Cemburunya Siti Aisyah!
loading...
A
A
A
Ummul Mukminin Siti Aisyah radhiyallahu'anha adalah seorang perempuan pencemburu . Hal ini terjadi karena begitu besar rasa cintanya kepada kekasihnya yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
Di mata Rasulullah, kecemburuan Aisyah adalah hal wajar yang bisa ditoleransi . Beliau melihat, itu adalah tekanan naluriah yang menjelma hawa nafsu. Tekanan yang berada di luar batas kemampuan manusiawi . Karena itu, tak layak ia dihukum atau diberi sanksi, namun ketika sangat keterlaluan, Rasulullah pun marah karenanya.
Kisah Aisyah radhiyallahu'anha cemburu, banyak diceritakan di berbagai riwayat. Diceritakan, dari Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar dari rumahnya pada suatu malam. Aisyah menuturkan, “Maka aku pun menjadi cemburu kepada baginda sekiranya baginda mendatangi isteri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.
“Apakah engkau sedang cemburu?” tanya Baginda Rasul.
“Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?”
“Rupanya syaitan telah datang kepadamu”, sabda Baginda.
“Apakah ada syaitan besertaku?’ tanya Aisyah.
“Tak seorangpun melainkan bersamanya ada setan” jawab Baginda.
“Besertamu pula?” tanya Aisyah lagi.
“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Baginda.(ditakrij Muslim dan Nasa’i)
Dari Aisyah, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang ketika itu beliau di rumahku. Seketika itu badanku gemetar kerena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Aku pun menjadi menyesal sendiri.
Aku berkata,”Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?”
Baginda menjawab, “Bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama”, (ditakrij Abu Daud dan An-Nasa’i)
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik , dia menceritakan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah berada di sisi salah seorang isterinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu isteri Nabi yang berada dirumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah.
Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Baginda berkata:”Ibumu cemburu, makanlah.”
Maka mereka pun segera memakannya. Sehingga baginda memberikan mangkuk yang masih utuh dari isteri dimana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya. (HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)
Di mata Rasulullah, kecemburuan Aisyah adalah hal wajar yang bisa ditoleransi . Beliau melihat, itu adalah tekanan naluriah yang menjelma hawa nafsu. Tekanan yang berada di luar batas kemampuan manusiawi . Karena itu, tak layak ia dihukum atau diberi sanksi, namun ketika sangat keterlaluan, Rasulullah pun marah karenanya.
Kisah Aisyah radhiyallahu'anha cemburu, banyak diceritakan di berbagai riwayat. Diceritakan, dari Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar dari rumahnya pada suatu malam. Aisyah menuturkan, “Maka aku pun menjadi cemburu kepada baginda sekiranya baginda mendatangi isteri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.
“Apakah engkau sedang cemburu?” tanya Baginda Rasul.
“Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?”
“Rupanya syaitan telah datang kepadamu”, sabda Baginda.
“Apakah ada syaitan besertaku?’ tanya Aisyah.
“Tak seorangpun melainkan bersamanya ada setan” jawab Baginda.
“Besertamu pula?” tanya Aisyah lagi.
“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Baginda.(ditakrij Muslim dan Nasa’i)
Dari Aisyah, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang ketika itu beliau di rumahku. Seketika itu badanku gemetar kerena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Aku pun menjadi menyesal sendiri.
Aku berkata,”Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?”
Baginda menjawab, “Bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama”, (ditakrij Abu Daud dan An-Nasa’i)
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik , dia menceritakan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah berada di sisi salah seorang isterinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu isteri Nabi yang berada dirumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah.
Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Baginda berkata:”Ibumu cemburu, makanlah.”
Maka mereka pun segera memakannya. Sehingga baginda memberikan mangkuk yang masih utuh dari isteri dimana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya. (HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)