Kesaksian Aisyah Ketika Abu Bakar As-Shiddiq Diusir Kaumnya
loading...
A
A
A
Kesaksian Aisyah ketika ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq , diusir kaumnya sebelum ada perintah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Madinah disampaikan Urwah bin Zubair dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari .
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya berjudul "Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah" dan telah diterjemahkan Drs. As'ad Yasin menjadi "Kebebasan Wanita" menukil hadis tersebut. Berikut kesaksian istri Rasulullah SAW dimaksud:
Aku tidak menyadari kenyataan bahwa kedua orang tuaku telah memeluk agama Islam, dan tiada hari yang mereka lewati kecuali Rasulullah datang ke rumah kami baik siang maupun malam hari.
Kemudian ketika kaum muslimin mendapat cobaan, Abu Bakar keluar untuk berhijrah dengan tujuan negeri Habasyah. Ketika dia sampai di Barkal Ghimad (Yaman), dia bertemu dengan Ibnu Daghinah, pemimpin Kabilah Qarah.
Dia bertanya: "Mau ke mana kamu, wahai Abu Bakar?"
Abu Bakar menjawab: "Kaumku telah mengusirku, karena itu aku akan mengembara di muka bumi sehingga aku bisa beribadah kepada Tuhanku."
Ibnu Daghinah berkata: "Orang sepertimu ini, wahai Abu Bakar, tidak mungkin keluar dan tidak mungkin dikeluarkan. Sebab engkau suka memenuhi kebutuhan orang yang tidak punya, suka menyambung tali persaudaraan, suka memikul beban orang lain, suka memuliakan tamu, dan suka membantu para penegak kebenaran. Saya siap menjadi penanggunganmu. Kembalilah dan beribadahlah kepada Tuhanmu di negerimu."
Akhirnya Abu Bakar kembali, dan Ibnu Daghinah ikut berangkat bersama Abu Bakar. Kemudian Ibnu Daghinah berkeliling menemui tokoh-tokoh Quraisy pada sore harinya.
Ibnu Daghinah berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang yang seperti Abu Bakar tidak boleh keluar dan tidak boleh dikeluarkan. Apakah kalian mengeluarkan seseorang yang suka mencukupi kebutuhan orang yang tidak punya, suka menjalin hubungan kekeluargaan, suka memikul beban orang lain, suka memuliakan tamu, dan senantiasa membantu para pembela kebenaran?"
Biasanya orang Quraisy tidak pernah menyepelekan orang yang dilindungi oleh Ibnu Daghinah. Mendengar kata-kata itu mereka berkata kepada Ibnu Daghinah: "Suruhlah Abu Bakar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya saja. Silakan dia sholat dan membaca apa yang dia inginkan. Tapi jangan sampai mengganggu kami dan jangan melakukannya secara terang-terangan, sebab kami khawatir hal itu memperdaya para istri dan anak-anak kami."
Pernyataan orang Quraisy itu disampaikan oleh Ibnu Daghinah kepada Abu Bakar. Semenjak itu Abu Bakar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya, tidak memperlihatkan sholat dan tidak membaca apa-apa kecuali di rumahnya.
Kemudian terlintas dalam benak Abu Bakar untuk membangun masjid di pekarangan rumahnya, lalu niatnya itu dia laksanakan. Di situlah Abu Bakar sholat dan membaca Al-Qur'an. Maka berdatanganlah ke tempat itu wanita-wanita kaum musyrik dan anak-anak mereka yang kagum melihat apa yang dikerjakan oleh Abu Bakar.
Abu Bakar adalah seorang yang mudah menangis. Dia tidak kuasa membendung air matanya kalau sudah mulai membaca Al-Qur'an. Hal tersebut membuat para pemuka Quraisy merasa khawatir. Lalu mereka mengirim utusan untuk memanggil Ibnu Daghinah. Maka datanglah Ibnu Daghinah.
Mereka berkata: "Kami telah memperbolehkan Abu Bakar untuk melakukan ibadah di rumahnya dengan jaminan keamanan darimu. Tetapi dia telah melanggar syarat yang kami tentukan. Dia telah membangun sebuah masjid di pekarangan rumahnya. Dia memperlihatkan sholatnya dan membaca Al-Qur'an di situ.
