Saling Memberi Nasihat Menjadi Kebutuhan Muslimah di Zaman Penuh Fitnah
loading...
A
A
A
Saat ini, kita berada di zaman penuh fitnah yang begitu dahsyat dengan godaan-godaan yang menghantarkan kepada kebinasaan, keburukan dan kehancuran. Karena itulah sebagai muslim, saling memberikan nasihat merupakan kebutuhan.
Dikutip dari 'Risalah Penting untuk Muslimah,", kitab yang ditulis Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah, pada zaman yang seperti inilah, manusia ditekankan untuk saling memberikan wasiat dengan takwa kepada Allah Ta'ala, saling memberikan wasiat untuk senantiasa taat kepada Allah, saling memberikan nasihat untuk senantiasa melazimi syariat-syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini semua kita lakukan sebagai bentuk kasih sayang kita kepada hamba-hamba Allah dan juga berlepas diri kelak nanti di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maksudnya “berlepas diri” ini, menurut Ustadz Ahmad Zainudin, adalah bahwa ada orang yang menyimpang dari agama, baik itu perkara akidah atau ibadah atau muamalah atau akhlak dan adab . "Maka kita menasihati sebagai bentuk berbuat baik kepada hamba-hamba Allah dan juga sebagai bentuk berlepas diri dari tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena nanti akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,"ungkap dai yang rutin mengisi kajian Muslimah di Jakarta ini.
Khususnya untuk muslimah, nasihat seperti ini sangat penting, karena godaan zaman ini banyak terfokus kepada perempuan. Banyak sekali prilaku-prilaku yang menjerumuskan para perempuan ke dalam hal-hal yang diharamkan. Kemudian rencana-rencana yang sudah diatur sedemikian rupa tujuannya adalah untuk menghilangkan sifat malu kemuliaan, kehormatan dan kesucian yang dimiliki oleh perempuan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Allah menginginkan untuk memberikan taubat atas kalian, dan orang-orang yang mengikuti syahwat menginginkan kalian menyimpang dengan penyimpangan yang besar.” (QS. An-Nisa : 27)
Allah sudah mengabarkan bahwa ada manusia-manusia yang memang ingin agar perbuatan-perbuatan keji tersebar di tengah kaum muslimah sehingga kaum muslimah membuka auratnya, hilang rasa malunya, hilang ketertutupannya dari laki-laki yang bukan mahram, hilangnya keanggunannya. Karena itu, Ustadz Ahmad Zainuddin menegaskan, hendaknya para perempuan bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Dan hendaknya para perempuan mengetahui hak-hak Allah Ta’ala yang wajib dilakukan oleh seorang perempuan.
Dan hendaknya para perempuan mengetahui apa saja yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa saja syariat yang dibawa oleh Rasul Shallallahu alaihi wa sallam yang merupakan bimbingan-bimbingan yang agung, penyuluhan-penyuluhan yang menunjukkan kepada jalan kebenaran yang apabila dikerjakan maka didalamnya seorang perempuan akan mendapatkan kesuciannya, seorang perempuan akan mendapatkan kemuliaannya, seorang perempuan atau mendapatkan keutamaannya dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Perempuan yang terjaga, yang cerdas, yang menginginkan kebaikan untuk dirinya, dia tidak menoleh kepada apa yang dikatakan manusia-manusia rendahan yang menginginkan hilangnya kemuliaan, kesucian dan keagungan perempuan. Pandangan seorang perempuan selalu kepada apa yang dibawa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Menyadur tiga hadis yang disampaikan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin dalam kitab karyanya tersebut, beliau mengajak kepada para perempuan secara khusus untuk memperhatikan dengan perhatian yang sangat mendalam. Dan juga berdiam memperhatikan apa saja kandungan-kandungan yang terdapat di dalamnya.
Hadis pertama, hadis riwayat Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih mereka berdua, dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, beliau bercerita: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar pada waktu hari Idul Adha atau hari Idul Fitri. Lalu beliau melewati para perempuan kemudian beliau bersabda:
"Wahai sekelompok kalian para perempuan seluruhnya, hendaknya kalian bersedekah, karena sesungguhnya diperlihatkan kepadaku kalian adalah penghuni neraka yang paling terbanyak. Lalu para sahabat-sahabat wanita bertanya: “Dengan apa kami menjadi penghuni neraka yang paling terbanyak?” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Karena kalian mencaci, melaknat dan kalian kufur terhadap kebaikan suami. Aku tidak melihat dari makhluk-makhluk kurang akalnya dan agamanya lebih menghilangkan otak orang yang tegas di antara kalian dibandingkan kalian wahai para perempuan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini secara umum maknanya adalah bahwa kebiasaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menasehati para perempuan, sebagaimana kebiasaan beliau juga menasehati para lelaki. Dan kebanyakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan para perempuan tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada perempuan, kemudian juga tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para perempuan.
Ini agar mereka menjaga diri dari kekurangan-kekurangan tersebut dan mengobati kalau seandainya memiliki kekurangan-kekurangan tersebut. Maka pada hari Idul Adha atau hari Idul Fitri, setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah Id, beliau bersabda: “Wahai para perempuan, bersedekahlah kalian, sesungguhnya diperlihatkan kepadaku kalian adalah penghuni neraka paling terbanyak.”
