Subhanallah, Inilah Wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Dzar Al-Ghifari

Rabu, 01 Juli 2020 - 23:14 WIB
loading...
Subhanallah, Inilah Wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Dzar Al-Ghifari
Wasiat Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Dzar Al-Ghifari dapat dijadikan iktibar dan motivasi untuk beramal saleh. Foto Ilustrasi/dok thecompanion.in
A A A
Dalam satu Hadis diceritakan bahwa sahabat bernama Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu (RA) pernah meminta wasiat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Abu Dzar Al-Ghifari dikenal sebagai sahabat Nabi yang setia dan mengabdikan hidupnya untuk Islam .

عَن اَبيِ ذًرٍ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُ قَالَ : قُلتُ يَارَسُولَ اللٌهِ صَلَيِ اللٌهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ اَوصِنيِ قَالَ عَلَيكَ بِتَقوَي اللٌهِ فَانٌهَا رَاسُ الآمرِ كُلٌهِ قُلتُ يَارَسُولَ اللٌهِ زَدنيِ قَالَ عَلَيكَ بِتِلآوَةِ القُرانَ فَاِنٌه نُورُلَكَ فيِ لآرضِ وَذٌخرُ لَكَ فيِ الٌسَمَأءِ. (رواه أبن حبان في صحيحه في حديث طويل)

Dari Abu Dzar RA , ia menceritakan, "Aku pernah berkata pada Rasulullah SAW , 'Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat! Rasulullah SAW bersabda, 'Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah Ta'ala, karena takwa adalah akar dari setiap urusan.' Aku berkata lagi, 'Wahai Rasulullah , tambahkan wasiat untukku!' Rasulullah pun bersabda: 'Hendaklah engkau membaca Al-Qur'an , karena sesungguhnya Al-Qur'an itu Nur (cahaya) bagimu di muka bumi dan bekal yang disimpan di langit". (HR. Ibnu Habban). ( )

Dalam Kitab Fadhail Qur'an karya Syeikh Maulana Zakariyya Al-Kandahlawy dijelaskan bahwa takwa adalah akar segala urusan. Hati yang memiliki rasa takut kepada Allah tidak akan pernah bermaksiat kepada-Nya dan tidak akan mengalami kesusahan. Dalam Syarh Ihya dari Ma'rifah Abu Nuaim bahwa Basith meriwayatkan dari Nabi SAW : "Rumah-rumah yang di dalamnya terdapat bacaan Al-Qur'an akan terlihat bersinar oleh para penduduk langit sebagaimana bintang-bintang terlihat bersinar oleh para penduduk bumi".

Adapun maksud hadis di atas adalah Abu Dzar Al-Ghifari menceritakan: 'Saya bertanya kepada Nabi SAW , "Berapa banyakkah kitab yang telah diturunkan oleh Allah?" Beliau SAW menjawab: "100 shahifah dan empat kitab suci. 50 shahifah diturunkan kepada Nabi Syits 'alaihissalam (AS), 30 shahifah kepada Nabi Idris AS, 10 shahifah kepada Nabi Ibrahim AS , 10 mushaf kepada Nabi Musa sebelum Taurat diturunkan kepadanya. Dan selain mushaf-mushaf itu ada empat kitab suci yang diturunkan kepadanya. Dan selain mushaf-mushaf itu ada empat kitab suci yang diturunkan yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an .'

Saya bertanya lagi, 'Apakah kandungan mushaf-mushaf yang diturunkan kepada Ibrahim AS ?' Beliau menjawab, "Berisi tamsil-tamsil, misalnya: 'Wahai raja yang kuat dan angkuh! Aku tidak melantikmu untuk mengumpulkan harta, tetapi Aku melantikmu untuk mencegah sampainya doa seseorang yang dizalimi. Kamulah yang harus lebih dulu memperbaikinya, karena Aku tidak menolak doa orang yang dizalimi walaupun dia seorang kafir."

Syeikh Maulana Zakariya menyatakan, "Jika Nabi SAW akan mengangkat seorang sahabatnya sebagai gubernur atau hakim, maka beliau dengan penuh perhatian akan menambahkan di dalam nasihatnya: "Takutilah doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara ia dengan Allah tidak ada hijab".