Kami khawatir sekali perbuatannya itu akan memperdaya istri-istri dan anak-anak kami. Karena itu cobalah engkau larang dia. Kalau dia bersedia melakukan ibadah di rumahnya saja, maka lakukanlah. Tapi kalau dia keberatan dan tetap bersikeras untuk melanjutkan perbuatannya itu, maka mintalah dia supaya mengembalikan kepadamu jaminan keamanan yang telah kamu berikan kepadanya. Kami tidak mau mengkhianati, di samping kami juga tidak bisa menerima perbuatan Abu Bakar itu terus berlanjut."
Kemudian Ibnu Daghinah pergi menemui Abu Bakar, dan berkata: "Kamu sudah tahu apa yang aku janjikan padamu. Sekarang kamu pilih, apakah menerima syarat perjanjian kita atau kamu mengembalikan jaminan perlindungan yang telah kuberikan padamu. Sebab aku tidak ingin orang-orang Arab mendengar bahwa aku mengkhianati janji terhadap seseorang yang telah aku buat perjanjian dengannya."
Abu Bakar berkata: "Sekarang akan aku kembalikan jaminanmu dan aku rida dengan jaminan keamanan dari Allah SWT."
Ketika itu Nabi SAW masih berada di Mekkah. Beliau berkata kepada umat Islam: "Telah diperlihatkan Allah kepadaku tempat hijrah kalian. Satu tempat yang kaya kurma, terletak di antara dua daerah yang berbatu hitam, maka hijrahlah orang-orang menuju Madinah. Demikian pula halnya orang-orang yang sudah berhijrah ke Habsyah, umumnya mereka kembali ke Madinah. Abu Bakar pun sudah bersiap-siap untuk hijrah ke Madinah."
Lalu Rasulullah SAW berkata kepadanya: "Sabarlah dulu Abu Bakar. Aku juga berharap semoga Allah mengizinkanku (berhijrah)."
Abu Bakar bertanya: "Apakah engkau juga berharap demikian (wahai Rasulullah)?"
Rasulullah SAW menjawab: "Ya."
Lalu Abu Bakar menahan dirinya demi Rasulullah SAW, agar dia bisa menemani beliau nantinya.
Selanjutnya Abu Bakar menyiapkan dua ekor unta dan memberi makan untanya dengan daun samur selama empat bulan.
Pada suatu hari, ketika sedang duduk-duduk di siang hari yang sangat panas, tiba-tiba ada seseorang berkata kepada Abu Bakar: "Ini Rasulullah SAW datang dengan bertudung kepala." Sebelumnya beliau tidak pernah berkunjung pada saat seperti ini.
Abu Bakar berkata: "Ayah ibuku tebusannya. Demi Allah, beliau tidak akan datang pada saat seperti ini kecuali untuk sesuatu urusan yang sangat penting."
Kisah Himah : Kerudung Tipis Keponakan Ummul Mukminin Aisyah
Kemudian Rasulullah SAW datang, kemudian minta izin dan Abu Bakar pun mengizinkannya masuk. Beliau berkata kepada Abu Bakar: "Suruhlah keluar orang-orang yang ada bersamamu!"
Abu Bakar menjawab: "Demi bapakku, sebenarnya mereka adalah keluargamu, wahai Rasulullah."
Nabi SAW berkata: "Sesungguhnya Allah telah mengizinkan untuk keluar (hijrah)."
Abu Bakar berkata: "Apakah aku boleh menemanimu, wahai Rasulullah?"
Rasulullah SAW berkata: "Ya."
Abu Bakar berkata: "Demi bapakku, kalau begitu, ambillah salah satu dari kedua untukku ini."
Rasulullah SAW berkata: "(Tetapi harus) dengan harga."
Lalu kami mempersiapkan kedua unta itu secepat mungkin. Kami buatkan bekal untuk mereka berdua dalam kantong. Asma binti Abu Bakar memotong kain ikat pinggangnya untuk dijadikan pengikat mulut kantong tersebut. Karena itulah Asma dijuluki dengan dzatun nithaq (wanita berikat pinggang).
