Karomah KH Muntaha al-Hafizh, Beras 10 Kg untuk Sebulan

Sabtu, 10 September 2022 - 15:12 WIB
loading...
Karomah KH Muntaha al-Hafizh, Beras 10 Kg untuk Sebulan
KH Muntaha al-Hafizh: Kisah karomah beras 10 kg dan gula 1 kg untuk sebulan ini dituturkan oleh Sayyid Fahmi Ismail Badr. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Kisah karomah KH Muntaha al-Hafizh, beras 10 kg dan gula 1 kg untuk sebulan ini dituturkan oleh Sayyid Fahmi Ismail Badr, salah seorang dosen dari Universitas Al-Azhar , Kairo yang diperbantukan di Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo.

Ustaz Fahmi, demikian biasa dipanggil, dalam tugas itu membawa istri dan ketiga orang anak-nya yang waktu itu masih usia murid sekolah dasar.



Ustaz Fahmi sebagaimana dikutip Drs Samsul Munir Amin, MA, dalam bukunya berjudul "Biografi KH. Muntaha Al-Hafizh Ulama Multidimensi" berkisah, suatu ketika dia diberi beras 10 kg dan gula 1 kg oleh KH Muntaha al-Hafizh atau Mbah Mun.

Beras dan gula itu dibawa sendiri oleh Mbah Mun ke rumah Ustadz Fahmi yang kebetulan letaknya tidak jauh dari kantor pondok pesantren.

Oleh istri Ustaz Fahmi, beras dan gula pemberian Mbah Muntaha itu digunakan sebagaimana biasanya. Beras itu dimasak untuk 5 orang anggota keluarga. Gula satu kilogram itu pun digunakan sebagaimana biasanya, untuk minum teh, susu, kopi, dan kebutuhan lainnya. Akan tetapi anehnya, beras sepuluh kilo dan gula satu kilogram tersebut tidak habis juga meski sudah digunakan satu bulan lamanya.

Ustaz Fahmi bertanya kepada istrinya, apakah beras dan gula itu tidak pernah digunakan sehingga selama satu bulan tidak pernah membeli beras dan gula?

Istrinya menjawab, beras dan gula itu tetap digunakan sebagaimana kebutuhan biasanya. Menurut Ustaz Fahmi, biasanya keluarganya bisa menghabiskan beras sekitar 30 kg dan 3 kg gula untuk konsumsi mereka sekeluarga selama satu bulan. Tapi ini, beras pemberian Mbah Muntaha yang “cuma” 10 kg dan gula 1 kg, ternyata tidak habis digunakan selama satu bulan.

Penasaran, Ustaz Fahmi pun memberanikan diri bertanya kepada KH Muntaha, mengapa beras dan gula pemberiannya tidak habis-habis walaupun tetap digunakan.

Hadza min barakitil Qur'an,” jawab Mbah Muntaha, seakan tanpa ekspresi.

Dan Ustaz Fahmi yang selalu menggunakan komunikasi dengan bahasa Arab itu pun mafhum. Apalagi, mereka sama-sama penghafal dan pecinta Al-Quran.



Kehendak Allah
KH Muntaha al-Hafizh atau akrab dipanggil Mbah Mun adalah pengasuh pondok Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber Wonosobo. Mbah Muntaha lahir di Kalibeber pada 19 Juli 1912 dan wafat pada 29 Desember 2004.

Mbah Muntaha adalah putra dari KH Asy'ari bin KH Abdurrahim bin Kiai Muntaha. Kakek buyut Mbah Muntaha adalah salah seorang pasukan perang Pangeran Diponegoro yang jika ditelusuri silsilahnya sampai kepada Hamangkurat IV.

Banyak tokoh pimpinan negeri ini yang menyempatkan datang ke desa Kalibeber yang terletak di pegunungan Dieng untuk sowan Mbah Muntaha.

Mbah Muntaha adalah pendiri Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Wonosobo yang pada waktu berdirinya memiliki tiga fakultas, yaitu Tarbiyah, Dakwah, dan Syari'ah.

Atas prakarsa dan keinginan Mbah Mun, IIQ sekarang telah berubah menjadi Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo yang memiliki fakultas-fakultas umum. Sejak IIQ didirikan (1988) sampai tahun 2001, KH Muntaha menjabat sebagai rektor II.

Mbah Muntaha adalah seorang kiai pesantren yang memiliki komitmen tinggi terhadap pendidikan Al-Qur'an. Dan di sisi lain, masyarakat percaya bahwa dia memiliki banyak karomah.

Samsul Munir Amin dalam bukunya berjudul "Karomah Para Kiai" mengatakan karomah seseorang bisa terjadi atas kehendak Allah. Allah-lah yang menganugerahkan karomah itu, khususnya kepada orang-orang yang masa hidupnya secara tulus ikhlas diperuntukkan bagi-Nya dan didedikasikan bagi pengembangan agama-Nya.

Kisah karomah Mbah Muntaha tersebut, tentunya bukan kehendak Mbah Mun sendiri, melainkan kehendak Tuhan. Sebab, sesuatu barang yang telah diberikan Mbah Mun kepada Sayyid Fahmi semestinya memang habis setelah digunakan dalam beberapa waktu sebagaimana lazimnya. Akan tetapi, berkat karomahnya, beras dan gula pemberian Kiai Muntaha ternyata belum habis juga.

Sebagaimana diketahui, Kiai Muntaha memang pengamal dan penghapal Al-Qur'an yang dawam membaca Al-Qur'an dalam kesehariannya. Dan kejadian tersebut semata-mata karena berkahnya Al-Qur'an, dan itu merupakan karomah dari Kiai Muntaha.

Terkait dengan hal ini, ujar Samsul Munir Amin, kita teringat kisah Nabi Muhammad yang bisa memperbanyak makanan dari yang jumlahnya sedikit menjadi banyak. Kejadian aneh yang terjadi pada Mbah Mun, sekalipun tidak sama dengan Nabi, setidaknya perilaku tersebut bisa terjadi pada orang yang dikehendaki Allah.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2000 seconds (0.1#10.140)
pixels