Cara Memperbaiki dan Meluruskan Niat Ibadah

Senin, 12 September 2022 - 17:20 WIB
loading...
Cara Memperbaiki dan Meluruskan Niat Ibadah
Dalam melaksanakan ibadah , fungsi niat sangatlah penting. Karena itu, setiap muslim dan muslimah harus senantiasa memperbaiki niat dalam ibadahnya, yaitu ikhlas untuk Allah semata. Foto ilustrasi/ist
A A A
Niat sangat penting dalam melaksanakan amal ibadah. Karena itu, setiap muslim dan muslimah harus senantiasa memperbaiki niat dalam ibadahnya, yaitu ikhlas untuk Allah semata.

Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ‘


"Amalan-amalan itu hanyalah tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang amalan hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena wanita yang ingin ia nikahi, hijrahnya itu menuju apa yang dia niatkan’.” (HR Bukhari dan Muslim)


Untuk itu, seorang hamba harus terus berupaya memperbaiki niat dan meluruskannya. Dengan demikian, apa yang dia lakukan berbuah kebaikan . Memperbaiki niat perlu mujahadah (kesungguh-sungguhan dengan mencurahkan segala daya upaya ).

Niat secara bahasa artinya kehendak, rencana dan tujuan atas sesuatu. Dalam istilah para ulama, niat dimaksudkan untuk dua pengertian :

Pertama, niat dalam pengertian kehendak hati yang membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain, seperti membedakan sholat wajib dzuhur dari sholat wajib Ashar atau yang membedakan shaum Ramadhan dengan shaum Nadzar.

Kedua, niat dalam pengertian sesuatu yang menjadi dasar dorongan dan harapan atau motivasi suatu amal perbuatan. Yaitu apakah sesuatu pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar mengharap keridhaan dan pahala Allah Subhanahu wa ta'ala atau karena mengharap pujian dari manusia. Dalam Al-Qur'an disebutkan kandungan dari niat itu, yaitu ”keinginan, harapan, dan kehendak.” Iraadah, ibtighaa, dan rajaa. Seperti dalam Firman Allah :

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ


"Barangsiapa yang menginginkan keuntungan (pahala) akhirat, kami akan tambahkan keuntungannya, dan barang siapa yang menginginkan keuntungan dunia saja, Kami akan berikan sebagian darinya dan baginya tidak ada bagian keuntungan di akhirat sedikit pun”. (QS As-Syura : 20)



Dinukil dari kitab Syarh Riyadhus Shalihin Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan, di antara manusia ada orang-orang yang memiliki niat yang tinggi nilainya, sementara ada pula yang memiliki niat yang rendah. Hingga ada kalanya dua orang yang mengamalkan suatu bentuk amalan yang sama dari awal, pertengahan, bahkan sampai akhir pelaksanaannya, sama gerakannya, perbuatannya, ataupun diamnya dan juga bacaannya, namun hasilnya berbeda jauh, sejauh antara langit dan bumi. Yang demikian ini disebabkan perbedaan niatnya.

Walhasil, setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan: jika engkau niat karena Allah dan untuk negeri akherat dalam amalan menjalankan syariat, maka anda akan mendapatkannya, namun jika anda berniat untuk dunia maka kadang dapat dan terkadang anda tidak dapat.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ يَصْلَىٰهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا


“Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka kami segerakan baginya di dunia, sesuai apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki”. (QS Al Israa’ : 18)

Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifa’ menjelaskan, dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa ta’ala tidak mengatakan “Kami segerakan baginya apa yang ia maukan” akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala katakan “Apa yang Kami kehendaki”. Jadi diantara manusia ada orang yang menginginkan dunia ini, ada yang diberi sedikit darinya, bahkan ada yang tidak diberi sama sekali (tidak mesti semua mendapatkan apa yang diinginkan dari kehidupan dunia ini) ini pengertian dari ayat di atas: (artinya) “maka Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki”

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ أَرَادَ ٱلْءَاخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا


“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan ia berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik”. ( QS Al Israa’ : 19)

Karena itu, menurut dai asal Bontang Kalimantan ini dalam laman facebooknya menjelaskan, secara pasti orang yang menginginkan akherat akan memetik hasil amalan yang ia niatkan dan inginkan mendapatkan wajah Allah dan negeri akhirat.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2260 seconds (0.1#10.140)