4 Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Berdakwah ke Yaman

Senin, 19 September 2022 - 17:05 WIB
loading...
4 Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Berdakwah ke Yaman
4 sahabat Nabi yang berdakwah ke Yaman antara lain adalah Khalid bin Walid, Ali bin Abi Thalib. dan Muazd bin Jabal. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdakwah ke Yaman lumayan banyak. Di antara mereka adalah Khalid bin Walid , Ali bin Abi Thalib, Barra bin Azib, dan Muadz bin Jabal .

Muhammad Fethullah Gulen dalam bukunya berjudul "Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia" menyebut Rasulullah SAW menjalankan dakwah secara baik dan teratur.

Menurut cendekiawan Muslim Turki ini, strategi Rasulullah ketika salah seorang sahabat merasa tidak cocok dengan perjuangan dakwah di satu tempat, atau mendapat kendala dalam berdakwah di satu tempat maka Rasulullah akan mengirimkan sahabat lain untuk menggantikan. "Metode seperti itu ternyata mendatangkan dampak positif bagi dakwah Islam," ujar Fethullah Gulen.



Pada mulanya, Khalid bin Walid diutus Rasulullah untuk berdakwah ke Yaman. Nyatanya, penduduk Yaman kurang bisa menerima Khalid. Rasulullah pun mengirim Ali bin Abi Thalib bersama Barra bin Azib.

Menariknya ketika Ali dan Barra hampir tiba di tujuan, orang-orang Yaman sudah keluar menyambut kedatangan mereka. Setelah itu Ali bin Abi Thalib pun mengimami sholat dan setelahnya membacakan surat Rasulullah. Seketika itu juga seluruh penduduk Yaman masuk Islam.

Sedangkan setelah kedatangan Ali, Rasulullah memindahkan Khalid bin Walid untuk berdakwah ke daerah Najran yang pada saat itu didiami kaum Nasrani.

Ali bin Abi Thalib ternyata tepat ditempatkan di Yaman. Sebab Ali memiliki sejarah panjang dengan Rasulullah dan juga karena dia adalah ayah dari Hasan dan Husain serta menjadi puncak silsilah dari semua quthb, para muqarrabun, wali-wali, dan para ashfiya yang akan terus muncul hingga hari kiamat.

Hingga hari ini, kebenaran dan hakikat tetap berada di bawah naungan mereka. "Ali berhasil menaklukkan hati penduduk Yaman dengan kata-katanya yang terkenal mampu meluluhkan siapa pun yang mendengarnya," jelas Gulen.

Hingga kemudian saat peristiwa penaklukan Mekkah terjadi orang-orang Yaman yang telah memeluk Islam datang ke Mekkah untuk bergabung dengan umat Islam lainnya.

Selanjutnya, Muadz bin Jabal juga sempat diutus oleh Nabi Muhammad SAW ke wilayah Yaman. Selain berdakwah, di sana Muadz bin Jabal bertugas sebagai penguasa, hakim agung, sekaligus menjadi pengajar dan pengumpul zakat.



Prof Muhammad Quraish Shihab dalam buku "Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW" menjelaskan, misi Muadz bin Jabal ke Yaman diiringi dengan surat-surat kepercayaan dari Nabi Muhammad. Yang salah satunya berisi: “Inniy bu’itstu lakum khaira ahliy,”. Yang artinya: “Aku mengutus kepadamu, wahai penduduk Yaman, keluargaku yang terbaik.”

Sebelum Muadz berangkat ke Yaman pun, Nabi seolah tengah menguji kelayakan kepadanya dengan beberapa pertanyaan.

Nabi berkata kepada Muadz: “Kaifa tashna’u idza uridha laka qadhaa-un?”. Yang artinya: “Bagaimana engkau bersikap jika diajukan kepadamu permintaan menetapkan hukum?”.

Muadz pun menjawab: “Aqdhiy fi kitabillah,”. Yang artinya: “Aku memutuskan berdasarkan Kitabullah,”.

Nabi bertanya lagi: “Fa in lam yakun fi kitabillah?”. Yan artinya: “Kalau engkau tak temukan dalam Kitabullah?”.

Muadz menjawab: “Bisunnati Rasulillah,”. Yang artinya: “Dengan sunah Rasulullah.”

Nabi kembali bertanya: “Fa in lam yakun fi sunnati Rasulillah?”

Muadz dengan tegas menjawab: “Ajtahidu bira’yi wala aluw,”. Yang artinya: “Aku mencurahkan daya sekuat mungkin/berijtihad.”

Mendengar jawaban mantap seperti itu dari Muadz, Nabi kemudian bersabda: “Alhamdulillahilladzi waffaqa rasula Rasulillahi lima yurdhi Rasulallah.” Yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah menuju apa yang diridhai oleh Rasulullah.”

Nabi kemudian berpesan kepada Muadz saat ia akan menunggangi kendaraannya untuk menuju ke Yaman: “Ittaqillaha haitsuma kunta wa atbi’I as-sayyiatal-hasanata tamhuha wa khaaliqi an-naasa bikhuluqin hasanin.” Yang artinya: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, ikutkanlah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan menghapusnya dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik."



Nabi berpesan juga kepada Muadz: “Innaka sata’ti qauman ahla kitaabin fa idza ji’tahum fad’uhum ila an yasyhaduu an laa ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah. Fa in humathaa’uu laka bidzalika fa-akhbirhum annallaha faradha alaihim khamsa shalawatin fil-yaumil wallailati fa in hum athaa’uu laka bidzalika fa akhbirhum annallaha faradha alaihim shadaqatan tu’khadzu min aghnyaa-ihim wa turaddu ala fuqara-ihim wa in hum athaa’uu laka bidzalika fa iyyaka wa karaa-imu amwaalihim wattaqi da’watal-mazhlumi fa innaha laisa bainaha wa bainallaha hijaabun.”

Yang artinya: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Jika engkau menemui mereka, maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."

"Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka sholat lima kali sehari semalam."

"Bila mereka mematuhimu dalam hal tersebut maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka atas zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang miskin mereka."

"Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka jangan sekali-kali engkau mengambil harta mereka yang paling baik. Berhati-hatilah menyangkut doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.”

Ketika Muadz naik ke tunggangannya dan kakinya telah menyentuh pelana unta, Nabi sekali lagi mengingatkan: “Innaka asa an laa talqaaniy ba’da aamiy hadza la’allaka an tamurra bimasjidiy hadza wa biqabriy.” Yang artinya: “Bisa jadi engkau tidak lagi akan menemuiku setelah tahun ini. Semoga engkau dapat mampir di masjidku ini dan di kuburku.”

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2269 seconds (0.1#10.140)