Selanjutnya Aisyah berkata: "Kemudian Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat menuju gua di Bukit Tsur."
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya berjudul "Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah" dan telah diterjemahkan Drs. As'ad Yasin menjadi "Kebebasan Wanita" menukil hadis tersebut. Berikut kesaksian istri Rasulullah SAW dimaksud:
Baca Juga
Aku tidak menyadari kenyataan bahwa kedua orang tuaku telah memeluk agama Islam, dan tiada hari yang mereka lewati kecuali Rasulullah datang ke rumah kami baik siang maupun malam hari.
Kemudian ketika kaum muslimin mendapat cobaan, Abu Bakar keluar untuk berhijrah dengan tujuan negeri Habasyah. Ketika dia sampai di Barkal Ghimad (Yaman), dia bertemu dengan Ibnu Daghinah, pemimpin Kabilah Qarah.
Dia bertanya: "Mau ke mana kamu, wahai Abu Bakar?"
Abu Bakar menjawab: "Kaumku telah mengusirku, karena itu aku akan mengembara di muka bumi sehingga aku bisa beribadah kepada Tuhanku."
Ibnu Daghinah berkata: "Orang sepertimu ini, wahai Abu Bakar, tidak mungkin keluar dan tidak mungkin dikeluarkan. Sebab engkau suka memenuhi kebutuhan orang yang tidak punya, suka menyambung tali persaudaraan, suka memikul beban orang lain, suka memuliakan tamu, dan suka membantu para penegak kebenaran. Saya siap menjadi penanggunganmu. Kembalilah dan beribadahlah kepada Tuhanmu di negerimu."
Akhirnya Abu Bakar kembali, dan Ibnu Daghinah ikut berangkat bersama Abu Bakar. Kemudian Ibnu Daghinah berkeliling menemui tokoh-tokoh Quraisy pada sore harinya.
Ibnu Daghinah berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang yang seperti Abu Bakar tidak boleh keluar dan tidak boleh dikeluarkan. Apakah kalian mengeluarkan seseorang yang suka mencukupi kebutuhan orang yang tidak punya, suka menjalin hubungan kekeluargaan, suka memikul beban orang lain, suka memuliakan tamu, dan senantiasa membantu para pembela kebenaran?"
Biasanya orang Quraisy tidak pernah menyepelekan orang yang dilindungi oleh Ibnu Daghinah. Mendengar kata-kata itu mereka berkata kepada Ibnu Daghinah: "Suruhlah Abu Bakar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya saja. Silakan dia sholat dan membaca apa yang dia inginkan. Tapi jangan sampai mengganggu kami dan jangan melakukannya secara terang-terangan, sebab kami khawatir hal itu memperdaya para istri dan anak-anak kami."
Pernyataan orang Quraisy itu disampaikan oleh Ibnu Daghinah kepada Abu Bakar. Semenjak itu Abu Bakar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya, tidak memperlihatkan sholat dan tidak membaca apa-apa kecuali di rumahnya.
Kemudian terlintas dalam benak Abu Bakar untuk membangun masjid di pekarangan rumahnya, lalu niatnya itu dia laksanakan. Di situlah Abu Bakar sholat dan membaca Al-Qur'an. Maka berdatanganlah ke tempat itu wanita-wanita kaum musyrik dan anak-anak mereka yang kagum melihat apa yang dikerjakan oleh Abu Bakar.
Abu Bakar adalah seorang yang mudah menangis. Dia tidak kuasa membendung air matanya kalau sudah mulai membaca Al-Qur'an. Hal tersebut membuat para pemuka Quraisy merasa khawatir. Lalu mereka mengirim utusan untuk memanggil Ibnu Daghinah. Maka datanglah Ibnu Daghinah.
Mereka berkata: "Kami telah memperbolehkan Abu Bakar untuk melakukan ibadah di rumahnya dengan jaminan keamanan darimu. Tetapi dia telah melanggar syarat yang kami tentukan. Dia telah membangun sebuah masjid di pekarangan rumahnya. Dia memperlihatkan sholatnya dan membaca Al-Qur'an di situ.