Kemudian lanjutan dari hadis ini adalah para sahabat wanita bertanya kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Kenapa kurang agama kami dan kurang akal kami Wahai Rasulullah?” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bukankah persaksian seorang perempuan seperti setengah dari persaksian seorang lelaki?” Kemudian para sahabat-sahabat wanita mengatakan:
“Benar Wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Itulah kekurangan dari akalnya.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya: “Bukankah seorang wanita jika haid dia tidak sholat dan tidak berpuasa?” Maka kata para sahabat wanita: “Benar Wahai Rasulullah.” Maka kata Rasulullah: “Itulah kekurangan dari agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wallahu A'lam
Dikutip dari 'Risalah Penting untuk Muslimah,", kitab yang ditulis Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah, pada zaman yang seperti inilah, manusia ditekankan untuk saling memberikan wasiat dengan takwa kepada Allah Ta'ala, saling memberikan wasiat untuk senantiasa taat kepada Allah, saling memberikan nasihat untuk senantiasa melazimi syariat-syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini semua kita lakukan sebagai bentuk kasih sayang kita kepada hamba-hamba Allah dan juga berlepas diri kelak nanti di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maksudnya “berlepas diri” ini, menurut Ustadz Ahmad Zainudin, adalah bahwa ada orang yang menyimpang dari agama, baik itu perkara akidah atau ibadah atau muamalah atau akhlak dan adab . "Maka kita menasihati sebagai bentuk berbuat baik kepada hamba-hamba Allah dan juga sebagai bentuk berlepas diri dari tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena nanti akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,"ungkap dai yang rutin mengisi kajian Muslimah di Jakarta ini.
Khususnya untuk muslimah, nasihat seperti ini sangat penting, karena godaan zaman ini banyak terfokus kepada perempuan. Banyak sekali prilaku-prilaku yang menjerumuskan para perempuan ke dalam hal-hal yang diharamkan. Kemudian rencana-rencana yang sudah diatur sedemikian rupa tujuannya adalah untuk menghilangkan sifat malu kemuliaan, kehormatan dan kesucian yang dimiliki oleh perempuan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاللَّـهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا
“Allah menginginkan untuk memberikan taubat atas kalian, dan orang-orang yang mengikuti syahwat menginginkan kalian menyimpang dengan penyimpangan yang besar.” (QS. An-Nisa : 27)
Allah sudah mengabarkan bahwa ada manusia-manusia yang memang ingin agar perbuatan-perbuatan keji tersebar di tengah kaum muslimah sehingga kaum muslimah membuka auratnya, hilang rasa malunya, hilang ketertutupannya dari laki-laki yang bukan mahram, hilangnya keanggunannya. Karena itu, Ustadz Ahmad Zainuddin menegaskan, hendaknya para perempuan bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Dan hendaknya para perempuan mengetahui hak-hak Allah Ta’ala yang wajib dilakukan oleh seorang perempuan.
Dan hendaknya para perempuan mengetahui apa saja yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa saja syariat yang dibawa oleh Rasul Shallallahu alaihi wa sallam yang merupakan bimbingan-bimbingan yang agung, penyuluhan-penyuluhan yang menunjukkan kepada jalan kebenaran yang apabila dikerjakan maka didalamnya seorang perempuan akan mendapatkan kesuciannya, seorang perempuan akan mendapatkan kemuliaannya, seorang perempuan atau mendapatkan keutamaannya dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Perempuan yang terjaga, yang cerdas, yang menginginkan kebaikan untuk dirinya, dia tidak menoleh kepada apa yang dikatakan manusia-manusia rendahan yang menginginkan hilangnya kemuliaan, kesucian dan keagungan perempuan. Pandangan seorang perempuan selalu kepada apa yang dibawa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Menyadur tiga hadis yang disampaikan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin dalam kitab karyanya tersebut, beliau mengajak kepada para perempuan secara khusus untuk memperhatikan dengan perhatian yang sangat mendalam. Dan juga berdiam memperhatikan apa saja kandungan-kandungan yang terdapat di dalamnya.
Hadis pertama, hadis riwayat Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih mereka berdua, dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, beliau bercerita: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar pada waktu hari Idul Adha atau hari Idul Fitri. Lalu beliau melewati para perempuan kemudian beliau bersabda:
"Wahai sekelompok kalian para perempuan seluruhnya, hendaknya kalian bersedekah, karena sesungguhnya diperlihatkan kepadaku kalian adalah penghuni neraka yang paling terbanyak. Lalu para sahabat-sahabat wanita bertanya: “Dengan apa kami menjadi penghuni neraka yang paling terbanyak?” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Karena kalian mencaci, melaknat dan kalian kufur terhadap kebaikan suami. Aku tidak melihat dari makhluk-makhluk kurang akalnya dan agamanya lebih menghilangkan otak orang yang tegas di antara kalian dibandingkan kalian wahai para perempuan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini secara umum maknanya adalah bahwa kebiasaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menasehati para perempuan, sebagaimana kebiasaan beliau juga menasehati para lelaki. Dan kebanyakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan para perempuan tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada perempuan, kemudian juga tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para perempuan.
Ini agar mereka menjaga diri dari kekurangan-kekurangan tersebut dan mengobati kalau seandainya memiliki kekurangan-kekurangan tersebut. Maka pada hari Idul Adha atau hari Idul Fitri, setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah Id, beliau bersabda: “Wahai para perempuan, bersedekahlah kalian, sesungguhnya diperlihatkan kepadaku kalian adalah penghuni neraka paling terbanyak.”
Kemudian lanjutan dari hadis ini adalah para sahabat wanita bertanya kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Kenapa kurang agama kami dan kurang akal kami Wahai Rasulullah?” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bukankah persaksian seorang perempuan seperti setengah dari persaksian seorang lelaki?” Kemudian para sahabat-sahabat wanita mengatakan:
“Benar Wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Itulah kekurangan dari akalnya.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya: “Bukankah seorang wanita jika haid dia tidak sholat dan tidak berpuasa?” Maka kata para sahabat wanita: “Benar Wahai Rasulullah.” Maka kata Rasulullah: “Itulah kekurangan dari agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wallahu A'lam
(wid)