Kisah Bani Israil Menuduh Nabi Musa Membunuh Nabi Harun
loading...
A
A
A
Kisah Bani Israil menuduh Nabi Musa membunuh Nabi Harun disampaikan dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan As-Saddi dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud, dari beberapa orang di antara para sahabat Nabi SAW.
Ibnu Katsir dalam "Qishashul Anbiya" atau "Kisah Para Nabi" mengutip hadis tersebut. Mereka berkata, Allah SWT mewahyukan kepada Musa: “Sesungguhnya, aku akan mewafatkan Harun. Oleh sebab itu, datanglah engkau bersamanya ke sebuah gunung yang begini dan begini'.”
Musa dan Harun pun pergi menuju gunung yang dimaksud hingga keduanya sampai pada sebatang pohon yang tidak ada satu pohon pun pernah dilihat seperti pohon itu. Tanpa diduga, di bawahnya terdapat bangunan rumah, ranjang berkasur, dan aroma wangi.
Ketika Harun memandang ke arah gunung, bangunan rumah, dan segala hal yang sangat menakjubkan itu, beliau berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya aku lebih suka tidur di kasur ini.”
Musa berkata kepada Harun, “Tidurlah di atasnya.”
Harun berkata, “Sesungguhnya, aku takut jika pemilik rumah ini datang lalu ia marah kepadaku.”
Musa berkata kepada Harun, “Jangan takut, akulah yang menjamin dirimu terhadap pemilik rumah ini. Tidurlah segera.”
Harun berkata, “Tidak, engkau harus tidur bersamaku. Dengan demikian, jika pemilik rumah ini datang dalam keadaan marah, kita berdua akan dimarahi bersama-sama.”
Setelah Harun dan Musa tidur, saat itulah kematian menjemput Harun.
Ketika Harun menyadari apa yang terjadi, beliau berkata, “Hai Musa...engkau telah memperdayaiku!"
Setelah Harun wafat, rumah itu pun terangkat. Pohon juga bergerak dan kasur pun terangkat ke atas membawa jasad Harun ke langit.
Ketika Nabi Musa as kembali kepada kaumnya dalam keadaan sendirian —tidak bersama Harun, mereka berkata, “Sungguh Musa telah membunuh Harun. Musa merasa dengki kepada Harun karena kecintaan Bani Israil kepada Harun.”
Mereka menganggap Harun lebih memahami perasaan mereka daripada Musa. Harun juga lebih lunak sikapnya kepada mereka daripada Musa, sedangkan Musa sikapnya lebih tegas kepada sebagian orang di antara kaumnya itu.
Ketika ucapan mereka sempat terdengar oleh Musa, beliau berkata kepada mereka, “Sungguh celaka kalian! Harun itu saudara kandungku sendiri. Apakah kalian melihat kalau aku telah membunuhnya?”
Ketika tuduhan tersebut semakin ramai diperbincangkan oleh Bani Israil, Musa segera mengerjakan sholat sebanyak dua rakaat kemudian beliau berdoa kepada Allah agar memperlihatkan kebenaran perkataannya. Tidak berapa lama kemudian, kasur yang menjadi tempat Harun mengembuskan nafas terakhirnya itu pun turun sehingga mereka dapat menyaksikan Harun di atas kasur yang terletak di antara langit dan bumi.
Pendamping Nabi Musa
Nama Harun disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 19 kali dan kisahnya selalu disebutkan bersama Musa. Sebenarnya ada satu lagi penyebutan kata "Harun". Yakni di surah Maryam ayat 28. Akan tetapi, masih ada perdebatan terkait hal tersebut. Sebagian menyatakan ia adalah Nabi Harun dan sebagian lainnya berpendapat bahwa itu merupakan orang lain yang hidup pada zaman Maryam, ibu Nabi Isa.
Dalam Al-Qur'an surah Thaha ayat 29-32, Allah SWT mempertegas kedudukan Nabi Harun.
Ibnu Katsir dalam "Qishashul Anbiya" atau "Kisah Para Nabi" mengutip hadis tersebut. Mereka berkata, Allah SWT mewahyukan kepada Musa: “Sesungguhnya, aku akan mewafatkan Harun. Oleh sebab itu, datanglah engkau bersamanya ke sebuah gunung yang begini dan begini'.”
Musa dan Harun pun pergi menuju gunung yang dimaksud hingga keduanya sampai pada sebatang pohon yang tidak ada satu pohon pun pernah dilihat seperti pohon itu. Tanpa diduga, di bawahnya terdapat bangunan rumah, ranjang berkasur, dan aroma wangi.
Ketika Harun memandang ke arah gunung, bangunan rumah, dan segala hal yang sangat menakjubkan itu, beliau berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya aku lebih suka tidur di kasur ini.”
Musa berkata kepada Harun, “Tidurlah di atasnya.”
Harun berkata, “Sesungguhnya, aku takut jika pemilik rumah ini datang lalu ia marah kepadaku.”
Musa berkata kepada Harun, “Jangan takut, akulah yang menjamin dirimu terhadap pemilik rumah ini. Tidurlah segera.”
Harun berkata, “Tidak, engkau harus tidur bersamaku. Dengan demikian, jika pemilik rumah ini datang dalam keadaan marah, kita berdua akan dimarahi bersama-sama.”
Setelah Harun dan Musa tidur, saat itulah kematian menjemput Harun.
Ketika Harun menyadari apa yang terjadi, beliau berkata, “Hai Musa...engkau telah memperdayaiku!"
Setelah Harun wafat, rumah itu pun terangkat. Pohon juga bergerak dan kasur pun terangkat ke atas membawa jasad Harun ke langit.
Ketika Nabi Musa as kembali kepada kaumnya dalam keadaan sendirian —tidak bersama Harun, mereka berkata, “Sungguh Musa telah membunuh Harun. Musa merasa dengki kepada Harun karena kecintaan Bani Israil kepada Harun.”
Mereka menganggap Harun lebih memahami perasaan mereka daripada Musa. Harun juga lebih lunak sikapnya kepada mereka daripada Musa, sedangkan Musa sikapnya lebih tegas kepada sebagian orang di antara kaumnya itu.
Ketika ucapan mereka sempat terdengar oleh Musa, beliau berkata kepada mereka, “Sungguh celaka kalian! Harun itu saudara kandungku sendiri. Apakah kalian melihat kalau aku telah membunuhnya?”
Ketika tuduhan tersebut semakin ramai diperbincangkan oleh Bani Israil, Musa segera mengerjakan sholat sebanyak dua rakaat kemudian beliau berdoa kepada Allah agar memperlihatkan kebenaran perkataannya. Tidak berapa lama kemudian, kasur yang menjadi tempat Harun mengembuskan nafas terakhirnya itu pun turun sehingga mereka dapat menyaksikan Harun di atas kasur yang terletak di antara langit dan bumi.
Baca Juga
Pendamping Nabi Musa
Nama Harun disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 19 kali dan kisahnya selalu disebutkan bersama Musa. Sebenarnya ada satu lagi penyebutan kata "Harun". Yakni di surah Maryam ayat 28. Akan tetapi, masih ada perdebatan terkait hal tersebut. Sebagian menyatakan ia adalah Nabi Harun dan sebagian lainnya berpendapat bahwa itu merupakan orang lain yang hidup pada zaman Maryam, ibu Nabi Isa.
Dalam Al-Qur'an surah Thaha ayat 29-32, Allah SWT mempertegas kedudukan Nabi Harun.