Kisah Al-Hallaj Dijatuhi Hukuman Bakar, Debu Jasadnya Dibuang ke Sungai Tigris

Senin, 10 Oktober 2022 - 08:52 WIB
loading...
Kisah Al-Hallaj Dijatuhi Hukuman Bakar, Debu Jasadnya Dibuang ke Sungai Tigris
Al-Hallaj dihukum bakar karena dia mengatakan, Ana l-Haqq : Akulah Yang Maha Benar. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Husain Ibn Mansur al-Hallaj (858-922 M) adalah sufi yang mencapai maqan tertinggi, lebih tinggi dari maqam ittihad, yakni maqam hulul. Ia mengalami persatuan dengan Tuhan dan mengatakan "Akulah yang Maha Benar". Lantaran itu, Al-Hallaj dijatuhi hukuman bakar, debu jasadnya dibuang ke Sungai Tigris.

Harun Nasution (1919 –1998) dalam buku berjudul "Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah" mengatakan nasib al-Hallaj yang demikian karena dia mengatakan, "Ana 'l-Haqq" (Akulah Yang Maha Benar).

"Ini berbeda dengan Abu Yazid al-Bustami . Pengalaman persatuannya dengan Tuhan disebut ittihad. Al-Hallaj disebut hulul," jelas Harun Nasution. "Kalau Abu Yazid mengalami naik ke langit untuk bersatu dengan Tuhan, al-Hallaj mengalami persatuannya dengan Tuhan turun ke bumi," lanjutnya.



Harun Nasution menjelaskan dalam literatur tasawuf, hulul diartikan: Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk bersemayam di dalamnya dengan sifat-sifat ketuhanannya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dihancurkan.

Di sini terdapat juga konsep fana, yang dialami Abu Yazid dalam ittihad sebelum tercapai hulul.

Menurut al-Hallaj, manusia mempunyai dua sifat dasar: nasut(kemanusiaan) dan lahut (ketuhanan). Demikian juga Tuhan mempunyai dua sifat dasar, lahut (ketuhanan) dan nasut (kemanusiaan).

Landasan bahwa Tuhan dan manusia sama-sama mempunyai sifat diambil dari hadis yang menegaskan bahwa Tuhan menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya.



Hadis ini mengandung arti bahwa didalam diri Adam ada bentuk Tuhan dan itulah yang disebut lahut manusia. Sebaliknya, di dalam diri Tuhan terdapat bentuk Adam dan itulah yang disebut nasut Tuhan. Hal ini terlihat jelas pada syair al-Hallaj sebagai berikut:

Maha Suci Diri Yang Sifat kemanusiaan-Nya
Membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang
Kemudian kelihatan bagi makhluk-Nya dengan nyata
Dalam bentuk manusia yang makan dan minum

Dengan membersihkan diri malalui ibadat yang banyak
dilakukan, nasut manusia lenyap dan muncullah lahut-nya dan
ketika itulah nasut Tuhan turun bersemayam dalam diri sufi
dan terjadilah hulul.

Hal itu digambarkan al-Hallaj dalam syair berikut ini:

Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku
Sebagaimana anggur disatukan dengan air suci
Jika Engkau disentuh, aku disentuhnya pula
Maka, ketika itu -dalam tiap hal- Engkau adalah aku.

Hulul juga digambarkan dalam syair berikut:

Aku adalah Dia yang kucintai
Dan Dia yang kucintai adalah aku,
Kami adalah dua jiwa yang menempati satu tubuh,

Jika Engkau lihat aku, engkau lihat Dia,
Dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat Kami.



Harun Nasution menjelaskan ketika mengalami hulul yang digambarkan di atas itulah lidah al-Hallaj mengucapkan, "Ana 'l-Haqq" (Akulah Yang Maha Benar).

"Tetapi sebagaimana halnya dengan Abu Yazid, ucapan itu tidak mengandung arti pengakuan al-Hallaj dirinya menjadi Tuhan," jelas Harun Nasution.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1327 seconds (0.1#10.140)