Dalam sebuah syair Persia disebutkan, "Berhati-hatilah dengan keluhan orang yang teraniaya jika mereka berdoa karena penerimaan Allah itu dekat dengan mereka". ( )

Juga disebutkan dalam shahifah-shahifah tersebut bahwa orang yang berakal sehat selama akalnya masih normal, hendaknya ia membagi seluruh waktunya menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Untuk beribadah kepada Rabbnya; (2) Untuk menghisab dirinya, beberapa banyak keburukan atau kebaikan yang telah ia lakukan; (3) Untuk mencari penghasilan yang halal.

Seseorang yang berakal juga harus mengatur waktunya, memperbaiki dirinya, dan menjaga lidahnya dari bicara yang sia-sia. Orang yang selalu menghisab setiap ucapannya, maka lidahnya akan berkurang dari bicara sia-sia. Orang yang berakal juga tidak akan berpergian kecuali untuk tiga tujuan, yaitu: (1) Mencari bekal akhirat; (2) Mencari nafkah sekadarnya; (3) Bersantai yang diperbolehkan (oleh agama).

Abu Dzar bertanya lagi, "Ya Rasulullah , apakah kandungan shahifah yang diturunkan kepada Nabi Musa ?" Beliau menjawab, "Semuanya berisi pelajaran-pelajaran, misalnya: 'Aku heran terhadap orang yang meyakini kematian, tetapi ia masih bergembira dengan sesuatu, (biasanya seseorang jika telah diputus akan dihukum mati, ia tidak akan merasa tenang dengan apapun). Aku heran terhadap orang yang meyakini kematiannya, tetapi ia masih bisa tertawa. Aku heran terhadap orang yang selalu memperhatikan kejadian-kejadian, perubahan-perubahan, dan dinamika dunia, tetapi ia masih merasa tenang dengannya. Aku heran terhadap orang yang meyakini takdir, tetapi ia masih berduka cita bersedih hati. Aku heran terhadap orang yang meyakini hisab itu dekat, tetapi ia tidak beramal saleh.

Abu Dzar meminta lagi, "Ya Rasulullah , tambahkan lagi wasiat untukku!" Pertama-tama Rasulullah mewasiatkan takwa kepadaku. Lalu beliau bersabda, "Takwa adalah dasar dan akar segala urusan". Aku meminta lagi, "Ya Rasulullah , tambahkan lagi wasiat untukku.” Beliau bersabda, "Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan mengingat Allah, karena yang demikian itu adalah nur bagimu di bumi dan simpanan bagimu di langit".

Aku meminta lagi, "Tambahkan lagi wasiat untukku!" Beliau SAW bersabda: "Jangan banyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati dan menghilangkan nur wajah (merugikan jasmani dan Ruhani)". Beliau SAW bersabda lagi, "Pentinglah jihad, karena jihad adalah rahbaniah umatku. (Pada zaman dahulu, rahib adalah orang-orang yang memutuskan seluruh hubungan dengan dunia dan diri mereka hanya pasrah kepada Allah)".

Aku minta tambahan lagi. Lalu beliau SAW bersabda: "Pandanglah selalu orang-orang yang berada di bawahmu (lebih rendah darimu), dengan begitu kamu dapat bersyukur; dan jangan memandang orang yang berada di atasmu, sehingga kamu akan meremehkan nikmat Allah".

Aku meminta tambahan lagi. Lalu beliau SAW bersabda: "Hendaklah keburukanmu menahanmu dari mencaci orang lain. Dan janganlah mencari aib orang lain, sedangkan kamu sendiri melakukannya. Cukuplah sebagai bahan untuk mencela dirimu bahwa kamu melihat aib orang lain, sedangkan aib itu ada pada dirimu tetapi kamu tidak menyadarinya, atau kamu mengoreksi kesalahan orang lain sedangkan kamu sendiri melakukannya".

Kemudian dengan tangannya yang mulia, Nabi SAW menepuk dadaku sambil bersabda, "Wahai Abu Dzar, tidak ada kebijaksanaan yang lebih baik daripada pengaturan, tidak ada ketakwaan yang lebih baik daripada menjauhi larangan, dan tidak ada kemuliaan yang lebih baik daripada sopan santun".

Demikian wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Dzar Al-Ghifari yang sarat hikmah dan pelajaran berharga. Semoga Allah memberikan taufik-Nya agar kita bisa mengamalkannya. ( Baca Juga: Wasiat Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW )

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1983 seconds (0.1#10.140)