Kami khawatir sekali perbuatannya itu akan memperdaya istri-istri dan anak-anak kami. Karena itu cobalah engkau larang dia. Kalau dia bersedia melakukan ibadah di rumahnya saja, maka lakukanlah. Tapi kalau dia keberatan dan tetap bersikeras untuk melanjutkan perbuatannya itu, maka mintalah dia supaya mengembalikan kepadamu jaminan keamanan yang telah kamu berikan kepadanya. Kami tidak mau mengkhianati, di samping kami juga tidak bisa menerima perbuatan Abu Bakar itu terus berlanjut."
Kemudian Ibnu Daghinah pergi menemui Abu Bakar, dan berkata: "Kamu sudah tahu apa yang aku janjikan padamu. Sekarang kamu pilih, apakah menerima syarat perjanjian kita atau kamu mengembalikan jaminan perlindungan yang telah kuberikan padamu. Sebab aku tidak ingin orang-orang Arab mendengar bahwa aku mengkhianati janji terhadap seseorang yang telah aku buat perjanjian dengannya."
Abu Bakar berkata: "Sekarang akan aku kembalikan jaminanmu dan aku rida dengan jaminan keamanan dari Allah SWT."
Ketika itu Nabi SAW masih berada di Mekkah. Beliau berkata kepada umat Islam: "Telah diperlihatkan Allah kepadaku tempat hijrah kalian. Satu tempat yang kaya kurma, terletak di antara dua daerah yang berbatu hitam, maka hijrahlah orang-orang menuju Madinah. Demikian pula halnya orang-orang yang sudah berhijrah ke Habsyah, umumnya mereka kembali ke Madinah. Abu Bakar pun sudah bersiap-siap untuk hijrah ke Madinah."
Lalu Rasulullah SAW berkata kepadanya: "Sabarlah dulu Abu Bakar. Aku juga berharap semoga Allah mengizinkanku (berhijrah)."
Abu Bakar bertanya: "Apakah engkau juga berharap demikian (wahai Rasulullah)?"
Rasulullah SAW menjawab: "Ya."
Lalu Abu Bakar menahan dirinya demi Rasulullah SAW, agar dia bisa menemani beliau nantinya.
Selanjutnya Abu Bakar menyiapkan dua ekor unta dan memberi makan untanya dengan daun samur selama empat bulan.
Pada suatu hari, ketika sedang duduk-duduk di siang hari yang sangat panas, tiba-tiba ada seseorang berkata kepada Abu Bakar: "Ini Rasulullah SAW datang dengan bertudung kepala." Sebelumnya beliau tidak pernah berkunjung pada saat seperti ini.
Abu Bakar berkata: "Ayah ibuku tebusannya. Demi Allah, beliau tidak akan datang pada saat seperti ini kecuali untuk sesuatu urusan yang sangat penting."
Kisah Himah : Kerudung Tipis Keponakan Ummul Mukminin Aisyah
Kemudian Rasulullah SAW datang, kemudian minta izin dan Abu Bakar pun mengizinkannya masuk. Beliau berkata kepada Abu Bakar: "Suruhlah keluar orang-orang yang ada bersamamu!"
Abu Bakar menjawab: "Demi bapakku, sebenarnya mereka adalah keluargamu, wahai Rasulullah."
Nabi SAW berkata: "Sesungguhnya Allah telah mengizinkan untuk keluar (hijrah)."
Abu Bakar berkata: "Apakah aku boleh menemanimu, wahai Rasulullah?"
Rasulullah SAW berkata: "Ya."
Abu Bakar berkata: "Demi bapakku, kalau begitu, ambillah salah satu dari kedua untukku ini."
Rasulullah SAW berkata: "(Tetapi harus) dengan harga."
Lalu kami mempersiapkan kedua unta itu secepat mungkin. Kami buatkan bekal untuk mereka berdua dalam kantong. Asma binti Abu Bakar memotong kain ikat pinggangnya untuk dijadikan pengikat mulut kantong tersebut. Karena itulah Asma dijuluki dengan dzatun nithaq (wanita berikat pinggang).
Selanjutnya Aisyah berkata: "Kemudian Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat menuju gua di Bukit Tsur."
(mhy)