَاعُو بن فَالِخ بن عَيْبَر بن شَالِخ بن أَرْفَخْشَذ بن سَام بن نُوْح بن لَمَك بن مَتُّو شَلَخ بن أَخْنُوْخ وَهو إِدْرِيْسُ النَّبِي وَكانَ أَوَّلَ بَنِي آدَمَ أُعْطِي النُّبُوَّةَ وَخَطَّ بِالْقَلَمِ ابن يَرْد بن مَهْلَيِل بن قَيْنَن بن يَانِش بن شِيْث بن آدَمَ عليه السلام
Artinya: "Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib (nama asli Abdul Muttalib adalah Syaibah) bin Hasyim (nama asli Hasyim adalah Umar) bin Abdu Manaf (nama asli Abdu Manaf adalah Mughirah) bin Qusayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (nama asli Mudrikah adalah 'Amr bin Ilyas) bin Mudhar bin Nizar bin Ma'add bin 'Adnan bin Udda (dilafalkan juga Udada bin Muqawwim) bin Nahur bin Tayrah bin Ya'ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (dia adalah Azar) bin Nahur bin Sarug bin Ra'u bin Falikh bin Aybar bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mattu Syalakh bin Akhnunkh (dia adalah Nabi Idris, bani Adam pertama yang dianugerahi kenabian dan baca tulis) bin Yard bin Malayil bin Qainan bin Yanisy bin Syits bin Adam 'alaihissalam."
Kendati memiliki nasab mulia yang diakui oleh para ulama dan sejarawan, tidak lantas membuat Nabi Muhammad berbangga diri dengan kemuliaan yang disandangnya. Sehingga, sampai hari ini kita mengenal Rasulullah sebagai sosok yang secara personal sebagai pribadi yang unggul baik secara moral maupun intelektual. Dan, sekali lagi, itu semua terlepas dari kaitan nasab yang dimilikinya.
Muhamad Abror,
Santri Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
(rhs)